MancanegaraPeristiwa

Tentara Depresi Tebar Peluru, 26 Orang Tewas

×

Tentara Depresi Tebar Peluru, 26 Orang Tewas

Sebarkan artikel ini

HARIANHALMAHERA.COM – Tok tok tok… Suara ketukan di pintu toilet itu membuat dada Chanathip Somsakul berdegup kencang. Saat itu Chanathip dan beberapa orang lain sedang bersembunyi di toilet yang berada di lantai 4 mal Terminal 21.
Mereka bersembunyi dari tentara yang berkeliaran menembaki pengunjung mal. ”Seorang perempuan tanya siapa yang mengetuk. Tapi, tak ada jawaban,”ungkap guru music itu kepada Agence France-Presse (AFP). Pada akhirnya, mereka sepakat tak membuka pintu toilet. Mereka sudah susah payah menjebol salah satu pintu bilik dan menggunakannya sebagai pengganjal. Kalau ternyata yang di balik pintu adalah sang penembak, hidup mereka pasti tamat.

Ft:
EVAKUASI KORBAN LUKA: Petugas membawa korban keluar dari Terminal 21 Korat Mall, Nakhon Ratchasima, Thailand, kemarin (9/2).FOTO AP

Perempuan 33 tahun itu cukup beruntung. Dia sedang makan di mal Terminal 21 bersama keluarga saat tembakan beruntun terdengar. ”Kebetulan teman saya bekerja di mal itu. Dia meminta petugas melihat lokasi penembak melalui CCTV dan menyampaikan informasi itu ke kami,” jelas Chanathip.
Pengunjung lain tak seberuntung dia. Ada yang harus bersembunyi di bawah meja restoran, ruang persediaan toko, bahkan dalam lemari. Mereka tak tahu siapa yang mereka hadapi. Tapi, mereka tahu bahwa penembak hari itu sangat menakutkan.
”Kejadian ini seperti film Hollywood. Tembakan meluncur tanpa henti,” ujar Mayor Jenderal Jirapob Puridet, ketua tim yang ditunjuk menangani kasus itu, kepada CNN.
Yang datang meneror pusat perbelanjaan di Kota Nakhon Ratchasima alias Korat memang bukan orang biasa. Dia adalah Letnan Satu Jakrapanth Thomma dari 22nd Ammunition Battalion. Jakrapanth datang ke pusat perbelanjaan itu pada Sabtu sore dan menembaki pengunjung yang dia temui.
Menembak acak tidak berarti menembak sembarangan. Diaw, salah seorang pengunjung yang berhasil kabur, mengatakan bahwa si penembak selalu membidik kepala korban. ”Dia menembak ke segala arah, tapi tembakannya sangat akurat,” ujar dia kepada Amarin TV.
Selama 17 jam, prajurit tersebut berhasil menduduki pusat perbelanjaan di Distrik Muang itu. Dia sempat bertahan di lantai 4 dengan menyandera beberapa pengunjung mal. Yang membuat aparat khawatir adalah peralatan yang dibawa.
Aksi Jakrapanth sebenarnya bermula jauh dari pusat keramaian Korat. Lebih tepatnya di Suatham Phithak Military Camp. Sore itu dia membunuh atasannya, Anantharot Krasae, lalu mengambil satu senapan mesin beserta 800 amunisi dari gudang senjata. ”Ini bukan kelalaian. Tentara tak mungkin meninggalkan gudang senjata tanpa penjaga,” ucap Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha.
Menurut Prayut, Jakrapanth merupakan tentara yang cakap. Terutama dalam aspek senjata. Pria 33 tahun itu pernah memenangi beberapa kompetisi menembak. Keterampilan khusus yang disertai dengan ratusan peluru membuat penembak masal itu sangat berbahaya. Salah seorang personel dalam kelompok pertama yang berusaha melumpuhkan Jakrapanth justru meninggal. Jakrapanth juga melukai tiga petugas lainnya.
Secara total, tembakannya membunuh 26 orang dan melukai 57 lainnya. Sebanyak 12 korban luka harus menjalani operasi di rumah sakit dengan dua di antaranya melalui operasi otak.
Pada akhirnya, Jakrapanth dapat dilumpuhkan dengan peluru tajam. Kepala Crime Suppression Division Kepolisian Thailand Jirabhob Bhuridej mengatakan, Jakrapanth ditembak mati pukul 09.00. Mereka terpaksa mengambil langkah tersebut setelah mendapat kabar beberapa pengunjung terjebak di ruang pendingin. ”Mereka menyampaikan bahwa level oksigen di sana sangat rendah dan mereka mulai susah bernapas,” papar Puridet.
Sebelumnya, aparat sudah berupaya membujuk Jakrapanth agar menyerah. Mereka sampai memanggil ibu kandungnya untuk ikut bicara. Namun, sang ibu pun menyerah sambil menjelaskan bahwa anaknya mengalami depresi dan gampang marah.
Jakrapanth sempat mem-posting beberapa unggahan di akun Facebook-nya. Salah satunya mengatakan bahwa dia sudah tak kuat lagi menarik pelatuk senapan. Dia juga sempat meminta saran apakah perlu menyerah. ”Pada akhirnya, polisi berhasil menyelamatkan delapan sandera yang sedang ditawan. Beberapa memang terluka,” ujar salah seorang petugas yang meminta identitasnya dirahasiakan. (jpc/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *