AC Milan Telan Kerugian Terbesar Sepanjang Sejarah

0
422
KEKECEWAAN: Kekecewaan bek kanan AC Milan Davide Calabria setelah kekalahan di kandang Udinese dalam giornata pembuka Serie A musim ini (26/8).

Selain performa anjlok sehingga terjerembap di peringkat ke-13 Serie A saat ini, manajemen AC Milan di tangan Elliott Management mengalami defisit neraca keuangan terparah.

===
HARIANHALMAHERA.COM–”Bagaimana caranya supaya AC Milan bisa menjadi klub hebat lagi? Sederhana, cukup kembalikan saja padaku.’’ Begitulah komentar mantan Presiden Milan Silvio Berlusconi kepada Telelombardia awal pekan ini (14/10) tentang terpuruknya Rossoneri musim ini.

Hanya dalam hitungan hari, ucapan Berlusconi yang kini menjadi owner klub capolista Serie C Monza 1912 berubah menjadi kenyataan. Fase yang tak pernah dialami dalam 29 tahun
kepemilikan Berlusconi terjadi kemarin (17/10). Rossoneri mencatat kerugian terbesar dalam setahun atau untuk kalender finansial 2018–2019 yang berakhir 30 Juni lalu.

Dalam laporan yang diteken CEO Ivan Gazidis, peraih scudetto 18 kali itu merugi EUR 145,9 juta (Rp 2,29 triliun). Lebih rendah EUR 20 juta (Rp 314,58 miliar) daripada pendapatan yang mereka capai selama kalender finansial sebelumnya. ’’Yang lebih mengkhawatirkan, aliran uang pendapatannya juga mengalami penurunan,’’ tulis Football Italia dalam ulasannya.

Nilai pendapatannya jeblok 6,1 persen dari periode sebelumnya atau menjadi EUR 241,1 juta (Rp 3,79 triliun). Begitu pula penjualan pemain, sponsor, dan tiket. Pendapatan dari sponsor, misalnya. Efek gagalnya kesepakatan dengan Telecom, ada penurunan EUR 6,7 juta (Rp 105,4 miliar). Pos pendapatan yang meningkat hanya hak siar televisi. Dari EUR 109,3 juta (Rp 1,72 triliun) bertambah menjadi EUR 113,8 juta (Rp 1,79 triliun).

Buruknya angka pendapatan itu berbanding terbalik dengan biaya operasional klub. Sepanjang musim lalu, klub kolektor lima gelar Liga Champions tersebut menghabiskan dana hingga EUR 373 juta (Rp 5,87 triliun). Lebih besar 5,1 persen daripada periode sebelumnya.

Nilai fee peminjaman yang dikeluarkan selama musim lalu juga besar. Totalnya EUR 13,1 juta (Rp 206,2 miliar). Yang paling kentara adalah membayar ke Juventus sampai EUR 10,2 juta (Rp 160,5 miliar) hanya untuk enam bulan bersama striker Argentina Gonzalo Higuain. Lalu, EUR 2,9 juta (Rp 45,6 miliar) digunakan untuk meminjam gelandang bertahan Tiemoue Bakayoko dari Chelsea.

Beban makin besar saat ’’beraksi’’ dalam bursa transfer musim dingin awal tahun ini atau
Januari 2019. Demi mendapatkan dua nama anyar, gelandang serang Lucas Paqueta
(Flamengo) dan striker Krzysztof Piątek (Genoa), Milan mengucurkan dana belanja EUR 60 juta (Rp 944,6 miliar).

Beban gaji pun naik dari yang sebelumnya EUR 130 juta (Rp 2,04 triliun) menjadi EUR 164 juta (Rp 2,58 triliun). Gaji kiper Gianluigi Donnarumma paling mahal. Gigio menerima setidaknya EUR 6 juta (Rp 94,4 miliar) per tahun. Tapi, melepas kiper masa depan timnas Italia itu demi mengurangi beban gaji bukan opsi yang akan dipilih Rossoneri.

Seperti dilansir Tuttomercatoweb, Milan tidak akan melepas satu pun pemain pada bursa
transfer Januari 2020. Sebaliknya, versi Sportmediaset, Milan siap memberlakukan pembatasan gaji pada musim depan. Itulah yang dijanjikan Gazidis. ’’Kami akan mengabaikannya (kerugian dalam satu tahun periode keuangan, Red) untuk sesuatu yang lebih baik ke depan,’’ ucap mantan CEO Arsenal itu seperti dilansir La Repubblica.

Dalam laman Il Milanista juga disebutkan, Rossoneri masih meyakini situasi itu adalah proses restrukturisasi klub di era Elliott Management. ’’Bersama pelatih baru, Stefano Pioli, klub siap bangkit secara performa dan begitu pula manajemen,’’ ujar Direktur Strategi dan
Pengembangan Milan Paolo Maldini. (jpc/pur)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here