KesehatanNasional

Lacak 48 Orang yang Kontak Pasien

×

Lacak 48 Orang yang Kontak Pasien

Sebarkan artikel ini
Rumah Pasien Virus Korona di Depok, Jawa Barat yang dipasang police line. FOTO NET

Setelah Dua Warga Depok Positif Terinfeksi Virus Korona

Status green zone atau zero case itu akhirnya lenyap. Indonesia menjadi negara ke-65 yang melaporkan kasus Covid-19. Kemarin Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang yang menjadi pasien pertama Covid-19 di Indonesia. Dua pasien kini menjalani isolasi di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta

DUA pasien Covid-19 itu melakukan kontak langsung dengan WN Jepang yang datang ke Indonesia pada pertengahan Februari lalu. WN Jepang tersebut dinyatakan positif Covid-19 saat berada di Malaysia setelah berkunjung ke Indonesia.
Dari situ, pemerintah langsung melakukan surveillance tracking berdasar penjelasan yang bersangkutan. Orang-orang yang pernah berhubungan dengan dia selama di Indonesia ditelusuri. Hasilnya, ada dua orang yang sempat melakukan interaksi jarak dekat dengan WN Jepang itu. Yakni, seorang ibu berusia 64 tahun dan anak perempuannya yang berusia 31 tahun. Keduanya warga Depok, Jawa Barat. Saat dicek, mereka sedang sakit.
’’Tadi pagi saya mendapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu dan putrinya ini positif korona,’’ terang Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers di Istana Merdeka kemarin (2/3).
Kepala Badan Litbangkes Siswanto menjelaskan, berdasar hasil pemeriksaan spesimen, dua orang itu diketahui positif terinfeksi virus korona sejak Minggu (1/3) pukul 18.00 WIB. Pria yang akrab disapa Sis tersebut mengatakan, pemeriksaan langsung menggunakan primer SARS-CoV Tipe 2 dengan PCR. Pihaknya melakukan validasi tiga kali untuk memastikan bahwa dua orang itu memang positif korona.
Setelah memastikan adanya pasien positif korona, upaya lanjutan dilakukan pemerintah. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono menyampaikan, pihaknya menelusuri orang-orang yang sebelumnya pernah berhubungan langsung dengan pasien korona. Untuk sementara, pihaknya sudah mengantongi 48 nama. Mereka masuk kategori kontak erat, kontak dekat, dan kontak satu area.

Baca Juga:Virus Corona Terdeteksi di Indonesia, Dua Warga Depok Dinyatakan Positif

Kemenkes juga telah melakukan clustering untuk mengetahui attack risk dari kontak yang terjadi. ”Tidak boleh diumumkan siapa dan di mana. Saya tahu (nama 48 orang tersebut, Red). Tapi, saya nggak mau mengumumkan,” tegasnya.
Semuanya kini berada dalam pengawasan. Tapi, tidak semuanya akan di-swab. Dia menjelaskan, mereka yang masuk kategori kontak erat diwajibkan menjalani pemeriksaan laboratorium. Kontak erat itu, misalnya, telah melakukan sentuhan badan dengan penderita korona. Pemeriksaan tersebut diperlukan guna memastikan apakah yang bersangkutan terinfeksi SARSCoV-2 atau tidak.
Beda lagi dengan kontak dekat. Apabila melakukan kontak dekat dengan orang yang dinyatakan positif, yang bersangkutan berada dalam pemantauan. Jika jumlahnya lebih dari satu, pemantauan bisa dilakukan dengan pengambilan sampel secara acak, untuk kemudian diperiksa.
Sementara itu, untuk orang yang masuk kategori berada dalam satu ruangan atau area dengan orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, kondisinya juga dipantau. Tapi, tidak semua diswab. Yang bersangkutan diminta segera memeriksakan atau melapor jika muncul gejala. ”Kami sudah kantongi namanya dan kami pantau,” tegasnya.

