HalutZona Sekolah

Batang Kelapa Selamatkan Siswa SMP Negeri 18 Halut

×

Batang Kelapa Selamatkan Siswa SMP Negeri 18 Halut

Sebarkan artikel ini
tampak beberapa siswa-siswa SMP Negeri 18 Halut saat menyeberangi sungai dengan berjalan diatas batang kelapa

HARIANHALMAHERA.COM– semangat anak-anak di Desa Asmiro, Kecamatan Loloda Utara (Lolut) untuk berangkat ke sekolah SMP Negeri 18 Halut ibarat perjuangan Jenderal Sudiriman. Pasalnya, mereka harus berjuang melewati sungai Akeraha dengan berjalan diatas sebatang pohon kelapa yang melintang agar sampai ke seberang untuk lanjut ke sekolah.

Batang kelapa tersebut merupakan jembatan dadurat dan satu-satunya akses bagi mereka untuk menyeberangi sungai ketika hujan deras dan terjadinya banjir hingga air pasang. Sebab, Pemerintah sendiri terutama Pemkab Halmahera Utara tak kunjung bangun jembatan penghubung.

Tak hanya jembatan, jalan yang dilalui warga setempat bukan aspal melainkan masih alami alias jalan kebun. Kondisi yang memperihatinkan dirasakan warga Asmiro tersebut berlangsung sejak pemekaran Kabupaten Halut dan silih bergantinya Bupati Halut belum ada yang membangun jalan serta jembatan.

Deflin Andalangi, warga setempat mengatakan, jembatan darurat yang dilalui tersebut merupakan karya bakti warga setempat untuk kelancaran aktivitas mereka terutama selamatkan anak-anak saat hendak ke sekolah.

“Jembatan darurat yang dibuat dari batang kelapa ini satu-satunya akses warga untuk seberangi ke Desa lain dan ini sudah berlangsung 15 tahun sampai sekarang tidak ada perhatian dari Pemerintah Daerah,”katanya, senin (3/10).

Senada disampaikan Ais Sarif Kofia, bahwa kehidupan penduduk di Loloda Utara terutama masyarakat di Desa Asmiro dan Desa Apulea yang notabenenya wilayah perbatasan Halut dengan Halbar ini memang sangat memperihantinkan, dimana aktivitas yang mereka jalani serba terbatas dan bergantung pada alam bukan ke Pemerintah.

“Kehidupan warga Loloda Utara terutama warga Asmiro dan Apulea seperti zaman batu, artinya semua bergantung ke alam. Jalan dan jembatan misalnya, belum pernah dinikmati warga setempat. Selama ini warga bertahan dengan pembangunan serba darurat, mulai dari jembatan darurat sampai jalan darurat,”ujarnya.(tr-05/san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *