
HARIAN HALMAHERA.COM– Sebagai salah satu daerah di Maluku Utara (Malut) yang kerap di guncang gempa bumi tektonik, upaya mitigasi bencana mau tidak mau harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halsel kedepan untuk meminimalisir korban dan kerusakan akibat gempa.
Sebab, gempa berskala besar seperti yang terjadi Minggu (14/7) lalu, akan terulang kembali mengguncang Bumi Saruma tersebut. Mengingat gempa 7,2 SR yang menewaskan beberapa warga itu bukanlah gempa tektonik pertama yang mengguncang Halsel.
Data Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) membeberkan, catatan sejarah gempa kuat
dan merusak di Halsel cukup banyak. Setidaknya di wilayah itu terjadi tujuh kali gempa kuat, yaitu gempa Pulau Raja pada 7 Oktober 1923 dengan magnitudo 7,4 dan intensitas VIII MMI.
Kemudian, gempa Bacan pada 16 April 1963 dengan magnitude 7,1 SR dengan skala intensitas VIII MMI. Lalu gempa di Pulau Damar pada 21 Januari 1985 dengan magnitudo 6,9 SR intensitas VIII MMI.
Pada 8 Oktober 1994, gempa besar kembali mengguncang Halsel yang berlokasi di Obi.
Gempa dengan magnitude 6,8 itu memoiliki intensitas VI-VII MMI. Selang setahun kemudian, tepat pada 13 Fenruari 1995, Gempa kembali mengguncang Obi. Kali ini magnitude-nya kebih besar yakni 6,7 dengan intensitas VIII MMI. Sedangkan 12 tahun
kemudian, tepatanya 20 Februari 2007, giliran Labuha yang diguncang gempa tektonik dengan magnitude 6,7 SR dan intensitas VII MMI.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono
mengemukakan Halsel termasuk wilayah seismik aktif dan kompleks sehingga memang sering terjadi gempa.
“Aktif artinya kawasan Halmahera Selatan memang sering terjadi gempa yang tecermin dari peta seismisitas regional dengan klaster aktivitas gempanya cukup padat,” kata Daryono sebagaimana yang dilansir antara.co.id.
Disebut kompleks, kata dia, karena terdapat empat zona seismogenik sumber gempa utama di kawasan tersebut, yaitu Halmahera Thrust, Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan.
Ketiga sistem sesar yaitu Sesar Sorong-Sula, Sesar Sorong-Maluku, dan Sesar Sorong-Bacan merupakan percabangan atau “splay” dari Sesar Sorong yang melintas dari timur membelah bagian atas “kepala burung” di Papua Barat.
Di Pulau Batanta, ke arah barat Sesar Sorong mengalami percabangan. Pada percabangan
yang paling utara yaitu Sesar Sorong-Bacan itulah yang selama ini menyimpan akumulasi
medan tegangan kulit bumi yang akhirnya terpatahkan sebagai gempa berkekuatan 7,2 SR
Minggu (14/7) sore. “Sesar Sorong-Bacan inilah pemicu gempa Halmahera Selatan,” kata
Daryono.
Sementara untuk potensi gempa susulan berksla besar yang akan terjadi dalam waktu dekat, BMKG sendiri belum bisa memastikan nya. Untuk memastikan itu gabungan tim BMKG Ternate dan Ambon akan diterjunkan langsung ke lokasi gempa hari ini (16/7) hari ini untuk mensurvei makro dan Mikrosesmi.
“Jadi kita akan mendata dampak atau apa yang terjadi paska gempa, berapa jumlah bangunan kemudian retakan. Kita ingin membuktikan informasi- informasi yang muncul di sosial media bahwa ada air surut apakah ada pulau yang muncul karena banyak informasi liar sebenarnya informasi itu sangat geologis, kita ingin membuktikan dan itu sangat berguna secara ilmiah.,” Ucap Staf BMKG Ternate Hermizal kemarin.
Disebutkan hingga pukul 16.00.WIT kemarin, tercatta sudah 70 gempa susulan dengan
magnitude fluktuatif yaitu yang paling besar 5,9 SR, terkecil 3,3 SR. ” Tren atau kecenderungan mangnitodnya mengecil.” katanya.
Diakui, menurut sejarah kelimuan geologi, gempa susulan yang trennya semakin mengecil kecil potensi muncul gempa berskala besar. “Contoh kemarin ada 7,2 SR kemudian diikuti 5 kemudian 4 3 SR tiba – tiba muncul lagi 5,9 SR.” kemudian turun lagi 3 SR sudah di 3 SR tiba-tiba naik lagi dan begitu terus fluktuatif tapi mempunyai kecenderungan yang kecil.” terangnya.
Namun begitu, empat sesar yang tengah berjalan menuju posisi yang stabil dinamis sehingga energi yang tersimpan di pembangkit muka bumi ini masih ada sehingga akan berusaha untuk terus mengeluarkan sampai posisinya menjadi stabil.
Sementara, gempa bumi bermagnitudo 7,2 SR yang mengguncang Halsel menjadi sorotan dunia. Persitiwa itu menjadi pemberitaan sejumlah Media internasional. Seperti thenationonlineng.net misalnya. Media asal Nigeria itu menulis, sedikitnya ada 2.000 orang yang mencari perlindungan setelah gempa. Hal itu terjadi setelah rumah dan jalanan rusak parah, demikian dijelaskan dalam artikel berjudul “Earthquake kills two, damages buildings in Indonesia”.
Sementara itu, dalam artikel berjudul “Indonesia rocked by 7.3 magnitude earthquake as Ring of Fire activity rises”, laman Express.co.uk menjelaskan potensi tsunami. Namun, badan meteorologi Indonesia mengatakan tidak ada potensi tsunami dari gempa. Tak
ketinggalan, Sputnik News dalam artikel berjudul “Magnitude 7.3 Earthquake Strikes Near
Molucca Island, Indonesia – USGS”, menyoroti kondisi geografis Indonesia.
Media itu menyebut jika Indonesia adalah negara yang terletak di zona seismik aktif dan
memiliki gunung berapi aktif. Tak heran jika Indonesia disebut sebagai negara yang dikelilingin ring of fire.(ant/lfa/pur).