EkonomiHalut

Harga Cengkeh ‘Rontok’ Tersisa Rp 20 Ribu Per Kilo

×

Harga Cengkeh ‘Rontok’ Tersisa Rp 20 Ribu Per Kilo

Sebarkan artikel ini
SIAP PANEN: Ilustrasi proses pemetikan cengkeh saat panen. (foto: jitunews.com)

HARIANHALMAHERA.COM– Sadis betul ‘hukum’ pasar. Tapi itulah hukum ekonomi yang berlaku. Berharap untung justru buntung. Itulah yang dirasakan petani cengkeh di Halut. Berharap harga cengkeh masih sama tahun lalu, ternyata ‘rontok’ hingga 50 persen.

Diketahui, harga cengkeh kering di 2018 masih dibeli dengan harga Rp140 ribu per kg, kini hanya dihargai Rp60-70 ribu per Kg. Lebih prah lagi cengkeh basah, hanya dihargai Rp17-20 ribu per kg.

Terjun bebas harga komoditi warga Maluku Utara (Malout), khususnya Kabupaten Halmahera Utara (Halut) ini, menjadi pukulan beruntun bagi petani dan menambah daftar panjang kegagalan pemerintah melindungi masyarakat petani.

Nasrun, petani cengkeh asal Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Malifut  kepada Koran ini menceritakan, pada awal musim panen cengkeh sudah banyak petani yang mengeluhkan turunnya harga jual cengkeh. “Harga jual cengkeh dari petani sekarang lebih murah dibanding tahun lalu. Makanya ada sebagian petani lain tidak menjual cengkeh basah, tapi dijemur sampai kering menunggu harga stabil,” ujar Nasrun, kemarin.

Nasrun menjelaskan, selain harganya yang anjlok, saat ini kondisi cuaca juga sangat tidak memungkinkan bagi petani untuk mengeringkan cengkeh. Karena keterbatasan tempat penyimpanan, banyak petani yang khawatir cengkeh yang sudah dipetik bisa rusak karena cuaca hujan. “Ditambah petani tidak memiliki alat pengering cengkeh. Sudah pasti rugi,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Halut Muksin Mustika mengaku,  dirinya juga merasakan apa yang dirasakan petani cengkeh saat ini. Diakui, sebelum masuk masa panen harga cengkeh masih dikisaran Rp14o ribu per kg, setelah memasuki masa panen langsung terjun bebas. “Selain harga kopra anjlok, harga cengkeh kini anjlok saat musim panen,” tuturnya.

Sementara itu, akademisi Universitas Hein Namotemo Sukitmas Asgar mengatakan, anjloknya harga komoditi kopra dan cengkeh, pastinya mengancam perekonomian masyarakat Halut. Buktinya ketika harga kopra anjlok dikisaran Rp 3.600 per kg, daya beli masyarakat menurun. Apalagi ditambah turunnya harga cengkeh, pasti daya beli masyarakat akan lebih turun. “Kalau sudah menyentuh daya beli masyarakat, pasti akan menyinggung pula perekonomian di daerah,” pungkasnya.(fik/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *