FootballOlahraga

Shutdown Total di Depan Mata

×

Shutdown Total di Depan Mata

Sebarkan artikel ini
ASA TERSISA: Striker Paris SaintGermain Edinson Cavani melakukan pemanasan di Stade de France sebelum second leg babak 16 besar Liga Champions melawan Borussia Dortmund (12/3). Seiring kompetisi domestik dihentikan, asa PSG tampil tinggal di Liga Champions GETTY IMAGES

HARIANHALMAHERA.COM – Empat liga di dunia sudah menyerah untuk memikirkan kelanjutan kompetisi mereka musim ini. Jupiler Pro League (Belgia), Eredivisie (Belanda), Superliga Argentina, hingga Ligue 1 (Prancis) memutuskan untuk berakhir pada Selasa malam (28/4)

Sebagai satu di antara lima liga elit di Eropa, berakhirnya Ligue 1 2019-2020 bisa berdampak global. Kompetisi di seluruh penjuru dunia seperti memiliki pijakan untuk menyudahi sampai di sini. Logikanya, lebih mudah untuk memutuskan menghentikan kompetisi ketimbang melanjutkan kompetisi dengan segala risiko dan keruwetan  lantaran pandemi  Covid-19 belum reda dalam waktu dekat.

“Rekomendasi” menghentikan kompetisi musim  itu pun disampaikan Kepala Komite Medis FIFA Michel D’Hooghe. ”Aku akan sangat bergembira seandainya kita berkompetisi lagi musim depan dengan segala kesiapannya dan tidak perlu beraktivitas (menjalani kompetisi, Red) yang sudah tertunda ini,” ucap D’Hooghe seperti yang dilansir Sky Sports.

“Dengan begitu, musim 2020-2021 bisa dimulai lagi akhir Agustus atau awal September,” imbuh pria yang juga menjabat presiden Federasi Sepak Bola Beelgia (KBVB) tersebut. Sebagai catatan, akhir Juli merupakan tanggal yang diminta UEFA (Asosiasi Sepak Bola Eropa) untuk menyelesaikan semua kompetisi domestik di Benua Biru.

D’Hooghe mengklaim, mengkahiri liga musim ini merupakan salah satu solusi untuk menghindari gelombang kedua persebaran virus SARS-CoV-2. Memainkan laga tanpa penonton pun tidak memecahkan masalah. Sebab, tetap ada ratusan orang yang berada di dalam stadion. Juga mengabaikan physical distanding di antara pemain. “Saat pemain di lapangan, tidak mungkin mereka menjaga jarak 1,5 meter. Coba bayangkan apa yang harus di jalani pemain. Di ruang ganti juga tak mungkin satu pemain dijatah satu ruang ganti pribadi,” tutur pria 74 tahun itu.

D’Hooghe meminta semua komponen di sepak bola untuk saat ini menomorduakan faktor uang. “Sepanjang karir, aku lebih sering melihat faktor ekonomi yang didahulukan dalam sepak bola. Jika ada faktor kesehatan diutamakan, maka inilah saatnya. Ini persoalan hidup dan mati. Uang bukan lagi yang utama. Sederhana,” beber Presiden Club Brugge periode 2003-2009 tersebut.

Secara terpisah, UEFA dalam suratnya kepada 55 negara anggotanya kemarin (20/4) meminta seluruh anggotanya menyampaikan rencana kelanjutan liga domestiknya masing-masing sampai 25 Mei nanti. “Termasuk tanggal atau format yang dipakai,” kata Presiden UEFA Aleksander Caferin di laman resmi organisasi.

Jika ada federasi yang mengikuti jejak KBVB (Belgia), KNVB (Belanda), dan FFF (Prancis), mereka juga diminta memberikan alasannya. “Itu sekaligus sebagai pedoman bagi kami dalam menentukan klub wakil mereka untuk kompetisi UEFA (Liga Champions maupun Liga Eropa, Red) 2020-2021,” tambah Caferin.

Masalahnya, UEFA belum menentukan jadwal lanjutan  Liga Champions maupun Liga Europa. Untuk Liga Champions, masih ada empat second leg babak 16 besar yang belum dimainkan. Sementara itu, Liga Europa menyisakan delapan laga second leg dan dua laga first leg dari babak yang sama.

Bahkan, sudah muncul hipotesis untuk tidak melanjutkannya karena toh klub seperti Paris Saint-Germain (yang sudah lolos ke perempat final Liga Champions) tidak bisa memainkan laga di negerinya sendiri.  Hal itu pula yang menjadi patokan Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora.

Sampai saat ini, pemerintah Italia dan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) belum bisa memberikan izin bagi klub di sana untuk sekadar berlatih. ”Opsi itu (Serie A dapat dihentikan, Red) masih berlaku,” ungkap Spadafora seperti dilansir Football Italiana.

Di sisi lain, Presiden La Liga Javier Tebas termasuk yang tidak mendukung seandainya diberlakukannya shutdown total terhadap semua  kompetisi di seluruh penjuru dunia. Tebas mengklaim, sepak bola adalah bagian dari sektor ekonomi penting.  ”Kalau sektor itu tak bisa digelar kembali dalam situasi yang aman dan terkontrol, sektor itu akan hilang. Nah, sepak bola profesional termasuk di dalamnya,”bebernya kepada Football Espana (jpc/pur)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *