FootballOlahraga

Tak Cukup Punya Nama Besar

×

Tak Cukup Punya Nama Besar

Sebarkan artikel ini
Gianluigi Buffon

HARIANHALMAHERA.COM–SELASA malam WIB (2/1), jet pribadi yang mengangkut Zlatan Ibrahimovic tiba di Bandara Linate, Milan. Persis seperti sembilan tahun lalu saat dia datang dari Barcelona. ”Aku ingat, aku berada di sini, di tempat yang sama bertahun-tahun silam. Yang penting aku di sini, aku sangat senang. Aku selalu mengatakan ini (Milan) rumahku dan akhirnya aku kembali,” ucap Ibrahimovic, saat diwawancarai Milan TV setiba di Bandara Linate.

Tapi, dia sudah tak seperti sembilan tahun silam. Saat masih 29 tahun dan mampu menjalani rata-rata 40 laga per musim. Dia juga punya rekam jejak mendulang lebih dari 21 gol tiga musim beruntun sebelum dipinjamkan Barca ke AC Milan. Nah, apakah Ibra mampu untuk kembali seperti dia yang dulu lagi? Itu tantangannya.

Dua tahun di Major League Soccer (MLS) bersama LA Galaxy, hanya 29 kali per musim dia tampil. Meski begitu, striker berjuluk Ibracadabra itu masih mampu mencetak banyak gol di dua musim tersebut. Total 53 gol dia koleksi. Musim lalu dia bahkan mampu mencatatkan rekor satu gol per laga. Main 31 kali, mencetak 31 gol.

Masalahnya tak banyak attaccante yang mampu menciptakan gol di Serie A saat berusia 38 tahun tiga bulan seperti Ibra sedekade terakhir. Matteo Brighi jadi pemain terakhir yang mampu melakukannya musim lalu semasa masih membela Empoli. Termasuk Brighi, tercatat cuma ada enam pemain berusia 38 tahun ke atas yang mencetak gol di Serie A. Francesco Totti salah satu di antaranya. ”Tunggu aku di San Siro, lalu ayo melompat bersama lagi,” janjinya.

”Ibra cuma datang untuk enam bulan, lihat saja berikutnya,” sebut Mino Raiola, agennya seperti dilansir laman Calciomercato terkait kans Ibra langsung menggebrak. Minimal hadirnya Ibra bisa jadi pendongkrak Milan dari teknis dan non teknis. Dari sisi non teknis, namanya akan jadi nilai jual bagi Rossoneri, julukan Milan.

Apalagi dia pun bagian dari skuat scudetto Milan 2010–2011. Itu yang membuat Milan membayar mahal untuknya. Untuk enam bulan, dia dibayar EUR 3 juta (Rp 46,6 miliar). Angka yang setara separuh nilai kontrak portiere Gianluigi Donnarumma semusim. Gaji tiap pekan Ibra diperkirakan berkisar di EUR 125 ribu (Rp 1,9 miliar).

Soal faktor umur yang bisa berdampak dengan ketajaman dan ketahanan Ibra dari cedera seperti dalam kolom Simon Kuper di ESPN juga bisa jadi tantangannya. Ingat terakhir dia main di Manchester United. Dalam dua musim, Ibra menghabiskan 293 hari waktunya karena cedera. ”Terakhir aku meneleponnya, Mister, aku baik-baik saja,” tutur allenatore Milan, Stefano Pioli.

Tantangan di usia 38 tahun pun dialamatkan bagi striker Juventus, Cristiano Ronaldo. Itu terkait rencana Juve memperpanjang kontrak Ronaldo sampai 2022–2023. CR7 akan bersaing di Serie A sampai berusia 38 tahun lebih. Seusia Ibra saat ini. ”Cristiano masih mampu bermain empat atau lima musim lagi,” klaim Jorge Mendes, agennya, kepada Sky Italia.

Padahal, dua musim membela klub berjuluk La Vecchia Signori itu, performanya jeblok. Selama 2019, dia mencetak 39 gol bagi Juve di semua ajang. Itu koleksi gol terendahnya dalam setahun sedekade terakhir. Bandingkan dengan saat 2013 dia bisa mencetak 69 gol ketika dia di Real Madrid. Maklum, nama besar Ronaldo sudah banyak memberi keuntungan bagi Juve.

Sama seperti Ibra, nilai kontrak kapten timnas Portugal itu bisa tetap mahal meskipun di usia 38 tahun. Juve mengiming-iminginya uang besar di balik kontrak barunya itu nanti. Konon Juve bersedia membayar EUR 35,3 juta (Rp 548,5 miliar) semusim jika Ronaldo menerimanya. Nilai yang makin menjadikannya bergaji termahal di Serie A. Termahal di usianya. (jpc/pur)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *