Ada Apa Dengan Tetty Paruntu?

0
539
BUKAN MENTERI: Christiany Eugenia Tetty Paruntu saat dicegat wartawan di kompleks Istana Negara, kemarin. (foto: net)

HARIANHALMAHERA.COM–Ada peristiwa menarik saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai memanggil satu per satu calon Menteri ke Istana Negara, kemarin. Kemunculan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Tetty Paruntu, menjadi perdebatan.

Diketahui politisi Partai Golkar itu tiba di Istana Negara mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Sebagaimana beberapa orang calon yang lebih dulu dipanggil, Tetty pun diprediksi menjadi salah satu calon menteri.

Tetty yang Namanya tidak pernah dibahas sebelumnya, mendadak ramai diperbincangkan. Hanya saja situasi di Istana Negara berubah. Tetty tidak bertemu Jokowi tetapi bertemu Ketua partainya Arlangga Hartarto.

Sebelumnya, kepada awak media Tetty tak banyak bicara. Dia hanya mengatakan, pakaian yang dipakainya itu memang pakaian untuk kerja. Tak spesifik, karena politikus Golkar ini tak santer diperbincangkan jika masuk dalam jajaran menteri Kabinet Kerja jilid II. “Ini memang baju kerja,” singkat Tetty kepada awak media di Istana Negara, mengutip jawapos.com.

Politikus Partai Golkar ini menolak menjawab saat ditanya pemanggilannya berkaitan dengan posisi menteri. Dia bergeming dan bergegas masuk ke kompleks Istana Kepresidenan.

Ternyata, nama Tetty pernah menjadi sorotan. Politikus perempuan itu pernah terseret pusaran perkara suap dan gratifikasi yang menjerat politikus Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso.

Tetty bahkan pernah bersaksi untuk terdakwa Bowo Sidik di Pengadilan Tipikor Jakarta, pada Rabu, 2 Oktober 2019. Dalam sidang, salah satu saksi bernama Dipa Malik mengaku pernah menyerahkan amplop besar warna cokelat kepada Bowo Sidik.

Dipa Malik menyebut amplop itu ‘titipan’ Tetty. Amplop berisi proposal revitalisasi pasar yang diajukan Tetty yang saat itu menjabat sebagai kepala daerah.

Bowo dalam dakwaannya disebut pernah menerima uang senilai Rp 300 juta di Plaza Senayan Jakarta. Tak hanya itu pada 2018, Bowo juga menerima uang Rp 300 juta di salah satu restoran di Cilandak Town Square Jakarta.

Menurut pengakuan Bowo Sidik dalam persidangan, salah satu uang haram yang diterimanya itu berasal dari Tetty. Uang itu untuk memuluskan pengajuan revitalisasi pasar.

Saat itu, posisi Bowo Sidik sebagai wakil ketua Komisi VI DPR yang tengah membahas program pengembangan pasar dari Kementerian Perdagangan untuk tahun anggaran 2017. Bowo dan Tetty sama-sama kader dari partai berlambang pohon beringin.

Kendati namanya disebut-sebut dengan terang dan jelas dalam persidangan, namun, Tetty membantah soal uang suap tersebut. Tetty berkilah tidak pernah mengusulkan proposal. Pengajuan proposal justru diserahkan Tetty sebagai orang nomor satu di Minahasa kepada setiap dinas.

Terpisah, menanggapi kedatangan Tetty, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, mengatakan presiden batal bertemu dengan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Tetty Paruntu. Meski Tetty sempat masuk ke Kompleks Istana Kepresidenan, ia tidak sampai bertemu dengan Jokowi.

Bey menjelaskan, di dalam kompleks Istana Kepresidenan, Tetty justru bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Setelah pertemuan itu Tetty keluar istana lewat pintu samping.

“Ibu Tetty, usulan dari Partai Golkar, di dalam tadi beliau menunggu dulu Pak Airlangga. Setelah bertemu Pak Airlangga, beliau langsung meninggalkan istana lewat samping jadi tidak sampai ketemu Presiden,” kata Bey, dilansir tempo.co.

Menurut Bey, Tetty bukan calon menteri. Ia berdalih Presiden Jokowi tidak mengundangnya ke Istana. Tetty datang untuk bertemu Airlangga. “Tidak. Tadi datang untuk menemui Pak Airlangga. Karena tidak bertemu dengan Presiden jadi bukan (calon menteri),” pungkasnya.(jpc/tpc/fir)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here