HARIANHALMAHERA.COM— Semua lembaga survey di Indonesia, mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma’ruf dalam Pilpres 2019 nanti. Namun, ada beberapa yang menyatakan belum aman. Karena belum melewati angka 50 persen, dan ada juga selisih tak beda jauh dengan pasangan Prabowo-Sandi.
Salah satunya hasil survei yang dirilis lembaga riset PolMark terkait elektabilitas dua pasangan calon jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Hasil tersebut ditanggapi dingin tim sukses capres petahana.
Wakil Ketua TKN, Johnny G Plate bahkan enggan mengomentari hasil survei PolMark yang menyebut elektabilitas Jokowi mentok di angka 40 persen. Politikus Partai NasDem tersebut justru mempertanyakan posisi politik PolMark.
“Tanya sama PolMark, itu kesimpulan dia apa dasarnya. Itu kan kepentingan PolMark, tanya sama PolMark saya tidak mengomentari keputusan PolMark,” kata Plate di kompleks parlemen, Rabu (6/3), mengutip CNNIndonesia.com.
Plate menekankan, riset yang dirilis lembaga survei politik harus saintifik, sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Khusus mengenai PolMark, ia mengaku tak tahu kondisinya seperti apa.
“Lembaga survei harus non-partisan. Nah dia partisan apa bukan, tanya sama dia, bukan ke kita,” imbuhnya.
Plate juga mengatakan, hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Jokowi unggul 20 persen lebih dari rivalnya. Dari angka itu, ia melihat level keterpilihan Jokowi terus menguat sementara Prabowo relatif stagnan.
Salah satunya survei LSI Denny JA. Data terbaru menunjukan Jokowi-Ma’ruf mendapat dukungan sebanyak 58,7 persen, jauh meninggalkan pasangan Prabowo-Sandi yang meraih dukungan sebanyak 30,9 persen.
“Setelah 4-5 bulan berkampanye perubahan itu tidak sangat besar, sangat kecil. Jokowi di atas 55 persen sementara Pak Prabowo di kisaran 30 persen, sehingga kalau dilihat dari sisi tren bisa dipahami bahwa game is over,” yakin Plate.
Diketahui dalam rilis surveinya di Surabaya, Selasa (5/3), CEO PolMark, Eep Saefullah Fattah menyebut elektabilitas petahana dalam posisi tak aman. Kondisi tersebut, kata Eep, membuat Jokowi seakan-akan sedang ‘dihukum’ publik. Padahal, Jokowi telah menampakkan diri atau ‘kampanye’ sejak menjadi Presiden 2014 silam.
“Dengan ‘kampanye’ yang lama, petahana belum melampaui 50 persen, maka artinya pemilih sedang menghukum yang bersangkutan (Jokowi),” kata Eep, di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Selasa (5/3).
Hasil surveinya menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf sebesar 40,4 persen dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 25,8 persen suara. Survei dilakukan di 73 daerah pemilihan (dapil) sejak Oktober 2018 sampai Februari 2019.
Selain PolMark, lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) juga merilis hasil survei nasional terbaru, yang berbeda dari hasil kebanyaan lembaga. Hasil mereka, jarak elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf dengan Prabowo-Sandi semakin menipis.
“Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf saat ini 49 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi 41 persen. Sedangkan yang tidak menjawab sebesar 10 persen. Perlahan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi mengejar dengan selisih 8 persen,” ujar Direktur SPIN Igor Dirgantara di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/3), melansir indopos.co.id.
Igor menuturkan, dengan elektabilitas ini pasangan petahana sedikit dirugikan. Sebab persaingan akan semakin ketat karena masih ada sisa masa kampanye lebih dari satu bulan ke depan.
“Dengan elektabilitas petahana di bawah 50 persen ini masih bahaya. Karena kompetisi semakin ketat,” imbuhnya.
Igor menuturkan, petahana dirundung sejumlah masalah sehingga membuat gap elektabilitas menipis. Masalah terbesar yakni terkait ekonomi saat ini yang tak kunjung membaik.
“Dalam periode masa kampanye Novembar 2018-Januari 2019 petahana seperti kehilangan momentum yang membuat kompetitornya bisa menipiskan ketertinggalan,” jelas Igor.
Hal itu terpotret seperti 68 persen responden menganggap pengangguran menjadi masalah saat ini. Dilanjut dengan kenaikan harga bahan pokok sebesar 64 persen, serta korupsi 52 persen.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, justru tidak begitu yakin dengan hasil lembaga survei yang menyebut Jokowi unggul jauh dari Prabowo. Fahri mengingatkan eskalasi Pilkada DKI Jakarta. Survei mayoritas menyebut elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama unggul jauh dari Anies Baswedan.
“Sama dengan kasus Pilkada DKI, ini yang akan terjadi. Rakyat akan bohong sama surveyor-surveyor dan nanti surveyor ini akan malu. Kayak kasus DKI sudah bilang Ahok enggak mungkin dikalahkam terlalu jauh meninggalkan Anies Baswedan,” jelas Fahri.(cnn/ind/fir)