Opini

Mengenal Lebih Dekat Anemia Defisiensi Besi pada Wanita Hamil

×

Mengenal Lebih Dekat Anemia Defisiensi Besi pada Wanita Hamil

Sebarkan artikel ini

Oleh: dr. Heilly Angganois
Puskesmas Dorume, Kecamatan Loloda Utara

KEHAMILAN adalah suatu proses yang dinanti setiap pasangan dalam suatu pernikahan. Namun dalam prosesnya terdapat hal-hal yang mungkin tidak kita harapkan dan tidak dapat kita hindari disepanjang kehamilan. Walaupun memang tidak semua hal-hal ini dialami oleh setiap wanita.

Adapun tujuan dibuatnya artikel ini agar masyarakat mengenal pentingnya asupan zat besi selama masa kehamilan agar anemia dalam kehamilan yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dapat dicegah dan diatasi.

Tercatat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO – tahun 2001) Seorang wanita hamil dikatakan mengalami anemia apabila nilai Hemoglobin (Hb) dalam darahnya pada trimester pertama kurang dari 110 gL-1 lalu ketika menjalani trimester kedua nilai Hb nya kurang dari 105 gL-1 dan dan nilai Hb yang kurang dari 100gL-1 setelah melahirkan. Badan kesehatan dunia juga mengatakan bahwa angka terjadinya anemia dalam kehamilan dapat dialami oleh wanita-wanita di negara berkembang dan juga di negara maju.

Beragam macam jenis anemia dapat kita jumpai dalam kehamilan. Sebut saja anemia karena kurangnya zat besi dalam tubuh, Kurangnya asam folat, bahkan kurangnya vitamin B12 dalam tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya anemia selama kehamilan.

Meningkatnya kebutuhan akan komponen-komponen tersebut selama kehamilan, kurangnya asupan nutrisi yang mengandung zat-zat tersebut, dan penyerapan dalam tubuh yang tidak sempurna akan komponen-komponen tersebut dapat menjadi alasan mengapa keberagaman anemia ini dapat kita jumpai dan dialami oleh wanita-wanita hamil. Dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai kurangnya zat besi sebagai penyebab terjadinya anemia dalam kehamilan.

Kebutuhan seorang wanita akan zat besi sekitar 1000mg selama kehamilannya. 300mg dibutuhkan untuk bayi yang dikandungnya, 500mg digunakan untuk ekspansi masa sel darah merah ibu selama kehamilannya, dan 200mg dilepaskan secara normal di usus, urin, dan kulit.

Kebutuhan 1000mg zat besi ini sangat banyak bahkan jumlahnya melampaui cadangan zat besi yang terdapat dalam tubuh, sehingga keadaan ini menjadi pemicu terjadinya anemia yang disebabkan kurangnya zat besi.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui dampak anemia selama kehamilan. Meningkatnya resiko terjadinya kelahiran tidak cukup bulan; selain itu apabila pada trimester pertama sudah dijumpai nilai hemoglobin (Hb) yang rendah maka akan meningkatkan resiko terjadinya kelahiran bayi-bayi dengan berat badan lahir yang rendah.

Pada tahun 2013 seorang peneliti melakukan pengamatan terhadap 850 anak-anak yang lahir dari ibu yang telah dikelompokkan mengalami anemia di trimester ketiga kehamilannya dan tidak mendapatkan vitamin tambah besi (iron supplementation) dilaporkan bahwa anak-anak yang ibunya mengalami anemia pada trimester ketiga dan tidak mendapatkan vitamin tambah besi akan mengalami perkembangan mental yang rendah pada usia 12, 18, dan 24 bulan, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara anemia akibat kekurangan zat besi dari seorang ibu dengan perkembangan mental seorang anak yang dilahirkannya.

Kita juga perlu mengetahui wanita-wanita yang memiliki resiko tinggi yang mungkin akan mengalami anemia karena kekurangan zat besi antara lain: mereka yang menjalani hidupnya sebagai seorang vegetarian; mereka yang pernah mengalami perdarahan sebelumnya; mereka yang memiliki banyak anak; kehamilan yang terjadi pada usia remaja; dan mereka yang sudah hamil kembali kurang dari setahun dari kehamilan sebelumnya

Tanda dan gejala seorang wanita hamil yang mengalami anemia karena kurangnya zat besi dalam tubuhnya yang paling sering dikeluhkan adalah mudah lelah, letih dan lesu. Namun, tanda ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan bahwa memang benar seseorang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.

Disarankan agar wanita yang sedang hamil diawal kehamilannya sudah melakukan kunjungan ke pusat kesehatan baik itu Puskesmas atau apabila tinggal di kota besar dengan pusat pelayanan kesehatan yang memadai seperti rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dari mulai konsultasi, pemeriksaan fisik bahkan akan dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya (apabila tersedia pemeriksaan penunjang yang memadai) untuk memastikan keadaan wanita selama kehamilan.

Pemeriksaan yang umum digunakan seperti pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah, hematokrit (Ht) saja hanya dapat memperkirakan bahwa seseorang hanya mengalami anemia namun tidak spesifik menentukan jenis anemia seperti yang telah dibahas sebelumnya. Parameter yang dapat dijadikan sebagai patokan bahwa seorang wanita hamil mengalami anemia karena kekurangan zat besi adalah nilai feritin dalam darah.

Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui seberapa banyak jumlah cadangan besi yang ada dalam tubuh kita. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) mengatakan bahwa kadar ferritin yang kurang dari 10-15 mg/L dapat memastikan bahwa seorang wanita hamil benar mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Hasil mikrositik hipokrom dari pemeriksaan sediaan hapus darah tepi juga dapat dijadikan pendukung sebagai acuan, karena hasil pada pemeriksaan ini dapat membedakan anemia akibat kurangnya besi dalam tubuh dengan jenis anemia lainnya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012 mengeluarkan ketetapan bahwa setiap wanita harus diberikan vitamin tambah besi (iron replacement) dimana prevalensi untuk terkena anemia lebih dari 40% seperti di beberapa tempat di Afrika. Pemberiaan vitamin tambah besi ini merupakan cara yang aman, murah, dan efektif yang dapat diberikan untuk pemenuhan kebutuhan zat besi bagi mereka dengan status anemia karena kurangnya zat besi.

Dalam jurnal The management of anaemia and haematinic deficiencies in pregnancy and post-partum (dipublikasikan tanggal 3 April 2018) mengatakan  bahwa pemberian vitamin tambah besi bagi wanita hamil diamati selama 2-4 minggu dimana diharapkan akan terjadinya peningkatan kadar Hb sebesar 2 gram dan juga faktor pendukung yang diyakini sebagai keberhasilan pemberian vitamin tambah besi adalah adanya peningkatan nilai dari pemeriksaan hitung retikulosit.

Kepustakaan lainnya memakai pemeriksaan hitung retikulosit karena respon status besi bagi orang-orang yang mendapatkan vitamin tambah besi lebih cepat diketahui dibandingkan kita menunggu adanya peningkatan nilai Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) yang relatif lebih lambat.

Masyarakat juga perlu mengetahui bagaimana cara mengkonsumsi vitamin tambah besi yang benar, seperti: vitamin tambah besi ini sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong dan baiknya dikonsumi bersamaan dengan sumber vitamin c alasannya karena penyerapan zat besi dalam tubuh akan lebih maksimal bersamaan dengan sumber vitamin c.

Hal lainnya yang perlu diketahui mengenai konsumsi vitamin tambah darah yakni vitamin ini penyerapannya dalam tubuh akan tidak sempurna apabila diminum bersamaan dengan antasida (obat yang dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki masalah dengan asam lambung).

Lalu bagaimana dengan wanita hamil yang sebelumnya memiliki masalah dengan peningkatan asam lambung atau bagi mereka yang tidak dapat mengkonsumsi vitamin tambah besi karena mengalami mual muntah diawal kehamilan yang bersamaan dengan ditemukannya kemungkinan anemia karena kekuranngan zat besi?

The Royal College of Obstetrician and Gynaecologist (RCOG) tahun 2007 mengatakan bahwa pemberian zat besi melalui intravena dapat direkomendasikan bagi mereka yang tidak dapat mengkonsumi vitamin tambah besi, bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan dalam penyerapan zat besi dalam tubuh. Karena efek samping dari vitamin tambah besi lebih banyak dijumpai adalah masalah pencernaan seperti nyeri pada ulu hati, mual, bagi beberapa orang ada yang mengalami diare setelah mengkonsumsi vitamin tambah besi dan juga konstipasi.

Namun, apapun cara yang dilakukan untuk memperbaiki status anemia karena kekurangan zat besi semuanya bergantung pada kondisi dan keadaan kesehata wanita hamil, dengan rutin dilakukannya pemeriksaan sedini mungkin selama kehamilan baik itu di fasilitas kesehatan tingkat primer maupun di fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan tenaga ahli dan juga didukung dengan pemeriksaan penunjang yang lengkap maka kita semua dapat terhindar dari dampak anemia karena kekurangan zat besi dan diharapkan setiap wanita hamil selalu sehat selama kehamilannya bahkan setelah melahirkan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *