HalutKesehatan

Testimoni Dav, Karyawan NHM yang ‘Perang’ 11 Hari Lawan Corona

×

Testimoni Dav, Karyawan NHM yang ‘Perang’ 11 Hari Lawan Corona

Sebarkan artikel ini
ILUSRASI: Dav, karyawan mitra NHM saat menjalani perawatan tim medis di RS Darurat Covid-19, Tobelo, Halut beberapa waktu lalu.(foto: Dav for Harian Halmahera)

HARIANHALMAHERA.COM— “COVID-19 memang nyata. Jangan remehkan,” kata Dav. Itu bukan sekadar pernyataan. Itu pengalaman sekaligus pembuktian dirinya. Pengalaman itu di-share dalam beranda FB. Inginnya, jangan ada lagi yang meremehkan. Dia pun berdoa, semoga tidak ada lagi yang terinfeksi.

Dav, begitu dia dipanggil. Dav yang sehari-harinya sebagai karyawan kontraktor NHM, rupanya khawatir dengan kondisi saat ini. Masyarakat makin cuek dengan keberadaan virus yang sudah membunuh sekita 692 ribu penduduk dunia.

“Terlepas dari kontraversi bahwa adanya konspirasi tingkat tinggi dengan virus Covid-19 dan masih begitu banyaknya pihak/orang yang beranggapan bahwa virus ini tidak nyata. Tapi bagi saya Covid-19 memang nyata,” ujarnya.

Dia pun ingin membagikan pengalamannya ‘bertempur’ 11 hari melawan infeksi SARS-CoV-2. Meski dari hati kecilnya, ada rasa tidak nyaman. Namun, perasaan itu dikalahkan dengan harapannya demi kebaikan banyak orang, agar lebih mawas diri saat beraktivitas di luar rumah.

Dia salah satu dari ratusan karyawan NHM yang menyandang status positif covid-19. Dia pun masuk dalam kelompok paling kecil berkategori pasien beresiko karena obesitas. Dibanding dominasi karyawan dengan status pasien orang tanpa gejala (OTG), Dav harus benar-benar bertempur. Ibarat dalam perang, dia berhadapan langsung dengan musuh.

“Gejala-gejala yang saya alami sangat berbeda dengan pasien covid lainnya,” ceritanya.

“Saya harus bertarung hebat selama 11 hari dengan virus ini sampai harus di rawat beberapa hari di rumah sakit, di ruangan khusus isolasi pasien covid,” sambungnya.

Dia pun menceritakan secara detil dari hari pertama hingga hari ke-11. Termasuk, pada hari ke berapa fase kritis yang dirasakannya.

Hari pertama dia mulai merasakan demam. Suhunya mencapai 39 derajat celcius. Gejala ini dirasakan hingga hari kelima. Diikuti dengan perasaan gelisah. Tidak bisa tidur, lemah, pusing, dan nafsu makan hilang.

“Panasnya tidak turun-turun, meski setiap 4 jam harus menelan dua butir obat paracetamol. Sangat-sangat berbeda dengan sakit demam atau flu lainnya,” sebutnya.

Memasuki hari keenam, Dav menyebut mulai merasakan sesak nafas. Dadanya sangat sakit seperti ditekan. Gejala ini diikuti dengan batuk tak berdahak, mual, dan muntah. Makanan susah ditelan, kecuali buah-buahan. Gejala itu dirasakan hingga hari ketujuh.

“Dia bersyukur pada kondisi itu, dirinya masih kuat sehingga tidak dipasangi alat bantu pernafasan atau ventilator.

Pada hari kedelapan, sesak nafasnya belum hilang. Demikian juga rasa sakit di dada. Jika sebelumnya batu tidak berdahak, kini sudah berdahak. Rasanya pun sangat tersiksa. Sekali tarikan nafas saja, bisa batuk 30-50 kali.

“Untung dahaknya keluar. Mungkin ini fase paling kritis yang saya rasakan. Pada fase ini, tubuh saya memang bertarung habis-habisan. Empat hari saya rasakan penderitaan itu,” terangnya.

Fase kritis itu dia rasakan hingga hari ke-11. Bahkan, sampai dua pekan setelahnya, dia mengaku rasa sakit di dadanya masih terasa.

Pada hari ke-11, dia mulai merasakan ada perubahan. Tubuhnya mulai stabil. Meski gejala lainnya masih ada. Pemeriksaan rontgen thorax memperlihatkan kondisi paru-parunya sekitra 50 persen ada flaknya.

