HARIANHALMAHERA.COM— Peristiwa pembunuhan yang menewaskan tiga orang warga Desa Waci pada 29 Maret lalu, belum juga ada titik terang. Parahnya lagi, tidak ada perhatian dari Pemkab Halmahera Timur (Haltim).
Kondisi ini memantik para pemuda yang mengatasnamakan Aliansi Peduli Masyarakat Waci, menggelar demonstrasi di depan Kantor Bupati Haltim. Mereka menuntut Bupati Muhdin Ma’bud bersikap atas pembunuhan sadis di Desa Waci.
Koordinator Aksi, Suswanto, dalam orasinya menyatakan kasus pembunuhan hingga mutilasi oleh orang tak dikenal (OTK) di Desa Waci sudah empat kali terjadi dengan jumlah korban meninggal sebanyak 8 orang. Anehnya, pemkab terkesan cuek.
“Seolah Desa Waci bukan bagian dari wilayah Kabupaten Haltim hingga tidak ada perhatian serius dari pemkab. Padahal pada kasus pembunuhan pertama di tahun 1980-an yang menewaskan satu korban meninggal, Pemkab telah berjanji akan membangun pos di beberapa titik kerawanan,” koarnya.
“Kejadian sudah berulang kali, tetapi tidak ada perhatian serius, baik pemkab maupun dekab. Terbukti, pasca kejadian tidak ada kontribusi, yang ada hanya Polisi dan TNI,” sambungnya.
Dalam aksi tersebut, aliansi menuntut Pemkab dan Dewan Kabupaten (Dekab), agar dapat duduk bersama dengan Polres, Camat Maba Selatan dan Pemdes Waci, guna mencari solusi menghentikan kasus pembunuhan yang meresehkan masyarakat.
Massa aksi juga mendesak pemerintah mendukung kinerja Polres dalam penyelidikan kasus tersebut, serta secepatnya membangun pos keamanan di titik rawan yang berada di belakang Desa Waci.
”Apabila tuntutan kami ini tidak diindahkan maka akan dilakukan aksi susulan yang lebih besar lagi,” ancamnya.
Terpisah, dalam hering yang laksanakan di kantor dekab, Sekretaris Komisi I Bahri Hayun dan juga Ketua komis II Mursid Amalan, mengaku akan melakukan mediasi melibtkan bersama pemerintah dan kepolisian/TNI untuk membicarakan permasalahan yang terjadi di Desa Waci.
“Kita akan mediasi. Bahkan, sudah selayaknya masalah tersebut didorong pemerintah daerah agar menjadi perhatian pemerintah pusat. Karena kasus ini susah terjadi berulang kali dan sudah delapan korban jiwa sejak 1985,” tegas Bahri.(rul)