NasionalPolitik

Mallarangeng: 2019 Pertarungan Optimisme dan Pesimisme

×

Mallarangeng: 2019 Pertarungan Optimisme dan Pesimisme

Sebarkan artikel ini
KRITIK: Rizal Mallarangeng (kiri) berbicara usai diskusi yang digagas Opapaci, di Jakarta. (foto: tribunnews.com)

HARIANHALMAHERA.COM Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 sarat bumbu pertarungan antara konsep pemikiran pesimisme dan optimisme. Itulah yang menjadi penilaian pendiri Freedom Institute Rizal Mallarangeng.

“Pesimisme berangkat dari rasa kecemasan berlebihan. Sedang optimisme merupakan bagian dari keyakinan akan kemampuan bangsa,” tutur Rizal dalam diskusi gagasan Opapaci News di Jakarta, Jumat (1/3), melansir indopos.co.id.

Ia melihat, watak pesimisme ada pada diri Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto dan rasa optimisme ada pada diri Joko Widodo (Jokowi). Semuanya bisa terlihat dari berbagai pernyataan Prabowo, mulai dari pernyataan Indonesia bubar, negara yang dikontrol asing, dan lain sebagainya.

“Kalau Prabowo ada pesimisme kita terlalu terkontrol oleh pihak lain. Pesimisme, dan kecemasan itu dasarnya kosong,” ujarnya.

Ia menambahkan, selama ini pemikiran Prabowo tampak tidak berkembang. Hampir seluruh isu, ide, dan gagasan yang diutarakan merupakan pengulangan dari isu-isu lawas yang dibawa sejak Pemilu 2014.

”Pemikiran Prabowo tidak berkembang, utang luar negeri dominasi asing, swasembada pangan. Ini ide sejak tahun 50-an. Termasuk kecurigaan asing dan lain-lain. Padahal, pemikiran-pemikiran ekonomi sudah berkembang,” ujarnya.

Rizal meyakini, tidak berkembangnya pemikiran Prabowo salah satu penyebabnya adalah kurangnya masukan dari kalangan cendekiawan yang selama ini berada di lingkaran kubu 02. Padahal, jika diperhatikan, ide-ide Prabowo juga termasuk dalam ide besar yang dibutuhkan negara. Namun, kurang dalam pengeksplorasiannya.

“Ke mana kaum cendekiawan yang berada di lingkaran Prabowo, Ide-ide besar, tapi kosong tidak ada argumennya. Utang luar negeri membengkak, dicuri oleh asing dan lain-lain. Tipologi Prabowo sukanya konsep besar, tapi kok nggak ada isinya, kosong melompong. Seharusnya tim cendekiawannya dapat mengisi itu,” jelasnya.(ind/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *