HARIANHALMAHERA.COM–Ratusan warga Soa Tauro yang tergabung dalam empat desa, yaitu Bukubulawa, Bukumaadu, Tauro dan Ulo, Kecamatan Jailolo, Senin (14/9), memboikot akses jalan jalan trans Halmahera, tepatnya di ruas jalan Desa Ulo.
Aksi yang dikoordinir oleh Aphind Majud, itu menindaklanjuti tuntutan masyarakat terkait pembangunan jembatan yang menghubungkan tiga desa. Karena sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah daerah.
Selain pembangunan jembatan, masa aksi juga menuntut pembangunan jalan pesisir, penerangan lampu jalan, pembangunan tower mini, hingga pembentukan Kecamatan Jailolo Pesiri.
Dalam aksi yang berlangsung hampir delapan jam itu, warga juga menebang pohon serta membakar pelepah kelapa untuk menutup ruas jalan trans Halmahera. Akibatnya, hampir tiga jam arus lalu lintas lumpuh total.
Sebab mereka menilai, keberadaan jembatan di Desa Soa Tauro sangat strategis. Karena lancar dan tidaknya segala aktivitas masyarakat setempat tergantung pada kehadiran jembatan tersebut.
“Sudah sekian lama masyarakat mempertahankan jembatan itu sebagai sarana untuk kelancaran aktivitas perekonomian, pendidikan, dan lain-lain. Sementara, jembatan itu juga yang membuat warga menjadi korban, karena konstruksi bangunannya sudah tidak kuat dan layak diperbaiki,” teriak massa aksi.
Bagi mereka, jika jembatan tersebut putus dan perhatian pemda minim, itu sama saja telah membunuh masyarakat setempat secara perlahan-lahan. “Ini akan menjadi satu bentuk patalogi birokrasi pemerintahan jika gagal direalisasi,” ujar warga dalam catatan propaganda yang dilayangkan ke Pemda.
Ketua Komisi II DPRD Halbar, Nikodemus H. David yang hadir di lokasi untuk menenangkan massa aksi tak digubris. “Saat ini perwakilan dari Dinas PUPR dan camat dalam perjalanan ke lokasi,” ucap Nikodemus.
Sekitar pukul 13.20 WIT, Camat Jailolo Haerudin Saifuddin, bersama Kabid Bina Marga Dinas PUPR Halbar, Abdul Hamid Yusri, tiba di lokasi dan langsung berkoordinasi dengan massa aksi.
Massa pun menerima arahan tersebut dan membuka kembali akses jalan trans Halmahera. Tapi dengan catatan, lakukan hearing di lokasi jembatan lalu dilanjutkan dengan pengukuran terkait pembangunan jembatan darurat.
Dalam hearing tersebut, ada tiga poin yang disepakati. Pertama, pembangunan jembatan darurat akan dilaksanakan pada Selasa (15/9), dengan sumber anggaran melalui Dinas PUPR sebesar Rp10.000.000.
Kedua, pohon kelapa untuk bahan pembangunan jembatan bersumber dari swadaya masyarakat dari tiga desa. Ketiga, pekerjaan jembatan darurat merupakan swadaya masyarakat tiga desa dengan volume panjang 40 meter dan lebar 2,5 meter. (tr-4/kho)