Maluku Utara

Ternyata OTG yang Kabur dari RSUD CB Menolak Diisolasi

×

Ternyata OTG yang Kabur dari RSUD CB Menolak Diisolasi

Sebarkan artikel ini
VIRAL: Surat pernyataan penolakan isolasi di RSUD yang dibuat Rustam. FOTO FACEBOOK

HARIANHALMAHERA.COM – Kaburnya salah satu orang tanpa gejala (OTG) dari ruang isolasi RSUD dr Chasan Bosoirie (CB) akhirnya terungkap. Yang bersangktan yang diketahui berinisial RAK alias Rustam ini ternyata menolak jika disolasi di RSUD.

Hal ini diketahui lewat surat pernyataan yang dibuat pria berusia 52 tahun tersebut yang viral di sosial media. Dalam surat yang ditadatangani Rustam tanpa materai tertanggal 17 April itu, menyatakan tidak menyutujui menjalani isolasi di RSUD, dan memilih menjalani karantina mandiri di rumah.

Rustam yang diketahui reaktif saat dilakukan rapid test, sempat diamankan di sebuah kamar karantina setelah ketahuan kabur dari RSUD CB itu. Namun, pria yang diketahui tiba di Ternate dengan KM Doro Londa Jumat pagi tersebut kembali kabur. Pihak kepolisian sendiri akhirnya membebaskannya setelah yang bersangkitan menunjukan surat pernyataan yang dibuatanya itu.

Dalam rekaman video yang beredar saat diberikan penjelasan di dalam ruang karantina di sebuah hotel, Rustam tampak emosi. Dia mengaku capek dan lapar karena baru saja menempuh perjalanan laut dari Jakarta dengan KM Doro Londa.

Baca Juga: Gugus Tugas Tak Tahu Ada OTG Reaktif Rapid Test Kabur dari RSUD CB

Direktur LSM Rorano Malut, Asghar Saleh pun mengaku kaget dengan insiden ini. Mantan anggota DPRD kota Ternate itu heran dengan manajemen isolasi yang dilaksanakan pihak gugus tugas Covid-19 dan RSUD CB.

Yang bikin Asghar heran yakni adanya surat pernyataan yang dibuat oleh orang yang dinyatakan reaktif atas hasil rapid test. “Apakah dalam protkol kesehatan orang yang reaktif rapid test dan dibawa ke RSU untuk swab test bisa bikin surat pernyataan pulang,” katanya

Meski dalam kasus tertentu hal itu dibolehkan karena merupakan hak pasien, namun jika dalam kondisi pandemi seperti ini tidak diperbolehkan sebelum hasil swab test keluar dan diketahui positif atau negatif.

Sebab, dikhawatirkan terjadi potensi penularan kepada orang yang ada di rumah jika nantinya hasil PCR dinyatakan negatif. “Kalau PCR nya belum ada, tidak ada yang bisa menjamin kalau yang bersangkutan negatif atau postif,” katanya.

Asghar menyatakan kasus seperti ini merupakan masalah serius yang tidak bisa dibiarkan.Dia ini adalah bukti lemahanya koordinasi antara pihak berwenang. “Kalau besok muncul masalah, siapa yang bertanggungjawab ?. Kasihan juga teman-teman polisi dan petugas medis berhadapan langsung dengan si pasien tanpa APD. Semua jadi terancam,” tegasnya (pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *