Polio Mewabah di Filipina, Malut Waspada

0
568
ILUSTRASI pemberian vaksin polio dengan cara disuntik. (Foto: FamilyDoctor.org)

HARIANHALMAHERA.COM – Setelah 19 tahun, kasus polio kembali menjangkit negara pimpinan Rodrigo Duterte, Filipina. Hal ini sontak memunculkan kekhawatiran bagi negara-negara tetangga, termasuk Indonesia.

Pasalnya, ada kekerabatan dekat antara Filipina Selatan dengan sejumlah provinsi di kawasan Indonesia Timur. Misalnya, ke daerah Miangas Sulawesi Utara, Maluku Utara (Malut), sampai Papua Barat. Artinya, risiko penularan pun semakin besar.

“Setiap hari ada migrasi. Entah dari Mindanao dan Luzon ke Indonesia dan sebaliknya untuk kegiatan perdagangan dan pengiriman tenaga kerja,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono di Jakarta, Senin (30/9).

Guna mengantisipasi penularan polio ke Indonesia, Anung mengatakan, sudah membangun benteng-benteng di provinsi-provinsi terdekat. Petugas karantina dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diminta lebih tegas terkait prosedur keluar masuk warga dari dan menuju Filipina.
Warga Filipina wajib menunjukkan International Certificate of Vaccination (ICV) sebagai bukti sudah mendapat imunisasi lengkap. Anung menyebut, dengan imunisasi lengkap maka risiko penularan bisa ditekan.

Bagi yang tidak bisa menunjukkan, lanjut dia, petugas berhak melakukan tindakan karantinaan. Pilihannya, memberikan kekebalan atau diisolasi sampai dua kali masa inkubasi sebelum memasuki Indonesia.

“Masalahnya memberikan kekebalan gak bisa langsung kebal di hari yang sama. Jadi pilihannya diisolasi atau kembali,” tegasnya.

Anung tak ingin main-main dengan penyakit yang bisa menyebabkan lumpuh mendadak tersebut. Karena itu, aturan ini juga berlaku bagi warga Indonesia yang sudah dua minggu berada di Filipina.

Di sisi lain, pihaknya juga menggenjot imunisasi polio di lima provinsi yang memiliki kedekatan dengan Filipina. Seperti, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Malut, dan Papua Barat.

Diakuinya, coverange imunisasi polio di provinsi-provinsi tersebut terbilang rendah. Dibawah 85 persen.

“Sulawaesi Utara kami minta ditingkatkan dalam 95 persen dalam 3 bulan,” katanya.

Kondisi ini tentu cukup menghawatirkan. Mengingat, salah satu cara menangkal polio yang paling efektif adalah dengan vaksinasi. Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki S. Hadinegoro menegaskan, minimal, cakupan imunisasi mencapai 95 persen. Dengan begitu, wabah polio bisa dicegah penularannya di sebuah lingkungan.

Prof Sri menjelaskan, polio disebabkan oleh virus. Ngerinya, ditularkan tanpa perantara. Bisa langsung dari manusia ke manusia lainnya. Dan begitu cepat. Seperti kasus polio yang sempat menghebohkan Indonesia di tahun 2005 lalu.

“Dari Cidahu, bisa sampai Aceh dan lainnya. Sangat cepat. Waktu itu, ada yang BAB di sungai, lalu bekasnya digunakan untuk cuci muka. Yasudah, tertular,” paparnya.

Selain itu, faktor yang perlu diwaspadai lainnya ialah kebersihan. Baik kebersihan makanan, minuman dan kebersihan diri.

“Karena itu pastikan cuci tangan sebelum makan. Bukan hanya sesudah,” tegas Sri.

Ketua Komite Ahli Eradikasi Polio Hariadi Wibisono menambahkan, anak wajib mendapat imunisasi polio dengan dosis 4 tetes dan 1 suntikan sebelum usia satu tahun. Hal ini untuk memastikan mereka kebal terhadap ancaman penularan virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. (jpc/pur)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here