
HARIANHALMAHERA.COM ‒ Syarat menjadi pemilik klub di Inggris cuma dua. Yakni, kaya atau sangat kaya. Seperti dipublikasikan Daily Star kemarin (16/4), investasi dalam bidang olahraga, khususnya sepak bola, tidak akan menuai keuntungan dalam 1‒2 tahun. Jadi, tak ada keuntungan yang instan.
Karena itulah, lebih dari separo para bos klub di Premier League memiliki usaha di bidang investasi. Pemilik baru Newcastle United, konsorsium Arab Saudi yang disokong Mohammed bin Salman (MBS), pun bergerak dalam usaha investasi. Terbanyak lainnya adalah industri properti dan minyak.
Selain MBS, mereka yang bergerak di bidang investasi adalah Nassef Sawiris dan Wes Edens (Aston Villa), Tony Bloom (Brighton & Hove Albion), Mike Garlick (Burnley), John W. Henry dan Tom Werner (Liverpool), serta Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan (Manchester City).
Baca Juga: Dianggap Sebagai Maninan Baru Mendes
Juga keluarga Glazer (Manchester United), Gino Pozzo (Watford), Joe Lewis dan Daniel Levy (Tottenham Hotspur), David Sullivan dan David Gold (West Ham), serta Gao Guangchang (Wolverhampton Wanderers).
Kalau diurut berdasar kekayaan para pemilik klub, owner Norwich City alias pasangan suami istri Delia Smith dan Michael Wynn Jones merupakan yang ’’termiskin’.’ Total kekayaan mereka USD 30 juta (Rp 469,28 miliar).
Delia dan Wynn-Jones yang sekaligus pemilik klub paling lawas di Premier League (sejak 1996) memiliki unit usaha restoran dan penerbitan. Meski terdata memiliki kekayaan pribadi paling sedikit, bos Burnley Mike Garlick dalam wawancara dengan The Guardian musim panas tahun lalu menyatakan bahwa dirinya adalah pemilik klub paling ala kadarnya.
Jika bicara yang terpapa, harus juga dibicarakan yang terkaya. Dia adalah Sheikh Mansour. Meski ada MBS, bos City tersebut tetap punya aset individu paling atas atau mencapai USD 22 miliar. Itu setara dengan Rp 344,14 triliun! (jpc/pur)