Mancanegara

Berkaca pada Keberhasilan Para Tetangga di Asia

×

Berkaca pada Keberhasilan Para Tetangga di Asia

Sebarkan artikel ini
Puluhan Alat berat dikerahkan untuk membangun Rumah Sakit bagi para pengidap virus Korona di Kota Wuhan, Tiongkok

HARIANHALMAHERA.COM – Upaya Tiongkok menekan penularan Covid-19 akhirnya membuahkan hasil. Kemarin (13/3) kasus baru di Wuhan hanya lima orang. Di kota itulah virus mematikan tersebut kali pertama muncul. Secara nasional, hanya ada delapan kasus baru di Tiongkok.

Masa-masa puncak penularan di Tiongkok diyakini telah berlalu. Negara yang dipimpin Xi Jinping itu dianggap berhasil membalik situasi. Pelan tapi pasti, Tiongkok berangsur normal. Beberapa pabrik di Hubei juga sudah mulai kembali berproduksi. ”Pendekatan yang dilakukan Tiongkok berhasil,” ujar Kepala Ekonom di Boston Consulting Group Philipp Carlsson-Szlezak seperti dikutip The Guardian.

Namun, ada harga yang harus dibayar. Mereka mengorbankan pertumbuhan ekonomi triwulannya. Karantina masal di Hubei dan sekitarnya memang berdampak luar biasa bagi Tiongkok. Ekonomi di wilayah tersebut mandek total.

Wilayah yang menjadi episentrum Covid-19 bak kota mati. Semua orang berada di dalam rumah. Semua bisnis harus tutup maksimal pukul 18.00 dan disemprot dengan disinfektan. Pengasapan jalan dilakukan secara teratur. Gedung disterilkan beberapa kali dalam sehari. Bioskop, mal, bank, sekolah, dan bisnis yang dianggap tidak vital ditutup sementara.

Penduduk juga diwajibkan memakai masker. Jika tidak, mereka tidak boleh naik taksi atau transportasi publik lain. Pengecekan suhu tubuh dilakukan berkala. Mereka yang demam langsung dikarantina. Jika dalam satu gedung ada yang positif, seluruh gedung dikarantina. Pergerakan penduduk juga dibatasi.

Sebagian besar negara Asia juga dinilai lebih berhasil mengendalikan virus jika dibandingkan dengan Eropa dan AS. Salah satu yang patut menjadi contoh adalah Singapura, Korea Selatan (Korsel), Hongkong, Makau, Taiwan, dan Vietnam.

Baca Juga: Kemenkes: Belum Ada TKA Tiongkok di Malut Positif Korona

Korsel pernah menyandang status sebagai negara dengan penderita Covid-19 terbanyak di luar Tiongkok. Namun, mereka berhasil mengisolasi penularannya.

Kemarin ada 110 kasus baru di negeri yang dipimpin Presiden Moon Jae-in itu. Padahal, sebelumnya kasus baru hampir selalu di atas 500-an orang per hari. Sehari sebelumnya 177 orang juga dinyatakan sembuh dan dipulangkan. ”Korea segera memasuki fase stabil,” terang Moon.

Korsel tidak melakukan karantina masal seperti Tiongkok. Acara-acara besar dan yang melibatkan banyak orang memang dilarang. Tapi, penduduk tidak dilarang bepergian dari satu daerah ke daerah lainnya seperti halnya isolasi di Hubei. Korsel melakukan uji Covid-19 secara masif dan gratis untuk mengetahui siapa saja yang tertular dan langsung mengisolasinya.

Sekitar 60 persen kasus korona di Korsel berhubungan dengan Gereja Yesus Shincheonji di Daegu. Seluruh jemaat yang berjumlah 210 ribu diperiksa. Setiap hari Korsel mengetes setidaknya 15 ribu orang.

Saat ini sudah ada lebih dari 200 ribu skrining. Mereka memiliki lebih dari 50 pusat uji Covid-19 drive-through dan membagikan telepon pintar sehingga pergerakan orang-orang yang positif tertular bisa dideteksi.

Pemerintah juga mengirimkan tambahan suplai staf medis dan obat-obatan. Tentara dikirim untuk menyemprot disinfektan ke jalanan. Tidak ada kata kelangkaan masker di Korsel. Semuanya dirasionalisasi dan selalu tersedia.

Singapura juga berhasil menekan angka penularan dengan aturan yang ketat. Mereka memberlakukan larangan perjalanan bagi negara-negara yang menjadi hot spot Covid-19. Di dalam negeri, pelacakan orang-orang yang mungkin tertular dilakukan secara masif. Karantina mandiri diterapkan.

Sejak virus itu muncul di Singapura, ribuan orang dikarantina di rumah masing-masing. Mereka dicek secara berkala. Jika melanggar, mereka didenda atau dipenjara enam bulan. Seorang warga bahkan harus kehilangan status permanen residennya gara-gara melanggar aturan.

Baca Juga: Giawas Bisa Cegah Penularan Covid-19

”Kami tidak melakukan sesuatu yang berbeda, kami hanya melakukan dengan baik,” ujar profesor di National University of Singapore Dale Fisher. Dia juga menjabat kepala Jaringan Peringatan dan Wabah Global di WHO.

Pemerintah juga memberikan dukungan finansial kepada orang-orang yang diisolasi. Mereka yang berwiraswasta diberi USD 100 per hari. Mereka juga menyediakan fasilitas karantina milik pemerintah bagi penduduk yang tidak bisa mengisolasi diri di rumah.

Hongkong dan Makau memberlakukan kebijakan serupa. Ketika wabah Covid-19 merebak di Tiongkok, mereka langsung menutup perbatasan. Wabah SARS yang pernah melanda Hongkong menjadi pelajaran. Mereka mengisolasi penduduk yang tertular, membagikan hand sanitizer gratis, melakukan pengecekan suhu secara berkala, serta menutup semua sekolah, institusi pendidikan, dan tempat-tempat hiburan. Taiwan dan Vietnam pun menerapkan kebijakan yang hampir sama. (jpc/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *