Olahraga

El Clasico yang Tepat

×

El Clasico yang Tepat

Sebarkan artikel ini
Philippe Coutinho dan Lionel Messi

HARIANHALMAHERA.COM– Duel yang dinanti-nanti terjadi juga. El clasico America Latin. Ya, Argentina melawan Brasil pada semifinal Copa America 2019 Rabu besok (3/7). (live K-Vision Pukul 09.30 WIT).

Sejak pertemuan pertama dalam uji coba di Buenos Aires pada September 1914, Superclasico sudah berlangsung 110 kali. Pertemuan terakhir terjadi dalam international friendly match di Jeddah pada 16 Oktober tahun lalu. Brasil menang berkat gol tunggal bek Inter Milan Joao Miranda pada injury time (90+3’).

Dalam sejarah panjang rivalitas dua tim hebat America Latin itu, Brasil mencatatkan
kemenangan 45 kali, Argentina menang 39 kali, dan pertandingan berakhir seri 25 kali. Total, tim Samba mencetak 165 gol dan tim Tango menceploskan 166 gol.

Namun, di ajang Copa America, Superclasico sudah 12 tahun tidak pernah berlangsung. Kali terakhir adalah final edisi 2007 di Maracaibo. Brasil memenangi gelar terakhirnya di Copa America lewat skor telak 3-0. Hanya ada satu pemain dari tim masing-masing kala itu yang masih bermain di skuad saat ini. Sama-sama menjadi kapten tim. Alves (Brasil) dan Messi (Argentina).

”Saya sangat beruntung bisa memenangi gelar kala itu,” kata Alves kepada Globo Esporte.
Bagi Messi, dia akan berhadapan dengan fans Selecao –julukan Brasil– lagi di tanah Brasil
sejak kali terakhir dilakoninya saat kualifikasi Piala Dunia 2018. Saat itu tiga kali gawang
Argentina dijebol Brasil.

Menariknya, kekalahan pada 10 November 2016 itu terjadi di Estadio Mineirao, Belo Horizonte, venue laga semifinal nanti. ’’Kami sudah tahu Brasil seperti apa. Mereka juga punya beberapa celah. Mereka banyak berlari saat melawan Paraguay (28/6). Tapi, mereka gagal menjaga keseimbangan permainannya,’’ ulas Messi yang kali terakhir menjebol gawang Brasil dalam laga uji coba 9 Juni 2012 itu.

Satu aspek yang menjadi indikator Argentina sudah sangat siap melakoni el clasico America latin adalah solidnya taktik Scaloni. Scaloni menerapkan variasi skema ketiga dari empat laga Copa America. Setelah 4-4-2 double six dan 4-3-1-2, Scaloni pun memilih 4-4-2 diamond.

Nah, yang sama dari 4-3-1-2 kontra Qatar, trio Messi, Sergio Aguero, Lautaro di ujung
tombaknya lagi. Messi tetap di belakang Aguero dan Lautaro. Messidependiente –sebutan
ketergantungan penampilan Argentina kepada performa Messi– kembali bisa dikurangi. Messi lagi-lagi tak menyumbang gol atau assist. Dia baru mengoleksi satu gol di Copa America saat duel kontra Paraguay (21/6).

Justru Aguero yang menjadi kreator di balik dua gol Argentina. Diwawancarai Ole!, striker yang akan head-to-head dengan rekan setimnya di Manchester City Gabriel Jesus itu pun
membeberkan resep makin klopnya dia dengan Messi dan Lautaro.

’’Selama dua hari kami kerja dan dengan sedikit bicara. Kami menonton video. Kami tahu di mana kami berdiri. Selain itu, saat itu kami juga harus perhatikan posisi Leo (Messi) dan
Lautaro saat situasi bertahan. Sedikit demi sedikit kami saling melengkapi,’’ tutur bomber 31 tahun itu.

Dia pun menginginkan kemenangan berlanjut. Apalagi, sejak debutnya melawan Brasil pada laga uji coba 2 September 2006, tidak pernah sekali pun pemain yang akrab disapa Kun itu sukses menjebol gawang Brasil. ’’Kami tahu duel Argentina-Brasil tak setiap hari dimainkan.

Dan kami di sini lagi (lawan Brasil). Kami ingin menandainya dengan indah,’’ harap striker yang mencatatkan 40 gol dan 16 assist dalam 94 caps-nya itu. Bagi tuan rumah, Estadio Mineirao punya trauma bagi Thiago Silva dkk. Tim Samba pernah mengalami hari paling buruk mereka pada Semifinal Piala Dunia 2014 kontra Jerman di tempat yang sama.

Brasil yang kala itu diasuh Luiz Felipe Scolari luluh lantak dilibas Tim Panser dengan skor yang memalukan, yakni 1-7. Masyarakat Brasil menyebut tragedi tersebut Mineirazo.
“Orang-orang di sini tidak amnesia, atau bahkan melupakan apa yang pernah terjadi.

Akan tetapi, itu lah kehidupan. Kami tidak boleh terjebak pada hal-hal buruk di masa lalu. Kami harus memikirkan hal-hal baik,” kata Silva, mengutip dari New Indian Express, Senin (1/7). Salah satu bukti sudah tersingkirnya hantu tersebut adalah kemenangan 3-0 atas Argentina di Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion tersebut. Karena itu, dia percaya diri Timnas Brasil akan mengulangi keberhasilan tersebut pada Rabu pagi WIB.

“Kami bermain bagus pada pertandingan terakhir melawan Argentina di sini. Yang terpenting kami harus fokus pada aspek-aspek positif jelang pertandingan berikut,” imbuh pemain berusia 34 tahun tersebut. (jpc/blc/pur)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *