HARIANHALMAHERA.COM– para peneliti BRIN yang dikoordinir Ninawati Syahrul (Koordinator Halmahera) didampingi Heksa Biopsi Puji Hastuti dan Muhamad Rosadi, ternyata sejak tanggal 21 Agustus 2023 tengah berada di Maluku Utara untuk melakukan penelitian tentang kemampuan masyarakat Halmahera dalam beradaptasi dan teguh menghadapi bencana atau Resiliensi Pasca Bencana.
Penelitain yang akan berlangsung sampai 27 Agustus 2023 itu sasarannya ke Kabupaten Halmahera Timur (Haltim), Halmahera Utara (Halut) dan Halmahera Barat (Halbar) itu disasar tempat yang dianggap memberi informasi penting, seperti taman baca hingga seniman dan sastrawan local.
Dalam release yang diterima, para peniliti BRIN memaparkan bahwa bertahan dari bencana, seperti bencana alam, adalah suatu kekuatan penting yang perlu dimiliki suatu masyarakat. Namun, makna kebertahanan ini tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan saat bencana menimpa, melainkan juga seberapa cepat dan kreatif dapat memulihkan diri, bahkan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Inilah yang disebut resiliensi atau ketahanan itu.
Dalam rangka menggali informasi tersebut, tim peneliti Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian lapangan di Maluku Utara, tepatnya di Halmahera Timur (Haltim), Halmahera Utara (Halut), dan Halmahera Barat (Halbar). Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu bagaimana pada masa lalu masyarakat Halmahera memulihkan diri mereka dari bencana bencana alam yang terhitung cukup kerap terjadi di daerah ini, baik berupa bencana banjir, letusan gunung, maupun gempa bumi.
Tim BRIN menggali cerita-cerita rakyat masa lalu yang diwariskan sebagai memori kolektif pada masa kini melalui berbagai tulisan, tradisi dan praktik kultural, dan juga inisiatif komunitas. Pada penelitian kali ini, Tim BRIN bertemu dengan sejumlah sastrawan dan seniman, di tiga kabupaten sebagai locus penelitian. Data digali dari pegiat literasi beserta anggotanya yang terhimpun dalam Komunitas Literasi PERII di Desa Saolat, Kecamatan Wasile Selatan Kabupaten Haltim, Taman Baca Masyarakat (TBM- SATOE MAMA) di Desa Mailoa Kecamatan Malifut Kabupaten Halut, dan Komunitas Baca di Wala di Kabupaten Halbar.
Selain itu, Tim juga menjumpai tokoh masyarakat serta sastrawan pemerhati budaya lokal yang masih mampu menuturkan sejarah masyarakat Halmahera dalam kaitannya dengan keempat kerajaan/kesultanan yang pernah ada, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. di Halut, tim menggali perspektif masyarakat lokal dalam menyikapi aktivitas Gunung Dukono.
Berbagai upaya ini adalah bagian dari kerja BRIN untuk melakukan pengumpulan data tentang daya tahan masyarakat pascabencana di berbagai Kawasan di Indonesia bagian tengah dan timur sebagai suatu sistem pengetahuan yang berharga. Pengetahuan ini akan dapat dimanfaatkan para peneliti yang hendak menganalisis dan menafsirkan lebih lanjut data-data yang telah dikumpulkan itu.
Tujuan akhirnya adalah suatu pengetahuan yang solid tentang resiliensi atau ketahanan berbagai komunitas di seluruh Indonesia sebagai modal atau ‘lumbung’ budaya dalam menghadapi dan mengantisipasi bencana-bencana yang mungkin datang di masa akan datang, mengingat lokasi kepulauan Indonesia yang persis berada di sepanjang Sabuk Api Pasifik.
Selain di Halmahera Provinsi Malut, ada juga tim peneliti BRIN yang lain tengah berada di Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk tujuan serupa.