HARIANHALMAHERA.COM— Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Sumber Daya Air, terus mengenjot pembangunan infrastruktur untuk menyediakan air bersih kepada masyarakat di wilayah Malut.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Malut Abdul Muis menuturkan, dalam tugasnya ada beberapa aspek yang difokuskan. Salah satunya aspek konservasi air bersih.
“Jadi, memanfaatkan sumber daya air terutama pada pulau–pulau kecil yang sulit mendapatkan air bersih,” katanya.
Mengenai hal itu, ia menjelaskan pada naungan BWS Malut terdapat dua sungai, yaitu sungai Haltim dan Halsel. Namun saat musim kemarau tiba, sungai-sungai kering.
Maka dari itu, BWS memfokuskan untuk membuat bendung dan embung agar ketersedian air selalu ada.
“Salah satu embung yang sudah kita bangun pada 2017 ialah Embung Konservasi Gurabunga di Kelurahan Gurabunga yang mampu menampung 30.000 m3,” ujarnya.
Untuk tahun 2019, BWS merencanakan pembangunan Embung Gurabati di Pulau Tidore.
“Untuk embung tersebut tidak terlalu luas. Daya tampung 500 ribuan per kubik dengan panjang 30 meter. Namun jika sudah terbangun, embung itu bisa menjadi manfaat bagi air tanah,” tuturnya.
Selain embung, BWS Malut juga sedang menggarap beberapa bendung untuk aliran irigasi bagi ketahanan pangan. Mulai dari Bendung Dakaino, Akedaga, dan Mancalele.
“Dakaino sudah selesai pembangunannya pada 2018. Namun perlu tahap untuk jaringan lanjutan. Kalau ketiga bendung itu beroperasi, bisa melayani lahan persawahan sampai 3.000 hektar,” terangnya.
Sementara untuk program 2019, dia menjelaskan akan membangun bendung Akelamo yang berlokasi di Haltim. Nantinya bendung itu akan melayani 4.600 hektar lahan persawahan.
“Ini pembangunan lanjutan. Namun akses darat menuju ke lokasi itu sulit. Jadi kami masih koordinasi dengan pemerintah setempat,” ujarnya.
Selain itu, BWS Malut juga merencanakan pembangunan bendung Tilope yang nantinya bisa melayani 1.700 hektar dan bendungan Wairoro. Itu bisa melayani 3.000 hektar persawahan dan bisa melayani air baku untuk Ibukota Weda, Halmahera Tengah.
Mengenai penyedian air, pada 2018, BWS sudah membangun jaringan pipa bawah laut untuk mendistribusikan air baku ke Pulau Maitara dari Tidore Kepulauan.
Untuk jaringan pipa bawah laut 2019, direncanakan untuk masyarakat Pulau Hiri. Terdapat setidaknya 3.000 jiwa di pulau tersebut yang krisis air.(lp6/pur)