KesehatanNasional

Mereka Dikarantina Bukan karena Sakit

×

Mereka Dikarantina Bukan karena Sakit

Sebarkan artikel ini
BERI PENJELASAN: Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menemui warga yang menolak Natuna menjadi tempat karantina di DPRD Natuna, Sabtu (1/2). FOTO BATAM POS

Setelah Ratusan WNI di Wuhan Dievakuasi ke Tanah Air

Ke-241 WNI yang dievakuasi dari Wuhan bakal dikarantina di kompleks militer di Natuna yang sudah disesuaikan dengan standar WHO. Fasilitas milik tentara sengaja dipilih agar tertib dan tak ada yang mencoba meninggalkan lokasi.

WNI yang dievakuasi dari Hubei, Tiongkok, tiba di tanah air pagi kemarin. Selanjutnya, mereka ditempatkan di Pangkalan Terpadu TNI di Natuna, Kepulauan Riau, untuk diobservasi hingga 14 hari ke depan. Tim penjemput yang berjumlah 42 orang juga ikut dikarantina.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, pihaknya menyiapkan tempat untuk observasi bagi WNI yang kembali dari Wuhan, yakni di salah satu hanggar Pangkalan Terpadu TNI di Natuna.
Lokasi itu kini sudah disulap menjadi tempat karantina. ”Kuota untuk 300 orang,” katanya saat pelepasan tim penjemput di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, (1/2).

Baca Juga: 15 TKA Tiongkok di PT IWIP Bebas Korona

Hadi meyakinkan bahwa jarak tempat observasi dengan permukiman cukup jauh. Sekitar 6 km. Begitu juga jarak dengan dermaga. Menurut Hadi, Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dianggap paling memenuhi persyaratan. Tempat tersebut dilengkapi rumah sakit. Untuk transportasi ke luar pulau, tempat itu memiliki hanggar pesawat dan heli integratif. ”Logistik dan sumber daya manusia (SDM) sudah siap,” ungkapnya.
Sebelum ke Natuna, pesawat Batik Air dengan nomor registrasi PK-LDY yang menjemput WNI di Wuhan singgah di Batam. Perjalanan ke Natuna akan menggunakan pesawat milik TNI. Hadi mengatakan, TNI mendukung penuh pemulangan WNI dari Wuhan. Delapan anggota TNI turut mendampingi untuk pengamanan. ”Militer terus pantau dengan memberi frekuensi militer sehingga bisa monitor apa yang dilakukan selama di udara sampai pendaratan,” jelas mantan kepala staf TNI-AU itu.
Kemarin Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meninjau tempat observasi di Natuna. Terawan menyatakan bahwa persiapan untuk membuat tempat observasi dilakukan sehari. ”Seperti Bandung Bondowoso,” selorohnya.
Jumat (31/1) Terawan sudah mengunjungi Natuna. Pangkalan TNI dipilih agar lebih tertib. Tidak ada yang meninggalkan lokasi karantina. Sebab, WHO meminta observasi dilakukan selama 14 hari.
Terawan menegaskan bahwa tempat observasi tersebut adalah yang paling layak. Ada pendingin ruangan (AC). Tempat tidurnya pun bukan ranjang susun. ”Dibuat agar tidak bosan. Ada gerakan hidup sehat dan gizinya dipenuhi,” ucapnya.
Tempat observasi, jelas Terawan, digunakan untuk orang sehat. Sehingga tidak dibangun seperti rumah sakit. Namun, jika ada yang terindikasi atau memiliki gejala sakit, terdapat landasan pesawat terbang yang mempermudah mobilisasi. Terawan tidak memerinci rumah sakit yang siap digunakan. ”Kita doakan saja agar sehat,” tuturnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, sejak Kamis (30/1) malam pihaknya terus berkomunikasi dengan WNI di Tiongkok dan otoritas setempat. Tujuannya ialah memastikan bahwa semua dalam kondisi baik-baik saja. Menurut dia, seluruh WNI yang dipulangkan sehat. Pemerintah Tiongkok sudah memeriksa.
Begitu pula tim aju atau tim persiapan yang sudah melakukan observasi sebelum berangkat. ”Mengingat hal ini bukanlah situasi yang normal, kedisiplinan keamanan protokol kesehatan akan terus diperhatikan,” tuturnya di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta.
Kemarin Jawa Pos tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, untuk melihat persiapan penyambutan WNI dari Wuhan. Sejumlah pejabat pemerintah daerah dan TNI-AU menggelar rapat.
Kadisops Lanud Hang Nadim Batam Mayor (Lek) Wardoyo menuturkan, tiga pesawat TNI-AU didatangkan dari Jakarta dan Makassar. Yakni, 1 Hercules dan 2 Boeing. Pesawat-pesawat itulah yang akan membawa WNI dari Wuhan dan melanjutkan perjalanan ke lokasi karantina. ”WNI itu tidak turun di Bandara Hang Nadim, langsung transfer antarpesawat,” paparnya.
”Skenarionya, sudah siap langsung terbang saja. Mungkin ada jeda beberapa menit. Untuk jumlah penumpang tiap pesawat, belum ada informasi,” imbuh Wardoyo. Waktu tempuh dari Bandara Hang Nadim menuju Natuna diperkirakan 1 jam 20 menit.
Namun, penjelasan berbeda disampaikan Kabidhumas Polda Kepulauan Riau Kombespol Harry Golden Hart. Sesuai informasi yang diperoleh, WNI dari Wuhan bisa tidak transit di Bandara Hang Nadim. ”Dari Wuhan langsung menuju Natuna,” katanya.
Polda Kepri, lanjut dia, turut melakukan antisipasi. Tim medis disiapkan sebagai bentuk dukungan. Di Rumah Sakit Bhayangkara, disediakan ruang isolasi untuk berjaga-jaga bila dibutuhkan. Pihaknya juga membagikan masker di bandara serta pelabuhan. ”Kami juga mempersiapkan personel di Natuna.” sambungnya.
Secara terpisah, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok Cabang Provinsi Hubei dipastikan sudah menjalani proses evakuasi pada Sabtu petang (1/2). Ketua Ranting PPI Huangshi Kamal mengatakan, pihaknya sudah mendapat kabar dari teman-teman yang mengikuti proses evakuasi secara sukarela. ”Yang tadi sudah ngabarin saya bahwa mereka sudah dievakuasi dan sehat semua. Jadi, bisa ikut,” ujarnya singkat.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena mengatakan, keputusan pemerintah mendirikan ruang isolasi di luar lapangan tentu sudah mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya, terkait jumlah WNI dari Hubei, Tiongkok, yang cukup banyak. ”Kalau dari sana kan perlu observasi. Dicek. Kalau sedikit orang, bisa di rumah sakit,” ujarnya.
Observasi itu memang sudah sesuai prosedur. Mengingat, mereka datang dari daerah endemik. Jika memang terdapat gejala, tentu dilakukan karantina lebih lanjut untuk memastikan apakah yang bersangkutan terpapar 2019-nCoV atau tidak.
Melki meyakinkan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah memiliki pengalaman menangani wabah serupa dalam kasus flu burung pada 1997. Karena itu, persiapannya jauh lebih matang. Termasuk dalam menyiagakan 100 rumah sakit rujukan untuk kasus virus baru tersebut. ”Sekali lagi, ini bukan hal baru buat Kemenkes,” ungkap dia.
Di sisi lain, kehadiran TNI dalam upaya penanganan WNI, kata dia, sangat dibutuhkan. Selain dalam penyediaan ruang isolasi di lapangan bersama dengan Kemenkes, TNI bisa disiagakan untuk membuat perimeter jika tiba-tiba muncul kasus. Posisinya akan sama dengan para militer yang memblokade Kota Wuhan.
Menurut informasi yang diperolehnya dari Menkes Terawan, saat ini enam batalyon dengan spesifikasi di bidang kesehatan disiagakan. Perinciannya, 2 batalyon dari Komando Strategis Angkatan Darat, 2 batalyon dari Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, dan 2 batalyon Marinir. ”Mereka diperbantukan kalau perlu bikin perimeter. Misalnya, ada satu orang suspect, lalu satu kampung perlu dibuat perimeter sehingga harus dipastikan klir,” paparnya.
Hal itu juga sudah sesuai prosedur. Dalam kunjungannya ke RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, dia mendapat keterangan yang sama. Bila terdeteksi satu pasien yang positif terpapar 2019-nCoV, satu rumah sakit dilarang keluar. Semua diblokade.(jpc/pur)

