EkonomiMaluku Utara

Ekonomi Tumbuh Tertinggi di Dunia, Petani Merana

×

Ekonomi Tumbuh Tertinggi di Dunia, Petani Merana

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi : Petani Kopra

HARIANHALMAHERA.COM–Kehadiran industri pengolahan dan pertambangan di Maluku Utara (Malut) yang kian masif memang memberikan dampak positif bagi meroketnya ekonomi Maluku Utara (Malut) yang oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) diklaim tertinggi di dunia.

Namun, dilain sisi, kondisi itu belum memberikan dampak signifikan bagi sektor lainnya, terutama pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan. Sektor yang menjadi mata pecaharian mayoritas masyarakat Malut itu justeru semakin tergerus.

Hal ini dapat dilihat dari tren penurunan nilai tukar petani (NTP) yang terjadi dalam kurun waktu dua bulan terakhir yakni Oktober dan November.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Malut, pada Oktober 2022, NTP Malut turun 0,67 persen dari bulan September menjadi 106,20. Sementara NTP September 106.92.

Penurunan lebih besar terjadi pada November, Dimana, NTP turun sebesar 1,46 persen menjadi 104,66. Penurunan ini pun ikut mempengaruhi Indeks Konsumsi Rumah Tangga petani (IKRT) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP).

Kepala BPS Malut Aidil Adha menyebutkan, IKRT November turun 0,14 persen menjadi 113,35, sedangkan NTUP turutn 1,74 persen menjadi 104,74. “Penurunan NTP November 2022 disumbang oleh penurunan NTP pada seluruh subsektor pertanian,” ucap Aidil

Pada Subsektor Tanaman Pangan terjadi penurunan sebesar 0,21 persen, Subsektor Hortikultura turutn sebesar 0,96 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turutn 1,55 persen, Subsektor Peternakan turun sebesar 0,94 persen, dan Subsektor Perikanan turun 1,93

Meski begitu, pada November Malut menjadi wilayah dengan inflasi terendah dari banding 90 Kota yang dipantau BPS.  Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS Setianto mengatakan inflasi di Kota Ternate, mencapai 3,26 persen pada November.  “Inflasi terendah dari 90 kota yang kami amati ada di Ternate sebesar 3,26 persen,” ujar Setianto dalam konferensi pers, Kamis (1/12) sebagaimana dikutip dari cnn.indonesia.

Inflasi di Ternate disebabkan oleh kenaikan berbagai harga komoditas seperti, tarif angkutan udara dengan andil 1,21 persen, bensin andil 0,66 persen, bawang merah andilnya 0,39 persen, dan bahan bakar rumah tangga memberikan andil 0,21 persen.

Sedangkan, inflasi tertinggi ada di wilayah Tanjung Selor, Kalimantan sebesar 9,20 persen pada bulan lalu. Komoditas pendorongnya adalah angkutan udara dengan andil 2,07 persen, bensin andil 1,27 persen, bahan bakar rumah tangga andil 0,87 persen, dan cabai rawit andil 0,37 persen.

Sementara, di wilayah lainnya, seperti Sumatera inflasi paling tinggi ada di Kota Bukittinggi sebesar 7,01 persen. Lalu, Jawa tertinggi ada di Jember sebesar 7,76 persen.

Kemudian, inflasi di Bali Nusa Tenggara tertinggi ada di Kota Kupang sebesar 7,30 persen dan di Sulawesi tertinggi ada di Kota Parepare sebesar 7,11 persen.(lfa/cnn/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *