HARIANHALMAHERA.COM–Kapan pandemi Covid-19 di Maluku Utara (Malut) akan memasuki puncaknya ? Sejauh ini memang belum ada yang bisa memastikannya. Namun begitu, dari hasil pemetaan dari guru besar Epidemologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makkasar, Profero. Ridwan
Amiruddin, puncak pandemi korona diperkirakan terjadi pada pertengahan tahun, tepaatnya 17 Juni nanti.
Analisis yang dilakukan Ridwan ini menggunakan model analisa Chime (Covid19 Hospital Impact Model For Epidemics) yang dikembangkan Penn Medicine University Of Pennsylvania AS.
Dihadapan pimpinan kepala daerah di zoom metting kemarin, Ridwan mengatakan secara umum, kasus Covid-19 di Malut baru pada tahap awal eksponensial.
“Masalahnya jumlah kasus yang dihitung ini belum seluruhnya terdeteksi karena kita masih dalam proses menunggu laporan kasus. Bukan secara aktif dan masif melakukan tracking, rapid test ataupun PCR dengan sasaran populasi rentan, jumlah terinfeksi maupun kelompok yang sembuh,” katanya.
Namun, saat ini diproyeksikan telah terjadi infeksi di masyarakat sekitar 634 kasus. Hal ini jika didasarkan pada jumlah pasien yang positif sebanyak 2 orang dan populasi 1 juta orang, serta waktu penggandaan kasus (dobel time) empat hari, maka didapati waktu reproduksi sebesar 3,65 persen dan angka pertumbuhan kasus sebesar 18,92 persen.
Dengan analisa itu, maka puncak pandemi di Malut diperkirakan terjadi pada 17 Juni dengan jumlah kasus positif sebanyak 574. Karena itu, sebagai persiapan awal menuju puncak pandemik, dia menyarankan agar rumah sakit (RS) menyiapkan 83-100 bed, ICU sebanyak 24
dan 16 ventilator untuk kasus baru. “Pada puncaknya butuh sebanyak 220 bed di ICU dan Ventilator 162 buah. Selain itu wajib hukumnya APD bagi seluruh petugas di RS dan PKM (pusat kesehatan masyarakat, red),” katanya.
Ridwan menegaskan, puncak pandemi di Malut masih bisa dihindari dan jumlah kasus bisa ditekan, mengingat Malut baru berada di fase awal. Caranya, dengan mematuhi himbauanpemerintah yakni diam di rumah (stay at home). jaga jarak interaksi (social and physical distancing).
Kalaupun terpaksa harus keluar rumah, pakailah masker dan mencuci tangan. Keempat hmbauan pemerintah ini berjalan baik di atas 30 persen, maka bisa melandaikan
curva pandemik. “Dengan begitu akan memperlebar waktu kasus berlipat dari 3,65 hari menjadi 6,6 hari. Dengan demikian pertumbuhan kasus menjadi hanya 11 persen,” tukasnya.
Disamping itu, menghentikan penularan kasus baru dengan memberi perlindungan pada kelompok rentan (balita dan manula), mempercepat penyembuhan, melaksanakan intervensi skala menengah, karantina pulau, serta skrining masif.
Hal terakhir yang dia sarankan adalah interversi public health dengan memprioritaskan aspek promotif dan preventif dengan pendekatan komunikasi beresiko yang baik dan mencegah terjadinya konflik horisontal di masyarakat.
“Kasus penolakan pemakaman jenazah pasien covid-19 adalah salah satu contoh komunikasi yang tak sampai ke masyarakat bawah” ujaranya.
Selain itu, kolaborasi kerjasama yang melibatkan masyarakat, organisasi profesi, LSM dan potensi lainnya juga wajib dilakukan jika ingin Malut bebas dari ancaman korona. “Dalam menghadapi wabah seperti ini, ujung tombak kesehatan masyarakat ada pada aspek pencegahan. Siapa yang mencegah? Masyarakat sebagai garda terdepan,” tukas Ridwan.
Sementara, Sekprov Samsuddin A. Kadir yang ikut hadir mengakui presentase model pandemi ini sangat membantu Pemda dalam memetakan kebijakan dan langkah penanganan wabah di Malut.
Dengan begitu, Pemda kini punya dasar untuk menyiapkan fasilitas RS, menghitung kebutuhan tenaga kesehatan serta mengoptimalkan koordinasi dan pembagian tugas dengan
kabupaten/kota. “Kami berterima kasih kepada Persakmi dan Rorano yang sudah meminta Prof. Ridwan membuat permodelan seperti ini, selama ini kita banyak mendengar permodelan secara nasional,” akuinya.
Sementara Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman mengakui prentase ini membuat semua pihak menjadi lebih aware (peduli) dengan ancaman Covid-19. Pemkot akan terus meningkatkan pengawasan di setiap pintu masuk serta memaksimalkan peran Lurah dan satuan tugas (satgas) kelurahan siaga covid-19 yang sudah dibentuk.
Direktur Rorano Malut, Asghar Saleh berharap presentasi pemetaan Covid-19 di Malut ini menyulut semua pihak untuk bergerak bersana. “Mantapkan koordinasi dan bagi tugas yang jelas. Musuh cuma satu, jadi jangan model penanganannya berbeda antar daerah,” timpalnya. (pur)