Olahraga

Taktik Pramusim yang Menjebak

×

Taktik Pramusim yang Menjebak

Sebarkan artikel ini
Marco Giampaolo dan Paolo Fonseca

HARIANHALMAHERA.COM– Marco Giampaolo dan Paulo Fonseca sudah merasakan tekanan yang berbeda. Jika sebelumnya ”hanya” menangani klub papan tengah ke bawah atau klub dari luar lima liga elite Eropa, mulai musim ini memikul beban di klub top Serie A. Giampolo di AC Milan, dan Fonseca melatih AS Roma. Keduanya langsung mendapat tekanan berat pada giornata pertama.

Memulai Serie A dengan kekalahan? AC Milan telah merasakannya di dua musim beruntun.
Setelah musim lalu takluk di tangan Napoli pada giornata pertama Serie A, maka kemarin (26/8) Rossoneri, julukan Milan, menyerah 0-1 dari Udinese di Stadio Friuli, Udine. Sialnya ini terjadi dalam laga pertama pelatih anyarnya, Marco Giampaolo.

”Sebab, visiku dengan permainan Milan berbeda,” sesal Giampaolo ketika diwawancarai Sky
Sport Italia. Ya, mantan allenatore Sampdoria itu kemarin WIB menerapkan skema 4-3-1-2
yang kerap dia pakai selama di Mugnaini, kamp latihan Sampdoria. Itu bukan skema familier di Milan tiga musim terakhir.

Karena, selama era Vincenzo Montella dan Gennaro Gattuso, Milan selalu memakai 4-3-3.
Suso menjadi pemain yang memegang kunci perubahan skema Giampaolo itu. Dia ditaruh di belakang duet Krzysztof Piatek dan Samu Castillejo. Selama di Milan, Suso lebih banyak turun sebagai winger kanan.

Bukannya berperan sebagai trequartista seperti visi Giampaolo. ”Suso pemain luar biasa.
Tetapi, dia mungkin memiliki karakteristik yang berbeda. Kami perlu membuat mereka bermain dalam peran alami mereka. Kami harus mengerjakannya, mungkin dengan kembali ke skema 4-3-3,” tutur tactician yang mentok hanya mampu membawa Il Samp, julukan Sampdoria, finis di posisi sembilan Serie A dua musim terakhir itu.

”Itu bukan kesalahan mereka. Karena, mereka sudah berusaha dengan sangat keras. Tapi, aku tak boleh mengubah sifat mereka. Itu bukanlah pekerjaanku,” sambung pelatih 52 tahun itu.

Giampaolo telah menjajal skema itu sepanjang pramusim, salah satunya pada laga
International Champions Cup (ICC) melawan Manchester United (3/8).

Faktanya, dengan formasi itu serangan Alessio Romagnoli dan kawan-kawan malah menurun.

Hanya delapan tembakan dilakukan pemain Milan, dan sekali saja tepat sasaran. Gawang
Milan pun kebobolan pada menit ke-72 dari gol Rodrigo Becao. ”Dia (Giampaolo) telah
menyiapkan semuanya. Tapi, proyeknya memang butuh waktu. Ide-ide barunya segera
muncul,” bela Romagnoli, dikutip dari laman Milan Live.

Setali tiga uang dengan Paulo Fonseca. Arsitek berkewarganegaraan Portugal pertama di Il
Lupi, julukan AS Roma, itu pun terjebak dari pengalamannya menangani Roma di pramusim.

Salah satunya dalam memilih kolaborasi bek tengahnya. Untuk mengisi posisi Kostas Manolas, bek Roma yang dijual ke Napoli, Fonseca menunjuk duet Juan Jesus dan Federico Fazio.

Duet ini malah goyah begitu Fonseca menarik Jesus, dan menggantinya dengan Mancini. Gol ketiga Genoa sekaligus penyama kedudukan yang dicetak Christian Kouame saat menit ke-70 jadi buktinya. Itu berselang empat menit setelah Roma bermain dengan skema tiga bek yang kurang familier.

”Aku percaya dengan pemain saya. Memang, ini isu terbesar tim ini, mencari bek tengah top dan saya harap itu akan terjadi sebelum bursa transfer ditutup. Tetapi jika tidak terjadi maka kami perlu pemain yang bisa memenuhinya (skema tiga bek),” ulas Pelatih Terbaik Liga Primer Ukraina 2016-2017 itu, dikutip Football Italia. (jpc/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *