HARIANHALMAHERA.COM – Tahun ini tidak akan hampa bagi Joachim Loew. Memang, agenda timnas Jerman asuhan Loew berantakan seiring dengan penundaan Euro 2020 akibat pandemi Covid-19. Bahkan, Jogi–sapaan akrab Loew–serasa belum bekerja lantaran jadwal uji coba internasional pun belum bisa dijalani.
Namun, ada ’’prestasi’’ yang bisa dibanggakan Loew tahun ini. Yakni, penahbisan der trainer berusia 60 tahun itu sebagai pelatih timnas aktif dengan masa bakti terlama di dunia.
Dia mendapatkannya setelah kebersamaan Oscar Washington Tabarez tidak berlanjut dengan timnas Uruguay. Kontrak Tabarez yang habis per 31 Maret tidak diperpanjang Federasi Sepak Bola Uruguay (AUF).
Sebagaimana dilansir AFP, kontrak Tabarez menjadi korban kebijakan AUF yang mem-PHK semua orang dalam jajarannya karena krisis finansial selama pandemi Covid-19. ’’Komite eksekutif pun harus mengambil keputusan sulit untuk melindungi fungsi lembaga ini di masa depan,’’ sebut AUF dalam pernyataan resminya.
Masa kerja Tabarez bersama La Celeste ‒julukan Uruguay‒ terhitung luar biasa atau berlangsung selama 14 tahun 24 hari. Masih di atas Loew dengan 13 tahun 264 hari menangani Die Mannschaft –julukan timnas Jerman– atau sejak 12 Juli 2006.
Namun, peluang Loew untuk menyamai maupun menyalip durasi Tabarez sangat terbuka. Sebab, Loew terikat kontrak sampai selesainya Piala Dunia 2022. Jika laga Jerman melawan Spanyol dalam matchday pertama UEFA Nations League 2020‒2021 tetap sesuai dengan jadwal, 4 September mendatang, Loew sudah melewati durasi melatih El Maestro, julukan Tabarez.
’’Aku masih antusias menantikan pertandingan pertamaku (tahun ini, Red),’’ ucap Loew seperti dilansir laman Focus.
Kemarin (1/4) Loew seharusnya mencatatkan laga ke-182 bersama Die Mannschaft. Jerman semestinya menjamu Italia di Max-MorlockStadion, Nuernberg, dalam laga uji coba. Lima hari lalu (27/3), Manuel Neuer dkk semestinya juga menjajal Spanyol di Wanda Metropolitano,
Madrid. ’’Pada 2020, aku sangat berambisi dan termotivasi untuk Euro. Tapi, kami harus menundanya karena kesehatan dan keselamatan adalah prioritas,’’ tuturnya.
Dalam artikelnya kemarin, Kicker menyebutkan bahwa lamanya durasi melatih Loew seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi, Die Mannschaft menemukan kecocokan dengan gaya kepelatihan Jogi. Tapi, di sisi lain, ada ancaman kebosanan seandainya pelatih yang membawa Die Mannschaft memenangi Piala Dunia 2014 itu tidak sukses meregenerasi skuad.
Piala Dunia 2018 adalah contohnya. Pelatih bergaji EUR 3,8 juta (Rp 68,4 miliar) per tahun tersebut didesak mundur setelah Jerman dipaksa terhenti di fase grup. Itu merupakan prestasi terburuk Jerman dalam keikutsertaan di Piala Dunia.
Tapi, sebagaimana diungkapkan Manajer Timnas Jerman Oliver Bierhoff, Loew mampu menghadapi setiap tekanan karena pengalaman panjangnya bersama Die Mannschaft. ’’Jogi itu orangnya selalu santai. Dia tahu bahwa pekerjaan sebagai pelatih timnas Jerman sering berada dalam tekanan. Namun, dia tahu bagaimana membuat situasi (yang penuh tekanan) menjadi tenang,’’ tutur Bierhoff kepada Der Spiegel.
Satu hal yang dipuji Bierhoff dari Loew adalah sifat keras kepala. Loew berani mengambil setiap kebijakan yang sebenarnya banyak ditentang. Misalnya, pemilihan pemain. ’’Dia benar-benar memikirkan keputusannya. Dia tidak pernah bertindak hanya untuk kepentingan populis,’’ kata Bierhoff.
Ada pula satu sosok di balik kesuksesan Loew selama ini. Dia merupakan sahabat sekaligus teman diskusi untuk taktikal permainan Loew. Dia adalah Andreas Brehme, bek/gelandang kiri Die Mannschaft periode 1984‒1994. ’’Cerita menarik di antara kami adalah ketika aku sering mengiriminya pesan pendek sebelum laga. Lalu, kurang dari dua menit (sebelum kickoff, Red), Jogi pasti menjawabnya,’’ cerita Brehme yang kini bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan finansial kepada DAZN.(jpc/pur)