HARIANHALMAHERA.COM– wilayah berbatasan Halmahera Barat dan Halmahera Utara (Halbar-Halut) memang benar-benar terasing. Betapa tidak, sejak bertahun-tahun pemekaran kedua Kabuapaten tersebut ternyata hingga saat ini infrastruktur di daerah perbatasan tak kunjung diperhatikan terutama akses ruas jalan dan jembatan.
Perbatasan Halbar-Halut di Kecamatan Loloda Tengah (Loteng) dan Loloda Utara (Lolut) misalnya, sejak silih berganti pimpinan daerah tetapi tak satupun Bupati yang perhatikan nasib warga pelosok. Itu terbukti pada jumat (14/7), dimana ratusan warga perbatasan Halbar-Halut terpaksa nekat menyeberangi sungai lantaran belum dibangunnya jembatan penghubung.
Dampak belum adanya infrakstruktur jembatan tersebut sangat dirasakan warga di Desa Nolu, Kecamatan Loteng, Kabupaten Halbar. Sebab, mereka lebih memilih pergi ke Halut untuk penuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari, terutama jual hasil pertanian di pasar Tobelo lantaran lebih dekat ketimbang pergi ke Halbar yang selain jauh juga tidak ada akses jalan.
“Warga nekat menyeberangi sungai yang kedalamannya sekitar 1 meter itu setelah diguyur hujan deras, karena penuhi kebutuhan hidup. Warga terpaksa lewati sungai sebagai satu-satunya akses, karena penuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari belanja kebutuhan pokok ke Halut sampai keperluan lainnya, sebab perjalanan ke Halut lebih dekat dibanding ke pusat kota Halbar. Apalagi wilayah Loloda Tengah ke Jailolo, Halbar sendiri belum ada akses jalan hotmix maupun pembukaan badan jalan,”kata warga setempat.
Warga pun berharap pemda terutama pemprov Malut segera bangun jembatan dan akses jalan demi kelancakan aktivitas mereka.
“Kami tidak akan bisa melintas lagi kalau hujan deras, karena banjir,”ujar warga.(tr-05)