HaltengMaluku UtaraPemprov

DLH Halteng Ragu Temuan Nexus3 Foundation, DPRD Halteng Soroti Rencana DKP Malut

×

DLH Halteng Ragu Temuan Nexus3 Foundation, DPRD Halteng Soroti Rencana DKP Malut

Sebarkan artikel ini
tampak dari udara lokasi perusahan PT IWIP di Halteng

HARIANHALMAHERA.COM– DPRD Halmahera Tengah soroti rencana Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku Utara (Malut) melarang nelayan, khususnya nelayan Halteng untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan di beberapa titik yang diduga tercemar logam berat

Larangan itu bakal diterapkan DKP Malut menyusul adanya hasil penelitian Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah, yang menemukan pencemaran logam berat di perairan teluk Weda, Kabupaten Halteng, dimana sampel yang diteliti pada ikan dan darah manusia mengandung merkuri dan arsenik.

Hasil pemeriksaan darah warga sendiri menunjuukkan 47 persen mengandung merkuri, dan 32 persen memiliki kadar arsenik melebihi ambang batas aman. Temuan pun disampaikan dalam konferensi pers oleh peneliti Nexus3, Annisa Maharani, di Jakarta, sehingga menindaklanjuti hal itu Kepala DKP Malut, Fauji Momole, pun menyampaikan bahwa pihaknya berencana akan menghentikan aktivitas sementara para nelayan pada titik-titik diduga tercemar.

Rencana DKP Malut sontak ditanggapi kesal oleh Wakil ketua DPRD Halteng, Munadi Kilkoda. Politisi NasDem ini mengatakan, bahwa mestinya menghentikan aktivitas pertambangan PT IWIP bukan menghentikan aktivitas nelayan. “Ini cara pandang yang terbalik,”katanya, Jumat (30/5).

DKP Malut menurutnya, harus cari tahu sumber pencemaran laut sampai ikan terkontaminasi dengan logam berat itu dari mana asal muasalnya, setelah itu koordinasi lintas sektor untuk ambil tindakan hukum terhadap pelanggaran lahan yang ditimbulkan oleh pihak-pihak terkait.

“Cara kerjanya bagitu, bukan serampangan bagini, langsung stop-stop kegiatan masyarakat nelayan. Kalau DKP kase stop itu lalu jaminan hidup nelayan itu akan di subsidi negara? Kadis punya cara berfikir bagimana sampai harus menghentikan nelayan,”geramnya.

Sementara itu, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Halteng menyatakan keprihatinan atas temuan pencemaran logam berat di perairan teluk Weda. Namun, pihaknya mengungkap sampel ikan yang diambil disekitar area penambangan adalah keliru, karena sampel ikan di pasar ikan Lokulamo, Waibulan, Sawai dan Gemaf adalah pasokan dari Halut, Halbar, Halsel, Raja Ampat, Kota Sorong dan dari Surabaya.

“Jika kepercayaan publik terhadap keamanan ikan terganggu, maka mata pencarian Nelayan pun terancam, sehingga itu sementara waktu boikot pasokan ikan dari luar Kabupaten/Kota dan Propinsi yang masuk Halmahera Tengah, bukan penghentian aktivitas nelayan di wilayah tersebut,”tandas HNSI Halteng.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Halteng, Rivani Radjak mengungkapkan, pihaknya juga melakukan pemantauan dan pemeriksaan pada kualitas air sungai maupun air laut dalam waktu dua kali setahun. “Kami lakukan  setiap semester  (2 kali dalam setahun) dan  hasilnya sesuai uji laboratorium masih belum melewati  ambang batas terhadap sungai yang aliran airnya bermuara ke laut, yang mana menjadi habitat ikan dan lokos  sampel penelitian dr Nexus3,”ungkapnya.

Untuk kedua parameter logam berat merkuri (Hg) & Arsen (Ar) pada badan air, dan air laut sendiri  lanjutnya, hasilnya  masih dibawah standar baku mutu, sehingga air sungai dan air laut masih aman belum tercemar untuk kedua parameter tersebut.

“Untuk hasil riset dari Nexus3 pada ikan pada saat presentase di kantor  kami DLH, sudah mempertanyakan tentang proses pengambilan sampel ikannya karena mereka, tidak langsung menangkap ikan di laut sekitar weda bersama nelayan, tapi hanya beli di pasar yang kemungkinan besar ikannya berasal dari luar Weda, dan kemungkinan sudah terpapar oleh bahan/zat pencemar lain, pada saat proses penangkapan, pengemasan, pengawetan dll baik oleh nelayan maupun oleh lingkungan sekitar ikan yang dijual tersebut,”jelasnya.

Kemudian sampel darah pada manusia menurutnya, perlu dikaji kembali, sebab wajib mengetahui traking aktivitas dari orang-orang yang menjadi sampel, karena menjadi sampel selain aktifitas kesehariannya di Weda bisa saja melakukan aktivitas yang lain, dmana mereka tidak selamanya berdomiisili di Weda, sehingga perlu juga mengetahui konsumsi makanan lainnya, pola makannya dan pola hidup,

“Mereka juga tidak setiap saat mengkonsumsi ikan, tetapi juga makananan lain seperti daging ayam dan sayuran, buah-buahan yang kemungkinan sudah mengandung bahan pengawet yang ada bahan kimianya kebanyakan didatangkan dari luar weda juga,”pungkasnya.(Ir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *