Ternate

Penanganan Korban Gempa Lamban

×

Penanganan Korban Gempa Lamban

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Gempa (Foto : Net)

HARIANHALMAHERA.COM–Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) kemarin baru mulai menyalurkan bantuan logistik kepada warga Kecamatan Batang Dua korban gempa 7,1 skala richter (SR).

Penyaluran bantuan yang baru dilakukan lima hari pasca gempa itu menurut Kepala Seksi (Kasi) Distribusi Logistik BNPB Pusat,  Raymond Mnt dikarenakan terhambat pada komunikasi, koordinasi serta transportasi yang menghubungkan akses penyeberangan kapal laut dari Ternate ke Batang Dua.

Walau begitu, BNPB tetap berupaya memaksimalkan proses distribusi bantuan ke sana. “Bantuan ini bersumber dari APBN dan APBD itu dari APBD Kota Ternate dan APBD Provinsi Malut,” jelasnya.

Sementara untuk jumlah pengungsi yang dicover BNPB masih sama dengan data yang dikirim sebelumnya yakni sebanyak 30 Kepala Keluarga (KK). “Hari ini (kemarin, Red) tim kita akan lakukan ferivikasi ulang di sana apakah bertambah atau tetap dengan data yang ada,” ungkapnya.

Sementara Plh. Sekretaris BPBD Malut, Ali Yau menuturkan, untuk data kerusakan akibat gempa di Batang dua terdiri dari 30 unit rumah rusak ringan, 3 gereja rusak ringan, bangunan SMAN 11 rusak ringan, dan satu perkantoran yaitu Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sementara jumlah warga yang mengalami luka ringan sebanyak dua orang.

Dijelaskan, sore kemarin Pemprov Malut dan Pemkot mulai mendistribusikan bantuan berupa  19 kotak family kit, 29 kotak kit sweat, 60 pics perlengkapan sekolah, 75 pcs sandang, 95 pcs selimut, 10 lembar tenda gulung ukuran besar, matras 40 pcs, 7 kotak kesehatan keluarga, 1 ton beras, 100 dos supermi, dan 100 pcs minyak goring ukuran 2 kg.

Dari informasi yang dihimpun BPBD Malut, pada siang hari warga di Batang dua gempa beraktifitas di rumah masing-masing, sedang pada malam harisnya mereka tidur diluar rumah atau tempat yang dianggap aman.

Ali juga mengaku proses distribusi bantuan ke Batang Dua agak terlambat, padahal semestinya penanganan korban bencana sudah harus dilakukan sehari pasca kejadian.

Namun begitu Ali menegaskan Pemerintah tetap tidak akan tinggal diam dengan situasi yang terjadi di Batang Dua. “Kalau memang bilang Pemerintah tidak ada, yang paling dibawah itu Pemerintah Kelurahan, kita lakukan komunikasi terus dengan BPBD Kota, dan BPBD kota melakukan komunikasi dengan Pemerintah setempat untuk mengambil langkah penanganan lebih awal sebelum Pemerintah Kota turun melakukan penanganan,” sambunya lagi.

“Jadi penanganan sudah dilakukan Pemerintah Kelurahan, nanti Pemerintah Kabupaten secara berjenjang menyalurkan bantuan. Tadi ini kan kapal yang kita gunakan itu kapal kecil yang dihibahkan Kementrian Perhubungan, sehingga kita takut ambil resiko sehingga barang itu sudah kita alihkan menggunakan kapal KSOP,” ucapnya seraya menambahkan, setelah tim turun ke lokasi barulah dilakukan penanganan, karena Walikota Ternate sudah mengeluarkan SK tanggap darurat.

Terpisah, Kepala BMKG Ternate, Kustoro Heriyatmoko yang ditemui di Pelabuhan A. Yani Ternate siang kemarin mengatakan hingga pukul 14.00 jumlah gempa bumi susulan yang terjadi pasca gempa 7,1 di Laut Maluku sebanyak 287 gempa bumi, dengan gempa dirsakan sebanyak 11 kali, dari gempa-gempa tersebut adalah susulan yang paling tinggi berkekuatan 6,1 SR, dan yang paling kecil adalah 2,7.

“Sampai saat ini susulan tetap masih ada, dan kita akan monitoring terus sampai keseluruhanya selesai, walaupun selesai tetap di wilayah situ kan di wilayah subduksi yang aktif, tetap akan terus terjadi gempa bumi, dalam hari-hari biasa tidak ada gempa susulan, dia bisa terjadi 3 sampai 4 kali gempa bumi,” katanya.

Tim BMKG kata Kustoro, juga terlibat untuk terjun langsung ke lokasi bencana di Batang Dua, mereka akan mengukur titik kumpul gempa serta elevasinya dari jarak pantai. Pihaknya akan mengambil data sebagai bahan antisipasi.

“Kita juga akan mengedukasi warga Batang Dua mengenai hal-hal yang harus dilakukan ketika terjadi gempa apalagi berpotensi tsunami,” katanya.

Dikatakan, potensi gempat masih tetap ada. Namun biasanya, jika sudah lepas gempa berskala besar, maka perlu waktu pusat gempa menyusun kekuatan kembali untuk melepaskan energy gempa yang besar. “Kita tahu di tempat itu kan sudah pernah terjadi gempa bumi yang sama pada tanggal 15 november 2014, jadi pengulangan lima tahun sudah terjadi dengan gempa bumi yang sama dengan wilayah yang sama,” katanya.

Di tempat yang sama, anggota Wahana Visi Indonesia (WHI) Ternate, Purwono mengaku pihaknya juga ambil bagian dalam rangka memulihkan trauma anak-anak dan ibu hamil korban gempa di Batang Dua.

Yayasan Sosial Kristen ini akan turun ke Batang Dua selama seminggu. Di sana, mereka akan mencatat korban gempa khususnya anak-anak dan ibu hamil yang rentan. Kemudian dibuatkan satu kegiatan trauma Wheeling yakni untuk mengatasi rasa trauma pada anak dan ibu hamil serta psikososial.

“Jadi untuk anak-anak di sana kita kerja sama dengan Gereja Protestan Maluku (GPM) akan melakukan psikososial, kami membawa bantuan hanya selimut untuk ibu hamil dan buku-buku bacaan anak, sambil buat permainan anak-anak di sana, personil wahana visi baru satu, kita lihat kondisi di lapangan, kita akan kerja sama dengan masyarakat, jadi kita kuatkan masyarakat supaya mereka bisa mendampingi anak-anak di sana, kami yang akan melatih khusus traumailing dan dukungan psikososial,” ujarnya.

Mengenai kapan anak-anak bisa pulih dari rasa trauma. Purwono menjelaskan, biasanya butuh bermain supaya bisa lupa dengan kejadian yang baru dilewati.

“Jadi seminggu itu, rasa takutnya itu bisa hilang dengan permainan yang kita buat. Sasaranya masih anak-anak sama ibu hamil yang rentan, jadi kita berbagi peran di situ, kita lebih ke anak-anak sebenarnya,” singkatnya. (lfa/pur).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *