HARIANHALMAHERA.COM–AIDA, begitu sapaan siswi kelas 4 di salah satu SD di Kota Ternate itu, Kamis (19/11) siang tampak gembira sekali menunggu gilirannya tampil di final cabang Hifzhil Quran 20 Juz.
“Yee…Alhamdulillaah,” ujar gadis cilik itu sumringah sambil berlari girang kepelukan ibunya. Dia sangat gembira karena ia mendapat giliran ke-6 di babak final sesuai dengan urutannya sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara. “Aida sudah finger, dapat nomor 6,” katanya kepada ibunya, sebagaimana dimuat di situs resmi Pemprov Sumbar.
Bocah yang juga 13 besar dalam program TV Hafiz Indonesia 2020 ini, menjadi peserta satu-satunya yang masih di bawah 10 tahun. Namun ia tampak santai saja menjelang penampilannya di final. berbeda dengan peserta lainnya yang rata-rata sudah dewasa. Aida asyik sendiri bermain layaknya anak-anak seusianya.
Ketika ditanya pun, Aida yang bercita-cita kuliah di Turki dan menjadi dokter ini pun menjawab santai saja seadanya sambil terus bercanda dengan ibunya.
BACA JUGA : Dua Peserta Cilik Malut Ukir Sejarah di MTQ Sumbar
MTQ di Sumbar ini, menurut sang ibunya, Leni, adalah MTQ Nasional yang pertama kali diikuti Aida. Sebelumnya anaknya hanya ikut lomba tingkat Kota dan Provinsi. Bahkan ia tidak menyangka Aida akan ikut, karena jadwal seleksi MTQ Malut bentrok dengan jadwal Hafiz Indonesia.
“Tapi ternyata sepulang dari Hafiz Indonesia, Aida dipanggil kembali hingga akhirnya bisa ikut sekarang ini,” ungkap wanita berdarah Minang asal Bukittinggi ini.
Disinggung kiatnya membuat Aida bisa hafal Quran 30 Juz, menurut Leni, tidak ada kiat khusus. Aida baru belajar membaca Al-Quran setelah kelas 1 SD. Dan, baru mulai menghafal setelah bacaan Al-Qurannya lancar.
Namun diakui Leni, ia tegas dalam melatih hafalan Aida. “Saya sendiri yang melatih hafalannya atau murojaah. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah murojaah 5 juz,” kisahnya.
Dia mengaku, sering suka ribut dengan suami yang ingin agar Aida lebih banyak waktu untuk bermain, Dia setelah sempat mencoba menuruti keinginan suami, ternyata hafalannya banyak yang hilang.
“Sejak itu saya tidak pernah beri kelonggaran lagi. Walaupun dalam hati sebenarnya ada pertentangan batin, antara rasa sayang pada anak dengan keinginan menjadikan anak hafidzah. Tapi harus tega, demi kebaikan Aida,” lanjutnya.
Terbukti setelah Aida menunjukkan prestasinya semua keluarga turut mendukung segala aktivitas Aida untuk menjadi seorang hafidzah.
Usai perhelatan MTQ Nasional ini, Aida dan ibunya akan tetap berada di Sumbar selama seminggu. Selain melepas rindu pada kampung halaman, Aida juga ada jadwal syiar ke Taman Pendidikan Quran dan pondok pesantren yang ada di Sumbar.(*)