HARIANHALMAHERA.COM–Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Malut bersama Petugas kesehatan terus memantau kondisi calon jamaah haji (CJH) yang kini tengah berada di Makkah.
Dikutip dari laman resmi Kemenag Malut, saat ini terdapat empat CJH asal Malut yang tergabung dalam kelompok tergang (kloter) 11 yang tengah dirawat di pusat kesehatan di Makkah.
Dimana, tiga CJH dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), satu CJH dirawat di Rumah Sakit (RS) An-Nur Mekkah.
3 CJH yang dirawat di KKHI yakni Arifuddin Raja Hindi asal Pulau Morotai, Hapni Lasidji asal Halmahera Utara, dan Halil Umar asal Ternate. Sedangkan satu CJH yang dirawat di di RS An Nur, Mekkah atas nama Esa Buba Mahmud asal Halmahera Barat.
“Awalnya jemaah atas nama Esa Buba Mahmud dirawat di KKIH, namun harus dirujuk ke Rumah Sakit An-Nuur karena mengalami gangguan pada saluran pernapasan,” terang dr Samsul Bahri, ketua tim kesehatan CJH Malut via sambungan telepon. Esa sendiri dirawat di ruang 43 lantai 2 RS Annur.
Sementara itu, CJH atas nama Marisam yang sempat dirawat di KKIH karena mabuk penerbangan dan muntah serta mengidap maag, Jumat kemarin dinyatakan sembuh. Dia kini sudah bergabung dengan dengan CJH kloter 11 lainnya.
Begitu juga dengan CJH atas nama Arifuddin Raja yang dirawat di KKHI karena mengalami sesak napas yang juga memiliki sakit bawaan. Menurut Samsul, kondisi Arifuddin sudah membaik. “Hanya saja kondisinya masih perlu beristirahat sehingga masih ditahan di KKHI,” katanya
Dia mengatakan, jika dalam beberapa hari ke depan CJH yang sakit dan belum sembuh maka akan disafari wukufkan. Olehnya dia meminta do’a dari masyarakat Malut untuk kesembuhan para CJH baik yang tengah sakit. “Karena dengan do’a kita semua insya Allah akan cepat sembuh dan bisa kembali ke hotel masing-masing,” pintanya.
Dirut RSUD dr Chasan Bosoirie ini pun mengatakan CJH kloter 11 yang resiko tinggi (risti) terpantau baik kesehatannya begitu juga dengan 103 CJH Malut di kloter 12. “Kloter 11 hanya ada tiga jamaah yang mengalami flu ringan tetapi dapat diatasi oleh Tim Kesehatan Kloter 11,” terangnya.
Sampai saat ini, suhu udara di Makkah pada siang hari mencapai 37 derajat dan pagi hari mencapai 32 derajat sehingga ikut berpengaruh terhadap jemaah haji, “Maka dianjurkan sebaiknya jamaah ke Masjidil Haram melaksanakan salat pada Subuh atau Magrib.
Kakanwil Kemenag Malut Sarbin Sehe saat menjenguk tiga CJH asal Malut yang dirawat di KKIH memberi arahan kepada petugas kloter maupun non kloter Maluku Utara agar saling berkordinasi membatu dan melayani jamaah secara maksimal terutama soal kesehatan, karena berkaitan erat dengan ibadah haji.
Sementara Pelayanan kesehatan terhadap jemaah haji Indonesia ditingkatkan lagi. Salah satu upayanya, mengaktifkan kembali tindakan operasi di KKHI Makkah. Tindakan operasi ini vakum sejak 2015. Pada Kamis (30/6), operasi terhadap tiga pasien pertama dilakukan.
Tim dokter KKHI Makkah dr Caesa Rizkha Febryane menyatakan, jenis operasi yang dilakukan sampai pada kategori sedang.
Yakni, herniotomi untuk hernia, apendiktomi untuk usus buntu, dan insisi drainase abses. ”Operasi tersebut dilakukan terkait dengan kondisi emergency (darurat),” kata ahli bedah umum itu.
Operasi hernia membutuhkan tempo 25 menit. Setelah dioperasi, pasien dimasukkan ke ruang ICU untuk diobservasi. Tindakan kedua, operasi usus buntu berdurasi sekitar 50 menit. Operasi itu dinilai tepat karena jika terlambat pasien bisa menjalani operasi besar akibat kondisi pembengkakan pada usus buntunya. Lalu, terakhir operasi insisi drainase abses. Pasien mengalami infeksi pada tungkai kaki. Esoknya (1/7) ada tiga operasi lagi yang dilakukan. Kali ini operasinya tergolong ringan, yaitu pembersihan luka infeksi.
Ada juga inovasi jaket penurun suhu tubuh. Di Arab Saudi, suhu sedang panas dan mengakibatkan risiko heatstroke. Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Kemenag) Prof Nizar Ali mengapresiasi inovasi petugas. Rompi itu sangat bermanfaat bagi petugas maupun jemaah haji. Inovasi tersebut merupakan inisiatif Kementerian Kesehatan. Inovasi itu memanfaatkan teknologi carbon cool yang dapat bertahan selama 8–12 jam di bawah terik matahari.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dr Budi Sylvana meminta bantuan dari Kemenag agar proses surat jalan alat kesehatan bisa dipermudah. Tujuannya, meningkatkan pelayanan kesehatan di KKHI pada musim haji tahun-tahun mendatang.
Panas ekstrem diperkirakan terjadi saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina mulai 8 Juli mendatang. Suhu bahkan bisa mencapai di atas 50 derajat Celsius. Pada kondisi itu, biasanya terjadi kasus heatstroke.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana menjelaskan, pihaknya menyiapkan 30 rompi untuk penanganan heatstroke saat pelaksanaan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. ”Karena di sanalah diperkirakan banyak jemaah yang kelelahan dengan suhu yang sangat panas,” katanya.
Selain untuk jemaah, lanjut dia, rompi bisa dipakai petugas haji yang memiliki mobilitas tinggi di tengah panas yang terik. Bila peranti tersebut efektif, pihaknya akan membahas lebih lanjut untuk dikembangkan dalam jumlah yang lebih besar.(lfa/jpc/pur)