HARIANHALMAHERA.COM–Kabupaten Halut masuk kategori wilayah rawan banjir dan longsor. Wilayah Kecamatan Tobelo salah satunya. Dengan intensitas hujan tinggi, beberapa titik sudah pasti menjadi langganan rendaman. Salah satu penyebab adalah saluran drainase.
Mirisnya, ketika Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bagi seluruh wilayah di Indonesia agar bersiap menghadapi dampak La Nina yang dipredikisi terjadi di akhir tahun ini hingga Februari 2022 mendatang, Pemkab Halut terkesan merespon biasa dengan surat imbauan.
Padahal, hujan dengan insentias tinggi sangat menggangu kenyamanan aktivitas di ibu kota kabupaten. Beberapa ruas jalan di sekitar kantor pemerintahan sering menjadi langganan genangan air. Harusnya, sudah ada upaya nyata pemerintah—salah satunya—membersihkan saluran drainase (got). Sayangnya, itu belum terlihat.
Dalam surat imbauan nomor 360/900 tertanggal 3 November 2021 yang ditanda tangani Sekretaris Daerah (Sekda) Drs EJ Papilaya, hanya sekadar memberikan imbauan yang ditujukan kepada seluruh pimpinan kecamatan. Isinya, waspada terjadinya banjir, tanah longsor, angina putting beliung akibat cuaca ekstrim. Demikian pula kepada masyarakat, hanya diimbau meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bencana akibat dampak La Nina.
Fakta di lapangan menunjukkan sama sekali tidak ada program mitigasi bencana. Air limpahan tidak mampu ditampung saluran drainase dan meluber ke jalan. Belum lagi di beberapa titik, air di jalan tidak bisa mengalir masuk ke saluran drainase akibat tidak adanya lubang-lubang penghubung ke drainase. Belum lagi sampah dan sedimen yang menumpuk.
“Bagi masyarakat yang bermukim di wilayah resiko tinggi, seperti di bantaran sungai agar selalu waspada. Jangan menebang pohon di area tebing atau lereng gunung. Masyarakat jangan membuang sampah di daerah aliran sungai, selalu membersihkan sungai dan saluran air lainnya,” tulis poin kedua dalam surat imbauan antisipasi dampak La Nina tersebut.
Diketahui sebelumnya, BMKG mengeluarkan peringatan dini bahaya curah hujan tinggi akibat fenomena La Nina yang diperkirakan akan terjadi hingga Februari 2022 di sebagian wilayah Indonesia. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan sebagian besar pusat layanan iklim memprakirakan La Nina akan terjadi hingga level moderate.
“Seperti (pusat layanan iklim) di Amerika oleh NOAA, di Australia oleh BoM dan di Jepang oleh Japan Meteorological Agency memperkirakan bahwa La Nina ini setidaknya akan terjadi hingga level moderate hingga Februari 2022,” kata Dwikorita dalam Rakornas La Nina, akhir Oktober lalu.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data La Nina tahun lalu beberapa daerah yang akan diterpa La Nina lagi tahun ini. “Diprediksi akan terulang kembali dengan intensitas yang serupa bahwa di bulan November ini terutama yang warna hijau tua, hijau tua di sini akan mengakibatkan peningkatan curah hujan bulanan sebesar 70 persen, bahkan dapat mencapai 100 persen di bulan November,” ungkapnya.
Dwikorita menjelaskan, sejak September anomali suhu muka laut di Samudra Pasific bagian tengah telah melewati ambang batas La Nina. “Suhu muka laut di Samudra Pasific equator semakin mendingin lagi, saat anomalinya sudah mencapai -0,92 yang tadinya baru -0,63 yang mengindikasikan penguatan La Nina, apabila mencapai 1 artinya sudah mencapai La Nina intensitas moderat,” jelas Dwikorita.
BKMG meminta seluruh jajaran pemerintah daerah untuk mengantisipasi peringatan ini dengan menyiapkan mitigasi bencana agar potensi kerusakan akibat fenomena La Nina bisa ditekan.(tr-05/fir)