EdukasiZona Sekolah

IGI Dorong Kurikulum Baru

×

IGI Dorong Kurikulum Baru

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI buku pelajaran K-13 untuk tingkat sekolah dasar. (foto: via thetanjungpuratimes.com)

HARIANHALMAHERA.COM–Ketua umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim beranggapan, pendidikan sekolah butuh kurikulum baru. Alasannya, kurikulum 13 (K-13) yang ada saat ini masih kurang baik.

“Baik untuk KTSP atau Kurikulum 2013 (K13) itu jelek, mata pelajaran terlalu banyak sehingga membutuhkan banyak tenaga guru,” ujar dia dikutip dari republika.co.id, Jumat (1/11).

Dia menambahkan, banyaknya mata pelajaran di kurikulum 2013 menjadi beban tersendiri bagi siswa. Alhasil, siswa tidak memahami sepenuhnya dari konteks kurikulum dan pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, dia menilai perlu ada kurikulum baru sebagai penunjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Ramli mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara rinci bagaimana mekanisme pergantian yang sedang dalam proses oleh Mendikbud itu. Namun demikian, menurut dia, ada yang perlu diperhatikan ketika melakukan prosesnya. “Yang pertama itu Mendikbud harus memperhatikan jumlah mata pelajaran,” kata dia.

Menurut dia, jumlah mata pelajaran dari SMP hingga SMA dinilai terlalu banyak. Lebih lanjut dia menekankan, jika sudah ada penekanan pelajaran sejak pendidikan dasar, dalam artian SD, jumlah mata pelajaran ketika SMP dan SMA harus dipersempit.

“Jadi SMP misal hanya membutuhkan lima atau maksimal enam mata pelajaran, hal serupa juga berlaku di SMU,” kata dia.

Dia menegaskan, pengurangan tersebut dilatarbelakangi oleh jumlah guru yang terbatas untuk mengajar. Hal selanjutnya yang ia tekankan adalah penjurusan bagi SMA yang harus dihilangkan. Sehingga, ke depannya tidak perlu ada jurusan, IPA, IPS ataupun Budaya dan Bahasa. “Cukup satu saja agar menjadi umum, dan menjadi SMU,” tuturnya.

Ditambahkan, yang perlu menjadi fokus utama Mendikbud adalah kebutuhan bagi SMK. Dia mengatakan, mata pelajaran produktif SMK memangtidak bisa dihindari, karena sifatnya yang merupakan keahlian. Karenanya, jika ada banyak mata pelajaran normatif, lebih baik untuk dikurangi.

“SMK punya peran lebih besar, kami setuju SMK memakai sistem SKS. Agar siswa yang sudah ahli dalam penjurusannya tidak perlu menyelesaikannya studi dalam tiga tahun,” kata dia.(rep/fir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *