HalutZona Kampus

Peringati HLH se-Dunia: Prodi Kehutanan Uniera Gelar Dialog, Praktek Pembibitan Mangrove Hingga Tanam Telur Mamoa

×

Peringati HLH se-Dunia: Prodi Kehutanan Uniera Gelar Dialog, Praktek Pembibitan Mangrove Hingga Tanam Telur Mamoa

Sebarkan artikel ini
Prodi Kehutanan Uniera peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia

HARIANHALMAHERA.COM– momen Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia 2025, ternyata ikut diperingati oleh Program Studi Kehutanan, Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa, Universitas Halmahera (Uniera). Pihaknya pun menggelar sejumlah rangkaian kegiatan untuk meriahkan hari bersejarah tersebut dengan tajuk yang diangkat Ekoteologi: Membangun Peran Pemeluk Agama Merawat Alam Ciptaan Tuhan,”.

Kegiatan peringati hari lingkungan tersebut telah dipusatkan di pesisir pantai Wauwo, Desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara (Halut), yang merupakan area dengan nilai konservasi tinggi, karena lahan basah (wetland) serta habitat spesies endemik dan dilindungi seperti burung mamoa (Eulipoa wallacei), termasuk penyu.

Dalam kegiatan itu selain dihadiri para dosen, mahasiswa prodi kehutanan dan PGSD, tampak juga pengelola area konservasi Mamuya, tokoh masyarakat, sanggar budaya Gogaro Nyinga, perwakilan PT PLN (Persero) UIP MPA melalui UPP MPA 2 sebagai mitra yang selama ini memberikan dukungan penuh kegiatan konservasi di Desa Mamuya melalui program PLN Peduli.

 

Sebelumnya kegiatan tersebut dibuka secara sederhana oleh Dr. Ebedly Lewerissa, S.Hut., M.Sc., mewakili Ketua Program Studi Kehutanan Uniera. Dalam sambutannya, Dr. Ebedly, menyampaikan bahwa pelestarian alam bukan sekadar tanggung jawab akademik, namun juga sebagai bagian dari rasa syukur atas ciptaan Tuhan.

“Pentingnya keterpaduan iman dan aksi konservasi sebagai landasan kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan spiritualitas,”katanya.

Ditempat yang sama, Fiktor Imanuel Boleu, S.Si., M.Si., selaku ketua tim konservasi, memaparkan konsep edu-ekowisata yang dijalankan sejak tahun 2024 mengintegrasikan aspek pendidikan lingkungan, konservasi spesies dan habitat, serta wisata.

 

“Tahun ini kita akan coba tingkatkan sinergi program dengan budaya lokal bersama Sanggar Gogaro Nyinga sehingga terdapat keterpaduan sosial ekologi. Sejumlah fasilitas pendukung berupa pondok wisata, kandang observasi burung mamoa dan penyu, nursery mangrove, dan perahu juga akan dibangun dengan dukungan program PLN Peduli,”ujarnya.

Sementara itu dalam sesi dialog yang dipandu oleh Radios Simanjuntak, S.Hut., M.Si., peserta disuguhkan tematik ekoteologi yang menggugah kesadaran ekologis lintas iman. Dialog berlangsung secara intensif dan penuh antusiasme, dimana telah mengulas tiga permasalahan utama planet bumi (triple planetry crisis) yakni perubahan iklim, punahnya keanekaragaman hayati, dan polusi/sampah yang telah secara nyata berdampak bagi dunia termasuk di Halut.

 

Diskusi semakin hidup saat peserta diajak menggali lebih dalam keterkaitan antara iman dan lingkungan. Tiga hal utama menjadi fokus dialog, yakni 1 perspektif agama terhadap pelestarian lingkungan, 2 praktik nyata lembaga keagamaan dalam mendukung pelestarian lingkungan, dan 3 komitmen serta langkah-langkah kongkret yang dapat dilakukan komunitas agama dalam menjaga bumi sebagai ciptaan Tuhan.

Dialog ini menyimpulkan bahwa sebagai umat yang percaya kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta, kita ditugaskan tidak hanya untuk mengusahakan alam namun juga untuk merawatnya. Rasa syukur kepada Sang Pencipta dan kerelaan untuk merawat alam yang telah diciptakan-Nya merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.

 

Pada sela-sela kegiatan mahasiswa kehutanan juga mempraktikkan teknik pembibitan mangrove jenis Rhizophora apiculata serta mendemonstrasikan teknik menanam telur burung mamoa secara semi alami sehingga memberikan pengalaman langsung kepada para peserta kegiatan tentang ilmu pengetahuan dan praktik pelestarian ekosistem. Sebagai penutup acara, dilakukan penanaman 30 butir telur burung mamoa dan 50 butir telur penyu diiringi harapan akan kelestarian keanekaragaman hayati di pesisir Desa Mamuya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *