Wisata

Koleksi ‘WOW’ dengan Ide Kreatif

×

Koleksi ‘WOW’ dengan Ide Kreatif

Sebarkan artikel ini
Salah Satu Contoh Desa Maju dan Mandiri di Kota Malang

Ide kreatif dan inovasi bukan wacana baru. Apalagi dalam dunia usaha. Namun, di tengah keterbatasan sumber daya dan makin kuatnya persaingan, keduanya menjadi tuntutan. Berikut, beberapa catatan penting dari Harian Halmahera (INN Group) terkait ide kreatif dan inovasi, saat berkunjung ke Malang Raya.

Laporan Firman Toboleu, Malang Raya

DALAM dunia jurnalistik, ide kreatif dan inovasi, sudah menjadi kewajiban untuk menciptakan produk jurnalistik. Para ‘koki’ di dapur redaksi setiap harinya dituntut menciptakan ‘menu’ yang bisa dinikmati semua kalangan pembaca.

Sulit? Memang sulit. Karena mencari ide, tidak seperti menambang emas. Meski keduanya butuh usaha keras. Emas bila sudah diketahui keberadaannya, maka teruslah menggali pasti dapat.

Berbeda dengan ide. Tidak bisa diketahui keberadaannya. Bisa datang kapan saja tanpa disadari. Bisa datang saat bangun tidur, sebelum tidur, saat menyetir, saat jalan kaki, bahkan saat BAB. Ide pun bisa pergi dengan cepat. Jika tidak siap, maka lenyaplah ide itu.

Ide terkadang bahkan umumnya tidak berdiri sendiri. Butuh pendukung. Ide-ide lain. Disinilah perlu kreativitas. Memilih, memilah, dan mengabungkan ide untuk menciptakan sebuah produk yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Itupun belum cukup. Butuh inovasi. Menciptakan sesuatu yang belum ada sama sekali menjadi ada.

Inilah dalam jurnalistik disebut angle lain. Sudut pandang baru. Bisa membuat orang lain berdecak kagum. Ada keunikan. Membawa perubahan, apalagi memberikan energi baru, sehingga pada akhirnya semua akan berkata ‘WOW’. Yang sangat mahal itu. Mahal karena tidak mudah mendapatkannya.

Memang tidak gampang. Bahkan sangat sulit. Inilah yang kami temui ketika mengunjungi Malang Raya. Tiga daerah di Provinsi Jawa timur, yakni Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN). Ketiga kota/kabupaten itu kini menjadi destinasi utama pariwisata di Jawa Timur, nasional, bahkan dunia.

Dampak yang sangat nyata terlihat dari arus kendaraan yang masuk ke Malang Raya. Jika sebelumnya setiap akhir pekan hanya sekira 300-an kendaraan per jam, kini melonjak tajam. Diperkirakan 1.300 kendaraan per jam. WOW…

Malang dan sekitarnya menjadi kota padat kendaraan. Dari Lawang, Kabupaten Malang menuju Kota Malang yang biasanya bisa ditempuh 15 hingga 20 menit saja, kini minimal ditempuh 2 hingga 3 jam. Bayangkan, jika setiap kendaraan membawa 3 orang saja, maka dari 1.300 kendaraan yang masuk setiap jam saja sudah mengangkut 10.400 orang. Dan, jika setiap orang minimal saja membawa uang Rp 2 juta, maka ada Rp 7,8 miliar uang yang berputar. WOW…

Kota Malang sendiri, kini mulai menyaingi Yogyakarta untuk mendapatkan predikat Kota Pendidikan. Enam perguruan tinggi yang ada di sana, mulai menjadi tujuan pendidikan calon mahasiswa di Indonesia. Universitas Brawijaya saja setiap tahunnya mencatat ada 600 mahasiswa baru. Belum lagi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Negeri Malang (UNM). Mengapa? Karena Malang mendapat trust, kota aman dari pergaulan bebas kumpul kebo dan narkoba.

Sejujurnya, Provinsi Maluku Utara dengan 10 kabupaten/kotanya, tidak berbeda jauh dari Malang. Justru Maluku Utara lebih diunggulkan karena memiliki keindahan pesisirnya. Malang dan Maluku Utara sama-sama menyimpan banyak sejarah. Seni dan budaya, juga punya. Lantas apa yang membedakan? Ya itu tadi, ide kreatif dan inovasi.

Contohnya buah apel. Tidak sebatas dijual dalam bentuk apel, tapi diciptakan produk-produk turunan yang menjadi oleh-oleh khas. Seperti keripik, kue strudel dengan ragam isian, sari apel. Ada juga cokelat tempe. Demikian pula ragam kesenian dan budaya yang dikemas apik dalam iven-iven pariwisata maupun oleh-oleh yang bisa dibawa pulang turis.

Ide sederhana lainnya, bisa dilihat dari kampung warna-warni dan kampung 3D (tiga dimensi). Sebuah perkampungan ‘kumuh’ dulunya. Disulap menjadi salah satu tujuan wisata di kota Malang. Sederhana saja idenya. Untuk menghilangkan kesan kumuh, maka dicat warna-warni.

Makin takjub lagi, ternyata ide kreatif itu datang dari beberapa mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang (UMM). Disponsori perusahaan cat dan mendapatkan dukungan pemerintah, maka jadilah sebuah kampung yang mengubah derajat kehidupan masyarakat. Pendapatan rumah tangga naik, hubungan kekerabatan antar warga makin erat, dan pengangguran turun. WOW…

Tentunya ini bukan kebetulan. Sebagaimana kata Dahlan Iskan, tidak ada yang kebetulan. Semua orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk membuat perubahan. Pertanyaannya, ingin mengambil kesempatan dan peluang itu atau tidak. Mau atau tidak bukan bisa atau tidak.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *