Opini

Ketek Taranjo-Anjo Gadang Tabao-Bao Tuo Tarubah Tido

×

Ketek Taranjo-Anjo Gadang Tabao-Bao Tuo Tarubah Tido

Sebarkan artikel ini
Monica Milda Fitriani

Oleh: Monica Milda Fitriani

(Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Minangkabau)

Kalimat ini sering di sebut oleh orang tua saat mereka marah kepada anaknya. Kalimat ini menjelaskan saat sifat anak yang dari kecil sifat buruknya tidak pernah berubah maka sampai saat dia dewasa sifat yang buruk itu akan terbawa dan sampai saat ia tua itu tidak akan terubah lagi kalau tidak di didik dari awal. Sifat yang buruk itu bisa di rubah dengan sifat yang baik asalkan kita harus menerima kesalahan dan komentar dari seseorang mengenai diri kita.

Ada sebuah ungkapan yang mengmbarkan tentang sifat itu. Bantuak ndak bisa di ubah tapi parangai nan buruak bisa di ubah ka nan rancak. Maksudnya adalah wajah itu tidak bisa di ubah tetapi sifat yang buruk kalau didik mengarah kepada kebaikan maka otomatis itu akan berubah . misalnya ketika berteman dengan orang yang menjual parfum maka kita akan terbawa wangi parfumnya itu tapi jika kita akan berteman dengan orang yang menjual minyak tanah maka kita akan bau minyak tanah.

Ungkapan seperti ini juga sering di sebut saat kita bergaul dan bersosialisasi dengan lingkungan kita. Berteman dengan orang yang suka merumpi maka kita akan terbawa suka merumpi juga. Lingkungan juga mempengaruhi sifat seseorang. Kalimat ketek taranjo-anjo gadang tabao-bao tuo tarubah tido ini merujuk kepada etika sopan santun.

Sopan dalam berbicara, sopan dalam makan, sopan dalam duduk dan sifat-sifat lainnya yang ketika sifat itu kita langgar dengan bertingkah tidak sopan maka itu di anggap tidak mempunyai etika dalam bahasa minang  indak bataratik. kalimat ketek taranjo-anjo gadang tabao-bao tuo tarubah tido tidak hanya menggambarkan etika saja agama juga di gambarkan disini. Saat kita hendak malas mengerjakan perintah dari Allah seperti sholat, puasa dan mengaji pasti kita akan di marahi oleh orang tua kita dengan alasan yang seperti itu contoh dalam dialog:

“phiak sholat lah kau lai urang lah azan di musajik badoso kau malalai-lalaian sholat tau kau!”( amak berdiri dengan tangan di pingang sambil menunjuk ke arah upiak )

“Beko lah mak urang lagi mambaco ha.” (tidur sambil memegang hp)

“oi upiak dari kini kau aja diri kau untuak lalai jo sholat tu suko lo kau maninggan sholat katiko lah gadang kau indak akan tarubah sipaik maleh tu doh “(amak menunjuk dan menatap upiak dalam keadaan yang marah dan kecewa)

“iyo mak iko urang ka bauduak ha” (langsung bangun dari tempat tidur dan meletakkan hpnya di atas meja)

“Dari tadi lah kau karajoan sholat tu indak tunggu lo amak kau ko berang doh” (sambil melihat upiak berwuduk)

“Iyo mak…..” (melirik ke arah amak)

Percakapan seperti inilah yang seirng terdengar dalam kehidupan sehari-hari jika kita lalai dalam mengerjakan perintah Allah. Jika tingkah laku yang dari kecil kita terapkan secara baik-baik. Ikut aturan orang tua. Maka sifat yang seperti itu akan terus berulang-ulang dilakukan. Sampai saat kita remaja dan bahkan saat tua. “parangai elok cando ka nan rancak”. saat melihat orang tua bertingkah laku seperti anak muda. Gaul tahu dengan styl saat ini maka orang yang melihat bahwa orang tua ini memiliki jiwa semangat sama seperti anak muda. Dan mungkin terkadang saat melihat hal yang seperti itu kita akan merasa terkejut dan bahkan tidak menerima karena orang uta saja semangat mengapa kita tidak ada rasa semang yang mengebu-gebu dalam diri kita sebagia remaja dan generasi penerus bangsa.

Hal yang buruk seperti orang yang suka berkata kotor seperti bacaruik saat dia beranjak dewasa itu akan terbawa sampai dia tua dan bahkan pikun maka sifat yang suka berkata kasar atau kotor tanpa di sadari itu akan keluar dengan sendirinya dan itu tidak akan bisa di ubah atau dilarang sekali pun kata-kata itu akan keluar lagi dan bahkan terus menerus. Begitu pun sebaliknya.orang yang suka berzikir melakukan hal yang baik maka sifat tersebut akan terbawa hingga akhir hayat.kebiasaan apa pun yang sering di kerjakan maka itu akan menjadi tingkah laku yang akan terus dilakukan.

Apa yang di lihat, apa yang di baca dan apa yang di dengar. Itu bisa dijadikan sebuah pondasi di dalam diri seseorang. Kita di latih untuk mencari hal yang bisa kita jadikan sebagai pondasi di dalam diri seseorang makan orang tersebut akan teguh kepada pendiriannya. Tidak mudah terpengaruh dengan siapapun. Mudah dalam mencari solusi permasalahan yang sedang di alami.

Bersifat tenang dan selalu mengingat Allah saat dalam keadaan sulit hingga senang. Sifat batu yang keras dia fokus pada tujuannya dan pantang baginya untuk merubah hal yang telah disusun dan kemudian di ubah itu sangat susah bagi dirinya untuk menerima. Mempunyai ego yang tinggi harus bisa di kendalikan hingga agar orang yang berada didekatnya merasa nyaman dan senang. Kelebihan dari sifat batu ini adalah teguh kepada pendirian siapapun orang yang ingin menurunkan pendiriannya terhadap hal yang seperti itu maka dia tidak akan terpengaruh dan tidak memperdulikan orang tersebut.

Sifat apa pun yang di miliki saat ini kita sebagia manusia pasti mempunyai kesalah kita harus sadar dengan hal itu maka dari itu selalu mengintropeksi diri merupakan cara yang benar untuk memperbaiki sifat buruk di dalam diri. Etika dan agama itu sejalan. Saat berbicara harus sesuai dengan keadaan orang minang punya empat tingkatan yaitu kato malereng, kato mandaki, kato manurun dan kato mandata. Hal ini juga merupakan pedoman dan ketentuan dalam berbicara sehingga saat berbicara tahu tempat, suasana, dengan siapa berbicara dan tahu waktu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *