HARIANHALMAHERA.COM– Informasi yang beredar lewat media sosial (medsos) ini terbilang lama, tapi 2018 lalu muncul lagi. Kabarnya, panaskan nasi lebih dari 12 jam dalam rice cooker, bisa berubah jadi racun. Kabar ini pun langsung viral.
National Geographic Indonesia, pernah membahas isu ini sebenarnya sudah pernah muncul dan viral pada tahun 2016. Saat itu, pembahasan mengenai kebenaran informasi di dalamnya pun sudah banyak dilakukan. Namun tetap saja, informasi ini terus beredar.
Menjawabnya, pakar gizi Jansen Ongko MSc RD, dikutip dari detik.com mengatakan, tidak ada efek signifikan mengenai jangka waktu pemanasan nasi di dalam magic jar dengan kesehatan. “Selama tidak terkontaminasi dan disimpan dengan baik, nasi aman untuk dikonsumi,” ucap Jansen.
Mengenai kadar gula dalam nasi, seorang peneliti dari Wageningen University Prof Edith Feskens, mengatakan bahwa nasi yang lengket atau dimasak lama, memang memiliki indeks glikemik (IG) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nasi yang kering.
Sementara itu, Jansen mengatakan bahwa indeks glikemik hanya berbahaya bagi pasien diabetes. “Tidak bisa disamakan sensitivitas insulin olahragawan, orang sehat, dan pasien diabetes. Semua bergantung pada kondisi kesehatan, terutama organ pankreasnya,” ucap Jansen.
Lebih lanjut, Jansen mengatakan bahwa dengan demikian nasi yang dihangatkan aman dikonsumsi oleh orang sehat, bukan pasien diabetes.
Senada dengan Jansen, dr Verawati S SpGK dari RS Kemang Medical Care mengatakan, tidak ada larangan mengenai mengonsumsi nasi yang dihangatkan selama dua belas jam atau lebih.
“Nasi hangat memang kadar gulanya naik, tapi sedikit, tidak banyak. Nasi ditaruh di dalam kulkas pun kalau dihangatkan akan naik lagi IG nya,” lanjut dr. Vera.
Sejumlah dokter dan ahli gizi pun meragukan kebenararan informasi ini. Bukan tanpa alasan, pasalnya, data dan penelitian terkait hal ini memang belum ada. Sehingga informasi di dalamnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Meski demikian, Dr Em Yunir, pakar diabetology RSCM mengatakan bahwa walau tidak dapat dipercaya, tetapi masyarakat diimbau untuk mengonsumsi nasi sesuai dengan kebutuhannya dan tidak berlebihan.(dtc/fir)