“Selama di rumah sakit, saya harus diinfus vitamin dan antibiotik. Tiga hari berturut-turut. Minum sembilan macam obat yang berbeda. Tiga vitamin, enam obat yang berkategori obat keras,” ujarnya.

“Di fase ini, pasien yang punya penyakit bawaan, akan diawasi ketat oleh tim medis karena sewaktu-waktu penyakit bawaan bisa kambuh dan memperburuk kondisi pasien,” terangnya.

Upaya melewati masa kritisnya, kata Dav, selain perawatan intensif tim medis, mungkin berkat topangan doa keluarga, rekan kerja, kerabat, dan sahabat-sahabat.

Dia juga menyebut, perusahaan (NHM) kepada karyawan yang sakit, sangat baik. Sangat memikirkan kesembuhan karyawan. Seperti memberikan makanan. Bahannya dipilih tidak sekadar makanan bergizi tapi  untuk memperkuat imunitas tubuh. Tidak hanya 2-3 kali makan, tapi hingga 5 kali makan sehari.

“Buat yang lain, pasien positif Covid-19 kategori OTG atau dengan gejala ringan, kalian mungkin jauh lebih beruntung dari saya. Begitulah, tiap orang akan berbeda-beda proses dan caranya,” akunya.

Dia menyebutkan, dirinya melewati ujian dengan taruhan nyawa ini menghabiskan sekira enam minggu dari mulai terinfeksi dengan gejala demam pertama kali, di karantina, hingga dinyatakan sembuh.

“Selama itu, sudah empat kali swab. Swab ketiga baru dinyatakan negatif dan diperkuat kembali dengan swab keempat yang juga hasilnya negatif,” terangnya.

Bagi masyarakat, Dav menyarankan tiga hal penting yang perlu dilakukan. Jaga imunitas tubuh dengan berolahraga. Konsumsi vitamin secukupnya. Jaga Pikiran supaya tidak stress.

“Pastikan asupan makanan yang bergizi tercukupi setiap harinya. Sabar dan yakin. Selebihnya tinggal Tuhan yang atur,” pintanya, sembari menyebut berat badannya turun hingga 12 kg.

Dia pun sedikit membagikan pengamatan dirinya saat bersama dengan pasien lain (karyawan NHM) di tempat karantina. Ia menilai, pasien covid yang pernah singgah di rumah sakit dan mendapat perawatan dokter, baik itu gejala berat, pakai ventilator atau pasien yang di-treatment dengan obat-obatan dari dokter, banyak yang cepat negatif hasil swabnya.

Dibandingkan dengan pasien-pasien OTG atau gejela ringan yang hanya mengandalkan imun tubuh untuk melawan virus ini untuk sembuh. Menurutnya, pasien OTG untuk mendapatkan hasil swab negatif perlu berkali-kali. Bahkan ada yang sudah tujuh kali swab, tetap masih positif.

“Mungkin di tempat karantina lain berbeda, tapi memang ada juga pasien-pasien yang tanpa gejala dan gejala ringan bisa sembuh dengan melewati 3-4 kali swab saja,” ujarnya.

Dia kembali berpesan, jangan pernah menganggap remeh virus Covid-19, sehingga beraktivitas seenaknya.

“Karena kita tidak pernah tahu sejauh mana daya tahan tubuh kita bisa bereaksi dengan virus ini jika terinfeksi. Ikuti semua anjuran pemerintah, jaga Jarak, pakai masker, lebih bagus lagi ditambah full Face shield bagi mereka yang tidak berkacamata. Rajin cuci tangan dan berolahraga secara rutin,” pesannya.

“Yang peling penting, harus jujur terhadap diri sendiri dan keluarga kalau ada gejala-gejala di atas. Sebaiknya sesegera mungkin beritahu keluarga dan isolasi diri sendiri dulu sebelum ada pemeriksaan lebih lanjut,” tandasnya.

Sampai sekarang, lanjutnya, terkadang jantung masih berdebar dan tensi naik secara tiba-tiba. Sesekali masih timbul rasa sakit di dada. Makanan pun mulai harus dipilih betul karena salah makan bisa mengakibatkan asam lambung kambuh.

“Belum lagi liver dan ginjal yang perlu terapi khusus pasca sembuh dari Covid karena minum berbagai macam obat keras,” kata Dav, yang saat ini masih melakukan recovery kesehatan di rumahnya, di Manado.(fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *