OpiniZona Kampus

Pengamalan Pepatah dan Petitih Minangkabau Dalam Kehidupan Sehari-hari

×

Pengamalan Pepatah dan Petitih Minangkabau Dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebarkan artikel ini
rumah adat di Minangkabau

Oleh: Pandu Winata,

(Mahasiswa Universitas Andalas, Sastra Minangkabau)

Sumatera Barat (Minangkabau) salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki budaya adat Istiadat, tata Krama pergaulan, bahasa, kesenian tradisional dan keragaman lainnya yang diwariskan secara turun-temurun. Semuanya merupakan ciri khas yang memperindah dan memperkaya nilai-nilai kehidupan yang perlu dilestarikan dan dipertahankan oleh seluruh masyarakat Minangkabau.

Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan kerangka filosofis bersifat universal, yang memakai eksistensi insan sebagai khalifatullah dan menjadi identitas kultural Minangkabau. Menyadari adanya pergeseran pemahaman dan pengamalan terhadap sistem nilai dan pola perilaku, maka Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah perlu mendapat ruang penghayatan dan pengamalan yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat Minangkabau sebagai ikhtiar menguatkan semangat kebangsaan dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pergaulan di dunia.

Tulisan ini akan menjelaskan tentang pepatah dan petitih di Minangkabau. Dalam adat Minangkabau, ada pepatah dan petitih, yang bisa dijadikan pedoman bagi generasi muda, untuk membentuk etika dan sopan santun dalam kehidupannya. Tapi sayangnya, generasi muda Minang saat ini sudah mulai meninggalkan atau tidak pernah mengenal tentang pepatah petitih adat Minangkabau. Kebanyakan para orang tua dan guru tidak lagi memberikan pelajaran tentang adat budaya Minangkabau. Sehingga banyak generasi Minangkabau saat ini yang sudah melupakan adat budayanya. Adat Minangkabau kaya akan falsafah hidup yang mengajarkan kita bagaimana menjalani hidup dengan arif dan bijaksana. Banyak nila-nilai hidup dalam ajaran adat Minangkabau yang mengajarkan kita tentang moral, akhlak yang kini banyak tidak dipedulikan terutama generasi muda. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pepatah dan petitih di Minangkabau sebagai berikut :

  1. Hiduik Dikanduang Adaik

Adat Minangkabau pada dasarnya sama dengan yang lain yaitu sama-sama mempunyai aturan-aturan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, yang membedakannya adalah kekhasan dari sistem adat itu sendiri. Yang membedakan adat Minangkabau dengan yang lainnya adalah sistem keturunannya, karena masyarakat Minangkabau memiliki sistem keturunan dari garis ibu yang dikenal dengan sistem matrilineal. Keunikan yang lain adalah adat Minangkabau merata dipakai baik masyarakat dari kalangan bawah maupun kalangan atas, semuanya diatur oleh adat.

  1. Bajalan Paliharo Kaki, Mancaliak Paliharo Mato

Bajalan Paliharo Kaki bermakna bahwa ketika seseorang bepergian ke negeri orang lain jangan sampai salah melangkah. Harus pandai-pandai menjaga diri agar jangan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Makna dari “Mancaliak Paliharo Mato” ialah ketika melihat sesuatu harus baik baik karena jika tidak bisa saja membuat orang lain menjadi tersinggung.

  1. Buruak Muko Jan Camin Nan Dibalah

Pepatah ini mengisaratkan kepada kita bahwa buruk muka jangan cermin yang dibelah. Pepatah Minang ini menjelaskan bahwa kita harus mencari penyebab sesuatu itu dengan teliti dan cermat sesuai dengan apa yang terjadi. Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang memecahkan kacanya lantaran wajahnya buruk ketika dia lihat di cermin. Setiap akibat pasti ada sebab yang sesuai dengan akibatnya. Kita harus intropeksi diri kita sebelum menyalahkan orang lain. Janganlah kita menjadi orang yang tidak tahu dengan kesalahan kita sendiri. Dan juga janganlah menjadi orang yang tidak bertanggung jawab dengan perbuatan sendiri apalagi menyalahkan orang lain.

  1. Bapikia Kapalang Aka, Ba Ulemu Kapalang Paham

Pepatah bermakna bahwa seseorang yang mengerjakan atau menjalankan suatu tugas tanpa memiliki pengetahuan tentang apa yang sedang dijalankan. Orang-orang seperti ini ketika menjadi seorang pemimpin akan mengalami kegagalan dan akan berdampak fatal bagi masyarakat yang dipimpinnya.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *