Halbar

Puluhan IRT di Halbar Terindikasi HIV/AIDS

×

Puluhan IRT di Halbar Terindikasi HIV/AIDS

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI tabung sampel darah penderita HIV. (foto: medicalnewstoday.com)

HARIANHALMAHERA.COM–Penyebaran penyakit menular HIV/AIDS di Halmahera Barat (Halbar) cukup mengkhawatirkan. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), teridentifikasi hampir sebagian besar penderita adalah kaum perempuan berusia 25 hingga 30 tahun ke atas.

Mirisnya, hampir secara keseluruhan berstatus Ibu rumah tangga (IRT). Penyebaran penyakit menular tersebut lebih disebabkan prilaku seksual menyimpang pasangan, terutama sang suami yang kerap doyan ‘jajan’ di luar.

Berdasarkan data Dinkes Halbar, tercatat dari tahun 2017 penderita HIV/AIDS mencapai 12 orang dengan klasifikasi 5 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Memasuki 2018, jumlah penderita kembali melonjak menjadi 19 orang. Terdiri dari 6 orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

Di 2019, jumlah yang terinfeksi sebanyak 12 orang. Terdiri dari 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Sedangkan di 2020, angka penderita cendrung menurun menjadi 9 orang, terdiri dari 6 wanita dan 3 laki-laki.

Sekretaris Dinkes Halbar, Rahmat Patty, menjelaskan sebagian besar penderita yang terkonfirmasi menderita penyakit menular seks ini, berdasarkan hasil pemeriksaan awal di setiap Puskesmas.

“Mereka langsung diarahkan petugas untuk melakukan pemeriksaan, pengobatan dan konseling di Klinik Marimoi RSUD Jailolo,” kata Rahmat di sela-sela Workshop terkait penanganan dan pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS di lokasi pariwisata Rappa Pelangi, Desa Bobanehena, Jailolo, Selasa (1/12).

Namun sebagian besar penderita lebih memilih berobat di Klinik Hohiday yang berada di Desa Kusuri, Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara (Halut).

Rahmat mengaku, penyebaran penyakit tersebut seperti fenomena gunung es. Selain yang sudah teridentifikasi, ada juga yang belum tercover Dinkes. “Ada yang sudah meninggal dunia,” katanya.

Menurut dia, virus tersebut kerap menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika kekebalan tubuh hancur, maka penderita bisa tersedang berbagai penyakit.

“Yang jadi kendala kami juga, terkadang penderita tidak mau terbuka. Nanti setelah terkonfirmasi baru memilih berobat,” katanya.

Terkait upaya pencegahan virus tersebut, menurut dia, membutuhkan peranan seluruh lapisan masyarakat dengan menjaga pola hidup sehat. “Terutama setia kepada pasangan,” katanya. (tr-4/kho)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *