HARIANHALMAHERA.COM–Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate benar-benar lempar handuk mengejar target Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bagaimana tidak, dengan waktu yang tersisa dua bulan ini, capaian PAD baru mencapai 61,27 persen.
Data yang disampaikan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BP2RD) dalam rapat
dengar pendapat (RDP) bersama komisi II DPRD Kota Ternate kemarin menyebutkan, PAD
yang masuk sebesar Rp 66,3 Miliar dati total target sebesar Rp. 108.3 Miliar.
Dari dua jenis PAD yakni pajak dan retribusi daerah, yang berpotensi mencapai target hanyalah pajak daerah. Sebab, per Oktober, realisasi pajak daerah sudah di angka 86,19 persen. Dari total target yang ditetapkan sebesar Rp 54,9 miliar, masih ada Rp 7 miliar lagi yang perlu dikejar.
Dari 10 jenis pajak daerah, yang melebihi target hanyalah pajak restoran yakni Rp. 10.33 Miliar dari target Rp. 10. 30 Miliar (100,29 persen).
“Yang lain rata-rata 68 sampai 89,18 persen, tetapi Kepala BP2RD mengatakan, kalau pajak kami optimis tahun ini capai 100 persen” terang Ketua Komisi II Mubin A Wahid usai RDP kemarin.
Sementara capaian retsibusi kata dia cukup parah. Dari target yang ditetapkan sebesar Rp
42.935.000.000, sampai bulan ini capaian realialisasi Rp. 13.811.775.453.75 atau 32,17 persen. Karenanya, Pemkot sendiri menurut Mubin pesimis untuk mencapai target.
Jangankan 100 persen, 50 persen pun mustahil. “Maka Kepala BP2RD sangat pesimis dengan retribusi, karena mencapai 50 persen saja itu sangat sulit, kalau dilihat dengan kindisi ini,”akunya.
Padahal, untuk retribusi sendiri ada 17 objek yang terebar di sejumlah Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang paling besar ada di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sebesar Rp.15 Miliar.
Namun, per Oktober, capaian retribusi oleh Disperindag baru Rp. 5.545.545.090 (36,97
persen). “Karenanya kita akan Disperindag untuk menelusuri lebih jauh agar bisa mengetahui Objek-objek pendapatan yang ada tidak bisa mencapai target begitu signifikan, dan harus diberikan solusi agar tidak terjadi lagi ditahun berikutnya,” katanya.
Mubin mengakui, capaian retsibusi tahun ini lebih buruk disbanding tahun lalu,. Retribusi pasar misalnya, di tahun lalu mencapai Rp. 9 Miliar lebih di bulan ini baru mencapai Rp. 5 Miliar lebih.
Padahal, di tahun ini ada beberapa Pasar yang telah selesai dibangun, termasuk salah satunya pasar Rakyat di Kota Baru. Namun, kehadiran pasar itu ternyata belum memberikan efek signifikan atas peningkatan retsibusi.
“Hal ini DPRD telah merekomendasikan tempat-tempat yang strategi untuk menghasilkan PAD, agar tidak terjadi kebocoran PAD. Maka harus dirubah cara penagihan, dan merubah aparatur yang harus membutuhkan aparatur yang memiliki mental-mental yang bagus, supaya mencega terjadi kebocoran,” ungkapnya. (lfa/pur).