OpiniZona Kampus

CRAZY RICH YANG BERASAL DARI MINANGKABAU

×

CRAZY RICH YANG BERASAL DARI MINANGKABAU

Sebarkan artikel ini
Salah satu rumah adat di Minangkabau, Sumatra Barat

Oleh: Rahma Asdaqul Asma,

(Mahasiswi Sastra Minangkabau, Universitas Andalas)

Selain memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) dan sejumlah keaneka ragaman budaya, ternyata Minangkabau, Sumatra Barat juga menyajikan orang-orang yang super kaya (Crazy Rich). Berikut ini ada beberapa Crazy Rich yang berasal dari Minangkabau;

  1. Basrizal Koto

Basrizal Koto adalah pengusaha Indonesia asal Sumatra Barat. Basrizal atau yang biasa dipanggil Basko berbisnis di banyak bidang, di antaranya media, percetakan, pertambangan, peternakan, perhotelan, dan properti. Basrizal koto lahir pada 11 Oktober 1959 di Kampung Ladang, Limau Puruik, V Koto Timur, Padang Pariaman, Sumatra Barat. Basrizal koto menjadi pemilik empat media yang sirkulasinya hampir seluruh Sumatera bahkan menjangkau Jakarta, yaitu Harian Haluan di Padang, Harian Haluan Kepri di Batam, Harian Haluan Riau di Pekanbaru dan Radio Mandiri FM di Pekanbaru. Basrizal koto memiliki beberapa perusahaan besar yang terkenal diantaranya yakni Basko Grand Mall, Green City Tower, PT Cerya Zico Utama, PT Bastara Jaya Muda, PT Riau Agro Mandiri, PT Indonesian Mesh Network, PT Indonesian Mesh Network, dsb.

  1. Emil Abas

Emil Abas merupakan salah satu pengusaha sukses yang lahir di Kuranji, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Emil Abbas lahir pada 16 Desember 1957. Emil Abas adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan pendiri sekaligus pemilik EASCO Holding yang membawahi 30 anak perusahaan. Sebagai sebuah konglomerasi, EASCO bergerak diberbagai bidang industri, seperti pertambangan minyak dan gas bumi, agroindustri, pelabuhan, kehutanan dan keuangan.

Emil memulai bisnisnya di Kalimantan Timur pada tahun 1981 dengan mendirikan PT Ranji Karya Sakti. Usaha ini bergerak dibidang perminyakan berupa Petroleum Offshore Supply Base (POSB) yang menjadi pelabuhan offshore terbesar di Kaltim sampai saat ini. Pada tahun 1993 dengan modal Rp 2 miliar ia mendirikan lembaga keuangan syariah yang bernama Asuransi Mubarakah dan Bank Syariah Ibadurrahman.

Dia-pun tercatat di MURI sebagai pengusaha nasional pertama yang mendirikan asuransi nasional syariah. Kini perusahaan asuransi itu telah memiliki 30 kantor cabang yang tersebar di 22 provinsi.  Emil juga terjun di dunia pendidikan dengan mendirikan International Islamic Education Council (IIEC) yang mengelola beberapa sekolah Islam Internasional seperti International Islamic Boarding School (IIBS) di Cikarang dan International Islamic High School (IIHS) serta International Islamic secondary School (IISS)di Jakarta. Selain aktif berbisnis, ia juga banyak melakukan kegiatan sosial. Emil menghibahkan tanahnya seluas 300 hektare untuk pembangunan bandara di Payakumbuh, Sumatra Barat.

  1. Zairin Kasim

Beliau lahir pada 8 Agustus 1945 di Pariaman, Sumatera Barat. Zairin merupakan putra Minangkabau. Ayahnya Sutan Kasim, adalah seorang pengusaha yang mengelola perusahaan yang tersebar di Pulau Sumatra, di bawah bendera PT Sutan Kasim Ltd. Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA 2 Padang, Zairin melanjutkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang.

Di kampus itu, ia merupakan salah satu lulusan terbaik. Zairin kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitaet Hamburg, Jerman mengambil jurusan manajemen. Zairin melanjutkan usaha yang telah dirintis ayahnya, dengan mengembangkan perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, rumah sakit, perdagangan umum, perkebunan dan lain-lain.

Salah satu perusahaannya PT Suka Fajar Ltd, bergerak dibidang otomotif sebagai diler Mitsubishi, juga servis dan suku cadang yang memiliki belasan outlet di beberapa wilayah Sumatra, antara lain di Padang, Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, dan Medan. Selain itu ia juga mengelola hotel di Pekanbaru di bawah bendera PT Suka Surya Internusa, mengelola Rumah Sakit Selasih di Padang, dan juga perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan umum, industri, perbengkelan, dan konstruksi di Pekanbaru.

  1. Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat lahir pada 27 Juli 1950 di Padang Panjang. Beliau adalah seorang pengusaha kosmetik dan filantropis Indonesia. Ia merupakan pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation yang mengelola merek Wardah serta sejumlah merek kosmetik populer lainnya. Menjadi pionir merek kosmetik halal, perusahaan tersebut menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar kosmetik Indonesia dan menjadi perusahaan kosmetik nasional terbesar di Indonesia Pada Juni 2022, Nurhayati Subakat dinobatkan sebagai salah satu dari “20 Wanita Paling Berpengaruh” oleh Fortune Indonesia bersama antara lain Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

Nurhayati Subakat merupakan anak keempat dari delapan bersaudara keluarga Minang asal Nagari Bungo Tanjung, Tanah Datar. Ayahnya yakni Abdul Muin Saidi, seorang pedagang dan pimpinan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang, sedangkan ibunya bernama Nurjanah. Ia menjalani masa kecil dan remaja di Padang Panjang. Tamat dari SD Latihan SPG, ia masuk ke Diniyyah Puteri.

Menjelang tahun terakhirnya di pesantren, sang ayah meninggal sehingga ia harus sekolah sambil bekerja membantu ibunya berdagang. Meski demikian, nilai rapornya tetap bagus dan ia diterima di SMA Negeri 1 Padang pada 1967. Tamat SMA sebagai juara umum, ia diterima di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia menjadi lulusan terbaik S-1 Farmasi ITB saat diwisuda pada 1975. Setahun berikutnya, ia menjadi lulusan terbaik profesi apoteker ITB dan mendapat penghargaan Kalbe Farma Award. Nurhayati memulai kariernya sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Pada 1978, ia menikah dengan Subakat Hadi.

Ia sempat menjadi apoteker di Bandung sebelum pindah ke Jakarta mengikuti sang suami. Selama lima tahun berikutnya, ia bekerja di perusahaan kosmetik Wella sebagai staf pengendalian mutu. Pada 1985, ia bersama sang suami memulai usaha berbasis industri rumahan. Produk pertamanya adalah perawatan rambut yang dikhususkan bagi hair professional dengan merek Putri.

Produk itu dipasarkan di salon-salon sekitar Tangerang dengan harga yang relatif terjangkau dibandingkan produk sejenis di pasaran. Dalam waktu lima tahun, usahanya telah mempekerjakan 25 orang karyawan. Pada Desember 1990, untuk menambah kapasitas produksi, ia mendirikan pabrik pertama di Kawasan Industri Cibodas. Di bawah bendera PT Pusaka Tradisi Ibu, ia mengembangkan usahanya dengan melahirkan sejumlah produk dan merek baru. Pada 1995, ia memperkenalkan Wardah yang menjadi pelopor kosmetik berlabel halal.

Selanjutnya, ia meluncurkan Make Over sebagai kosmetik untuk pasar profesional pada 2010. Pada 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI). PTI menaungi sembilan merek kosmetik, yakni Putri, Wardah, Make Over, Emina, Kahf, Laboré, Biodef, Instaperfect, dan Crystallure. Wardah menjadi kontributor utama dengan sumbangan 70 persen pendapatan perusahaan. Pada 2020, PTI tercatat memiliki 12.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia.

  1. Asril Das

Asril Das adalah pengusaha yang lahir di Jorong Lubuk Agung, Koto Baru, Kabupaten Solok pada tanggal 10 Oktober 1954. Asril memulai usahanya dari menjadi tukang cukur keliling, menjual rokok, dan berkebun cabai. Bisnisnya mengalami kebangkrutan pada masa krisis pada tahun 1998. Namun ia tidak menyerah, hingga akhirnya sekarang memiliki beberapa perusahaan penerbitan, jaringan toko buku, dan hotel. Nama toko bukunya “Lubuk Agung”, mengambil nama jorong (desa) tempat kelahirannya di Solok. Saat ini bisnisnya telah merentang dari Solok, Padang, Medan, hingga Bandung.(***)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *