HaltimPeristiwa

SOP Keselamatan PT BPN Dipertanyakan

×

SOP Keselamatan PT BPN Dipertanyakan

Sebarkan artikel ini
EVAKUASI: Proses pencarian korban karyawan PT Bhakti Pertiwi Nusantara yang tertimpa longsor saat bekerja menggali material nikel di Bukit Moro-moro. (foto: kumparan.com)

HARIANHALMAHERA.COM— Tewasnya tiga karyawan PT Bakti Pertiwi Nusantara (BPN) akibat tertimbun longsor di tambang nikel di Gunung Moro-Moro di Kilometer 15, Desa Fritu, Kecamatan Weda Utara, pada Minggu (10/3), memantik sorotan dari Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Malut.

Ketua PERHAPI Malut Ruslan M Umar, mempertanyakan teknis keselamatan PT BPN yang diterapkan kepada karyawannya.  Bagi dia , insiden seperti itu bisa terjadi kapan saja dalam aktivitas pertambangan. Jadi perusahaan semestinya menyiapkan faktor safety.

“Safety ini menyangkut pelindungan diri karyawan atau pekerja. Apakah itu sudah diutamakan oleh perusahaan tersebut atau belum. Itu SOP yang harus ada,” katanya.

“Sekarang perusahan itu ada SOP-nya atau tidak. Kalau ada dijalankan sesuai prosedur atau tidak. Kalau tidak, maka itu berarti fatal,” ujar Ruslan, sebagaimana dilansir beritagar.id.

(lihat: Bekas Kerukan Longsor, Tiga Penambang Tewas Tertimbun)

Dia mendengar, penanganan keselamatan PT BPN sejauh ini belum mencapai 100 persen. Demikian pula soal geotekniknya, urusan kekuatan tanah dan batuan, serta mengukur kemampuannya menahan bangunan yang berdiri di atasnya.

Ruslan menambahkan, bila aktivitas pekerjaan di sana tidak didukung dengan SOP yang jelas, maka aktivitas perusahaan bisa dihentikan dengan alasan menyebabkan kematian dari insiden tanah longsor tersebut.

“Pandangan saya atas insiden itu, kalau hal tekniknya diperlukan data konkret semacam data geoteknik. Pekerjaan ini harus menggunakan data sehingga sistem penambangan itu sesuai perencanaan,” sebutnya.

“Saya belum tahu data geoteknik itu lengkap atau tidak. Jadi peristiwa yang menimbulkan korban jiwa ini harus ditelusuri lebih dalam. Terutama soal data geoteknik di wilayah pegunungan tersebut,” lanjutnya.

Ruslan menduga, insiden tanah longsor tersebut terjadi karena daya dukung tanah sekitar pekerjaan penggarukan tidak kuat. Sehingga pada titik-titik tertentu menimbulkan longsoran seperti yang terjadi pada Minggu dini hari tersebut.

Lalu dengan adanya korban longsor, menurut Ruslan, berarti ada faktor keselamatan yang hilang.

“Saya intinya pertanyakan safety-nya dulu. Karena kalau pekerjaan tambang itu terutama safety. Aman baru bisa kerja, kalau tidak aman tidak boleh. Jangan sampai tidak aman tapi dipaksakan kerja, itu yang fatal,” tukas Ruslan.

Terpisah, Kapolres Halteng AKBP Andri Harianto menjelaskan, longsor terjadi sekitar pukul 03.00 dinihari itu, di lokasi kejadian saat itu ada 12 orang karyawan tambang PT BPN.

Para pekerja subkontraktor itu naik ke Gunung pada Sabtu (9/3) malam untuk melakukan penggarukan bijih nikel. Namun ketika pekerjaan sedang dilakukan, hujan deras turun.

Saat itulah terjadi longsor dan akibatnya dua orang operator excavator serta dua orang pekerja lainnya tertimbun material. Seorang berhasil ditemukan seketika, sementara satu operator lainnya sempat dinyatakan hilang.

“Salah satu korban lainnya yang dikabarkan hilang tertimbun tanah longsor itu sudah ditemukan tim evakuasi pada Senin pagi, pukul 08.00 WIT,” kata Andri saat dihubungi, Senin (11/3) siang.

Ketiga karyawan subkontraktor PT BPN yang ditemukan meninggal adalah Bayu Hendra Togo (25) warga Fritu; Anto Pipa (31) warga Desa Waleh,; dan Yusuf Lini (40) asal Toraja, Sulawesi Selatan.

Sementara korban selamat adalah Novian Sumampau (29) warga asal Manado, Sulawesi Utara, yang sudah diterbangkan ke kota asal untuk perawatan medis pada Minggu.

Sejauh ini belum diketahui pasti penyebab tanah longsor. Enam orang saksi yang berada di lokasi kejadian mengatakan longsor terjadi saat cuaca hujan deras.

“Keenam saksi yang sudah diperiksa ini seluruhnya adalah karyawan PT BPN yang shift malam. Yang naik (ke gunung) untuk pekerjaan malam,” kata Andri.

Ia menambahkan pemeriksaan terhadap para saksi yang berlatar karyawan PT BPN tersebut adalah untuk mencari tahu standar prosedur (SOP) pertambangan di sana.

“Yang dimulai dari pemeriksaan saksi-saksi (karyawan PT BPN) yang ada saat kejadian. Baru setelahnya kami akan periksa pihak manajemen,” ujar Andri. (btg/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *