HARIANHALMAHERA.COM–Industri baterai kendaraan listrik di Indonesia bakal semakin berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Salah satunya akan dikembangkan di kawasan Industri Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Direktur External Relation PT IWIP Scott Ye mengatakan, saat ini, pembangunan pabrik pembuatan bahan baku baterai kendaraan listrik di IWIP sudah mulai jalan.
Sebagai tahap awak, proses perkembangan produsen baterai kendaraan listrik di Indonesia. Selanjutnya, ia memperkirakan dalam waktu dua tahun pabrik pembuatan bahan mentah baterai tersebut akan selesai.
“Tahap berikutnya barulah kita bergerak ke manufaktur baterai. Saat kita (Indonesia) telah memiliki bahan mentah, yang menjadi fundamental industri baterai, artinya kita bisa berlanjut ke tahap berikutnya kira-kira dalam 2 atau 3 tahun,” ucap Scott, Kamis (10/6) lalu.
Dijelaskan, Indonesia memiliki keuntungan besar sebagai produsen nikel terbesar di dunia, yang menjadi komponen utama pembuatan bahan baku baterai kendaraan listrik. Hal ini membuat Indonesia banyak dilirik investor, dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik. “Yang kedua, Indonesia juga memiliki keuntungan berupa sumber daya manusia yang mayoritas berusia muda. Sehingga, memiliki tenaga kerja yang lebih bersaing dibandingkan negara lainnya,”terangnya.
Ketiga, lanjut dia, Indonesia juga memiliki kebijakan yang mempermudah investasi seperti tax holiday dan kebijakan lainnya.
Hal ini akan mendukung Indonesia menjadi produsen terbesar nikel dan turunannya. PT IWIP sebagai perusahaan swasta, juga telah banyak berkontribusi, terhadap proyek strategis pemerintah Indonesia di bidang industri baterai kendaraan listrik. Sampai hari ini PT IWIP, telah mempersiapkan segala fasilitas dan akomodasi di sekitar Kawasan Industri.
Fasilitas dan akomodasi tersebut mulai dari bandara, pelabuhan, serta fasilitas dan akomodasi penunjang lainnya, termasuk kebutuhan industri seperti pembangkit listrik.
Dengan begitu, Indonesia bisa menarik lebih banyak investasi. “Kami juga telah memiliki 24 lini RKEF yang memproduksi feronikel. Artinya kami memiliki kapasitas 240.000 ton nikel matte. Nilai ekspornya mencapai sekitar 4 miliar dolar AS,” tukasnya. (tr1/pur)