Baca Juga :Benua Biru Kian Waspada

Menkes Terawan Agus Putranto kemarin langsung membesuk dua pasien itu di RSPI Sulianti Saroso. Dia melihat pasien dari luar ruang isolasi di area yang aman. ’’Kondisinya (pasien) baik banget. Sebenarnya kalau mau dipulangkan ya dipulangkan,’’ ujarnya.
Namun, Kemenkes perlu mengecek ulang kondisi mereka. Karena itu, keduanya tetap diisolasi. ’’Biasanya setelah lima hari, kami swab ulang sesuai ketentuan WHO. Biasanya negatif kalau sudah dalam perawatan,’’ lanjut mantan direktur RSPAD Gatot Soebroto itu.
Perawatan dilakukan sebagaimana pasien influenza. Pasien diberi vitamin dan makanan sehat. Fokusnya adalah menaikkan imunitas pasien. Bila imunitas naik, pasien akan sembuh dengan sendirinya. Istilah medisnya, self-limited disease.
Terawan menuturkan, kedua pasien bisa sampai berinteraksi dekat dengan WN Jepang karena mereka memang teman dekat. Keduanya sempat berlatih dansa di kawasan Jakarta Selatan sebelum WNA itu terbang ke Malaysia. Yang tertular lebih dahulu adalah pasien berusia 31 tahun. Setelah itu, baru ibunya yang berusia 64 tahun.
Menurut Terawan, di kediaman pasien ada empat orang yang tinggal. Dua orang lainnya sama sekali tidak menunjukkan gejala mengidap virus korona. ’’Tetapi, kami minta untuk ke sini (RSPI),’’ ujar Terawan. Mereka sudah menjalani pemeriksaan menyeluruh. Hasilnya, mereka dinyatakan tidak sakit sehingga tidak ikut diisolasi.
Wali Kota Depok Mohammad Idris kemarin membeberkan kronologi sakitnya kedua pasien positif korona. Pertengahan Februari lalu dua orang itu mengeluh flu dan sesak napas.
Mereka lantas memeriksakan diri ke Rumah Sakit Mitra Keluarga. Menurut keterangan pasien, pada 14 Februari dia menerima tamu WN Jepang dari Malaysia. Pekerjaannya adalah pendamping dansa di entertainment. Setelah itu, dia mendapat informasi bahwa WN Jepang tersebut positif korona di Malaysia. ’’Lalu, dia (pasien, Red) kembali lagi ke RS Mitra Keluarga. Dia khawatir terkena korona,” kata Idris di Balai Kota Depok kemarin.
Setelah menjalani pengecekan dan observasi, benar saja, diketahui bahwa pasien tersebut positif virus korona. Dua pasien itu langsung dirujuk ke RS Sulianti Saroso.

Baca Juga: Covid-19

Pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran untuk waspada terhadap persebaran penyakit itu. Surat edaran tersebut juga sudah disebarluaskan. ”Intinya jangan panik. Lakukan tindakan antisipasi seperti cuci tangan. Selain itu, langkah antisipasi disiapkan. Salah satu yang mungkin dilakukan ialah meliburkan aktivitas belajar mengajar di sekolah. ”Kita akan diskusikan, minta pelaku-pelaku pendidikan, anak-anak sekolah kita liburkan dalam kondisi seperti ini,” ucap dia.
Terawan juga menyambangi Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok. Dia ingin melihat langsung rumah sakit yang disebut meliburkan 73 karyawannya yang bersentuhan langsung dengan dua pasien korona itu. Menurut Terawan, langkah yang diambil manajemen rumah sakit tersebut merupakan tindakan berlebihan dan paranoid. ”Iya, itu paranoid, berlebihan. Tapi, kita kasih tahu kayak gini kan jadi sadar mereka,” ucap dia di RS Mitra Keluarga.
Terawan mengatakan, pemantauan jarak jauh justru tidak efektif. Sebaliknya, jika para karyawan RS Mitra Keluarga tetap bekerja seperti biasa, pihak rumah sakit justru lebih mudah melakukan pemantauan. ”Jadi, harusnya sih tidak perlu itu (diistirahatkan di rumah),” kata dia. (jpc/pur)

TIMELINE PENULARAN COVID-19 PADA DUA WNI ASAL DEPOK

  • 14 FEBRUARI
    WN Jepang berdansa dengan sang anak di Jakarta Pusat.
  • 16 FEBRUARI
    Pasien 31 tahun itu mengalami keluhan batuk, demam, dan sesak napas. Berobat jalan ke RS.
  • 20 FEBRUARI
    Sang ibu ketularan gejala batuk dan demam karena tinggal serumah.
  • 26 FEBRUARI
    Karena gejala tak kunjung reda, kedua pasien kembali ke RS dan minta dievaluasi. Mereka bercerita ada kontak dengan orang Jepang. Langsung dilakukan observasi dengan perlakuan sama dengan orang yang terkena infeksi.
  • 27 FEBRUARI
    Keduanya menjalani rawat inap di RS.
  • 28 FEBRUARI
    Kedua pasien ditelepon WN Jepang bahwa dia positif Covid-19.
  • 1 MARET
    Hasil lab keluar dan mereka dinyatakan positif Covid-19. Selanjutnya, mereka dipindah ke RSPI Sulianti Saroso.
  • 2 MARET
    Presiden mengumumkan bahwa kedua pasien positif Covid-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *