HARIANHALMAHERA.COM– Keberadaan burung Mamoa di Desa Simau, Galela, Kabupaten Halmahera Utara (Halut), menjadi perhatian serius Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa (Fiater) Universitas Halmahera (Uniera).
Untuk menjaga kelangsungan hidup melalui peletarian ekosistemnya, Fiater berkerjasana dengan Critical Ecosystem Partnership (CEPF) Burung Indonesia dan Komunitas Mamoa Desa Simau, menggelar field trip pada Jumat (21/6) lalu yang melibatkan pelajar SD hingga SMA yakni, SD Inpres Simau, SMP Sanawiah Galela, dan SMUN 2 Halut yang berjumlah 30 peserta.
“Kegiatan field trip guna menyosialisasi dan penyadartahuan mengenai konservasi burung Mamoa dan habitat bertelurnya yang berada di Desa Simau, Galela,” kata Ronald Kondolembang SHut, MHut sebagai koordinator tim CEPF Uniera, lewat keterangan tertulis kepada Koran ini.
Dijelaskan, kegiatan itu dimulai dari pemberian materi dan perkenalan dengan anggota komunitas mamoa, dilanjutkan dengan berjalan menuju spot-spot tertentu yang berada disekitar tempat yang merupakan daerah habitat bertelur burung mamoa. Termasuk tempat penangkaran dan penetasan telur burung mamoa semi alamiah.
“Peserta juga diajak melihat anakan burung mamoa hasil penetasan semi alami oleh komunitas mamoa yang berada di kandang pemeliharaan sementara sebelum kemudian dilepasliarkan ke alam bebas,” terangnya.
Tidak hanya itu, lanjut Ronald, peserta field trip turut diajak mengenal lingkungan pendukung utama habitat burung mamoa dengan memperkenalkan dan menjelaskan mengenai mangrove dan jenisnya, serta manfaat utamanya bagi pelestarian burung mamoa.
“Field trip diakhiri dengan membagikan souvenir berupa pin dan kaos save mamoa sebagai kampanye perlindungan dan pelestarian burung mamoa. Khusus untuk peserta dari jenjang SD diadakan lomba menggambar dan mewarnai burung mamoa,” ujarnya.
Disebutkan pula, sebelum dan sesudah kegiatan field trip dimulai, tim CEPF Uniera yang dibantu komunitas mamoa, mengukur kemampuan siswa-siswi dengan membagikan kuisioner untuk dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa-siswi akan konsep konservasi dan pelestarian habitat burung mamoa di Desa Simau.
“Penyadartahuan tentang konservasi habitat burung mamua yang ada di Desa Simau sudah harusnya diawali dari generasi muda karena merekalah sebagai penerus konservasi selanjutnya,” tandasnya.
Ditambahkan Alfan Solaeman, selaku anggota komunitas Mamoa, bahwa dirinya sangat beryukur karena bisa bersentuhan langsung dengan generasi yang paling awal untuk proses perubahan pelestarian burung gosong Maluku. “Pelestarian lingkungan itu dimulai dari generasi muda tingkat SD, SMP dan SMA,” katanya.
Senada diungkapkan Muhamad Mide, guru dari SMP Sanawiah. Dia sangat menyambut baik kegiatan field trip tersebut. “Saya menyambut baik karena selama ini belum pernah dilakukan kegiatan pelestarian burung mamoa. Kalau bisa kegiatan ini dilakukan setiap bulan, sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan seperti ini apalagi siswa kebanyakan tinggal di dekat pesisir pantai ini,” pintanya.
Pada akhir kegiatan field trip, Dewi, salah satu peserta mengatakan mendapat pengetahuan banyak dari kegiatan ini, terutama pelestarian burung mamoa. “Bahagia dan pesan saya, agar pelestarian habitat burung mamoa dapat selalu terjaga. Jangan membuang sampah khususnya plastik pada tempat habitat burung mamoa disini,” pesannya.(pn/fik/fir)