Dari Wuhan ke Natuna:

  • Dari Wuhan, para WNI akan mendarat di Batam sebelum dibawa ke Natuna untuk menjalani masa observasi.
  • Pesawat : Batik Air dengan nomor registrasi PK-LDY
  • Tim penjemput : 42 orang yang terdiri atas personel Kemenkes, Kemenlu, dan TNI
  • WNI yang dijemput : 241 orang

Kegiatan Sabtu (1/2)

08.30: Bergerak dari hotel menuju bandara terminal 2
09.00: Proses administrasi keberangkatan
13.00: Take off dari Bandara Soetta
20.00: Mendarat di Wuhan, dilanjutkan proses administrasi dan boarding

Prosedur setelah tiba di Indonesia:

Sampai Batam, seluruh penjemput dan WNI yang dijemput ditransfer ke pesawat milik TNI.
Tim kekarantinaan naik di pesawat untuk memeriksa kesehatan seluruh penumpang.
Barang yang dibawa ke kabin adalah handphone, dompet, dan paspor. Selain itu dibawa di bagasi.
Sampai di Natuna, seluruh tim penjemput dan yang dijemput masuk tempat observasi.
Observasi rencananya dilakukan 14 hari.

Fasilitas Tempat Observasi:

  • Tempat tidur untuk 300 orang
  • Toilet
  • Ruang terbuka untuk olahraga
  • Rumah sakit TNI
  • Runway pesawat

Tim Kesehatan yang Terlibat

  • Dokter umum
  • Spesialis paru
  • Spesialis kesehatan jiwa
  • Spesialis kebidanan
  • Ahli gizi
  • Perawat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *