FootballNasionalOlahraga

Indonesia Rasa Brasil di Piala Dunia

×

Indonesia Rasa Brasil di Piala Dunia

Sebarkan artikel ini
DAI ATAS (Kiri ke Kanan) : Malke Henrique Irine De Lima (Persija Jakarta), Thiago Apolina Pereira (Persija Jakarta), Robert Junior Rodrigo Santos (Madura United), Pedro Henrique Baroli Jardim (Arema FC), Hugo Gulherme Correa Grillo (Arema FC). FOTO-FOTO JAWA POS

HARIANHALMAHERA.COM – Lima pemain asal Brasil itu berumur di bawah 20 tahun. Usia yang tak lazim untuk penggawa asing yang bermain di sini. Tak mengherankan kalau kedatangan lima pemain itu seperti mengafirmasi kabar bahwa PSSI memang berniat melakukan naturalisasi demi Piala Dunia U-20 tahun depan. Ajang tersebut bakal dituanrumahi Indonesia.

Pelatih Persija Sergio Farias termasuk yang membenarkan bahwa dua pemain muda asal Negeri Samba yang kini di Persija, Thiago Apolina dan Maike Henrique, datang berlatih bersama klub berjuluk Macan Kemayoran itu karena permintaan dari PSSI. ’’Mereka adalah pemain muda yang akan berlatih untuk proyek dari PSSI. Gaya bermainnya saya belum paham, tapi mereka sebelumnya bermain di Corinthians dan Paulista di Brasil,’’ jelasnya.

Beberapa pekan sebelumnya, di salah satu slide presentasi webinar Ketua Umum PSSI Moch. Iriawan, ketika webinar, entah sengaja atau tidak, disebutkan PSSI akan melakukan ’’cara-cara luar biasa’’ untuk meraih kesuksesan di Piala Dunia U-20 tahun depan. Yakni, melalui program naturalisasi pemain.

Dalam slide tersebut juga diperlihatkan beberapa foto pemain luar negeri yang mungkin akan dinaturalisasi. Dari tiga foto yang ditampilkan, dua nama di antaranya sudah datang ke Indonesia dan berlatih bersama klub Liga 1. Mereka adalah Maike yang berlatih bersama Persija dan Pedro T.B. bersama Arema FC.

Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri menampik kabar bahwa PSSI punya program naturalisasi, termasuk untuk timnas U-19 yang dipersiapkan ke Piala Dunia U-20 tahun depan. ’’Sampai saat ini belum ada pembicaraan Shin (Tae-yong, pelatih timnas) dengan saya sebagai Dirtek (direktur teknik, Red). Saya juga belum ada pembicaraan dengan PSSI,’’ katanya.

Tapi, dia tidak menampik jika memang PSSI punya program mendata seluruh pemain berdarah Indonesia di luar negeri. Hal tersebut sudah dilakukan. Buktinya ada dua pemain berdarah Indonesia, Elgan Baggot dan Jack Brown, yang ikut training camp bersama timnas U-19 di Jakarta.

Pendataan dan pemanggilan pemain berdarah Indonesia tidak terlepas untuk persiapan Piala AFC U-19 di Uzbekistan pada Oktober mendatang. Indra menuturkan, para pemain itu diharapkan bisa membantu pemain lokal lain untuk meraih prestasi bersama timnas.

’’Kami juga dibebani tinggi oleh pemerintah untuk punya target tinggi di Piala Dunia. Sebab itu, kami lakukan terobosan-terobosan untuk bisa lebih baik. Apa itu? Mencari pemain keturunan yang sudah punya paspor Indonesia,’’ bebernya.

Faktor paspor Indonesia dirasa sangat penting bagi PSSI. Sebab, FIFA hanya akan mengakui pemain untuk timnas ketika sudah punya paspor negara tersebut.

Mengenai slide Iwan Bule soal program naturalisasi PSSI ketika webinar, Indra tidak tahu. Yang pasti, dia hampir setiap hari berkoordinasi dengan Iwan Bule. ’’Intinya, yang menentukan semua pemain itu mutlak di tangan Shin Tae-yong,’’ tegasnya.

Shin Tae-yong juga sependapat dengan Indra, terutama soal dirinya yang hanya berfokus untuk mencari pemain yang punya darah Indonesia. Dia ingin para pemain berdarah Indonesia bisa ikut menaikkan kualitas pemain lain.

’’Setiap posisi kami butuh, striker, gelandang, dan bek,’’ jelasnya.

Nah, salah satu kriteria khusus yang akan dipatok untuk pemain keturunan Indonesia adalah masalah postur. Shin Tae-yong ingin pemain-pemain tersebut punya postur yang tinggi besar. ’’Itu yang paling utama. Karena nanti main di Piala Dunia, kami harus punya pemain berpostur baik,’’ harapnya.

Secara postur, kelima pemain muda Brasil yang sudah datang memenuhi syarat yang digariskan Shin itu. Dan, meski Indra Sjafri menampik, Arema FC mengaku bahwa pihaknya ingin melakukan naturalisasi kepada Pedro Henrique Bartoli Jardim, 19, dan Hugo Guilherme Correa Grillo, 18.

’’Bagi kami, Akademi Arema juga dapat menimba ilmu dari dua pemain tersebut,’’ kata General Manager Arema FC Rudy Widodo.

Rudy menyebut ajang Piala Dunia U-20 menjadi momen yang tepat. Sebab, kehadiran pemain asing muda mampu merangsang persaingan pemain muda lain.

Diharapkan, kondisi tersebut menciptakan persaingan yang berkualitas sehingga mampu merangsang para pemain lokal. ’’Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pemain di timnas, adanya investasi jangka panjang pemain asing juga diharapkan ada transfer pengetahuan, skill,’’ tambah Rudy.

Persoalannya, jika benar dinaturalisasi, benarkah ada jaminan mereka bakal menambah kualitas tim? Sebab, pengalaman Indonesia selama satu dekade terakhir aktif melakukan naturalisasi ternyata tak membuahkan prestasi.

Garuda –julukan timnas Indonesia– masih gagal bicara di berbagai level. SEA Games tak kunjung dapat emas. Di Piala AFF tak pernah juara. Padahal, keduanya cuma ajang regional Asia Tenggara.

Pemain asing berusia di bawah 20 tahun terakhir yang main di Indonesia adalah kiper asal Tiongkok Zheng Cheng. Pada 2005, di usia 18 tahun, Zheng dipinjamkan klub Wuhan Guanggu ke Persebaya Surabaya.

Jika Arema FC terang-terangan, tidak demikian halnya dengan Madura United, klub tempat Robert Junior Rodrigo Santos bergabung. Manajemen tim berjuluk Laskar Sape Kerrab itu menyanggah rumor soal naturalisasi terhadap pemain berposisi penyerang tersebut.

’’Orang-orang terlalu paranoid dengan naturalisasi. Kami belum berpikir sampai ke sana (naturalisasi),’’ jelas Direktur Madura United Haruna Soemitro.

Menurut dia, perekrutan pemain menjelang kompetisi adalah hal yang wajar. ’’Ada penawaran dari agen. Ya, kami lihat dulu. Kami harus seleksi pemain sesuai kebutuhan,’’ katanya.

Haruna menambahkan, yang dia tahu, para pemain muda Brasil itu merupakan rekomendasi dari mantan penggawa timnas Brasil Marcos Cafu. Haruna menjelaskan, perekrutan Robert Junior Rodrigues Santos juga mempertimbangkan aspek investasi. Saat ini Santos masih berusia 19 tahun. Dengan postur 196 sentimeter, dia diyakini menjadi salah satu striker mematikan di Liga 1.

Sementara itu, Menpora Zainudin Amali menuturkan, tidak ada yang salah ketika PSSI punya program naturalisasi. Begitu pula klub.

’’Naturalisasi adalah bagian dari rencana pembinaan seperti yang dilakukan Arema FC itu. Regulasi di PSSI juga tidak melarang hal tersebut,’’ katanya.

Saat ini Zainudin mengaku ada beberapa cabang olahraga (cabor) yang mengusulkan naturalisasi. Ada empat atlet. Tiga di antaranya dari basket, satunya lagi dari sepak bola. ’’Tapi, proses naturalisasi ini tertunda karena adanya pandemi Covid-19,’’ paparnya.

Yang menjadi masalah, proses naturalisasi harus memenuhi banyak aspek. Salah satunya rekomendasi. Zainudin mengatakan, hal tersebut benar. Siapa pun bisa dinaturalisasi asalkan punya rekomendasi dari pihak-pihak tertentu. ’’Pemerintah dan terakhir tentu harus disetujui oleh DPR karena ini menyangkut kewarganegaraan seseorang,’’ ucapnya. (jpc/pur)

Respon (1)

  1. Waduhh payah kalo niatnya naturalisasi
    Knpa bkan niatnya membenahi squad garuda muda biar lebih sangar ko mala naturalisasi yg dipikirkan. Ingat jumlah pnduduk kita Indonesia lebih dri 200 jta jiwa ko masi mau untuk naturalisasi. Belum merdeka dalam bidang ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *