HARIANHALMAHERA.COM— Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Halmahera dan Akademi Kebidanan (Akbid) Makariwo resmi bergabung. Kini kedua kampus itu telah menjadi menjadi satu dengan nama STIKES Makariwo atau disingkat STIKMAH, Tobelo.
Penggabungan ini sesuai dua SK Menristekdikti, yakni nomor 186/KPT/I/2019 tentang izin perubahan nama STIKES Halmahera menjadi STIKES Makariwo dan nomor 160/KPT/I/2019 tentang izin penyatuan Akbid Makariwo ke STIKES Makariwo yang diselenggarakan Yayasan Medika Mandiri.
Muhammad Bugis Kepala LL Dikti Wilayah XII Maluku-Malut saat menghadiri persemian penggabungan dan perubahan nama kampus itu, mengaku alasan utama penggabungan kedua lembaga perguruan tinggi ini dengan pertimbangan banyak kampus di Indonesia.
Berdasarkan data Kemneristektidkti, saat ini masih terdapat 4 ribu lebih dan angka itu diminta dikurangi menjadi seribu. Salah satunya menggabungkan dua kampus yang dikelola oleh yayasan yang sama menjadi satu.
“Salah satunya STIKES dan Akbid ini,” ujar dia.
Dia juga menyampaikan selamat dan sukses kepada pengelola yayasan dan civitas akademika STIKMAH. Bahkan semua unsur, termasuk pemerintah diimbau bersama-sama bergandengan tangan untuk memajukan pendidikan tinggi di Kabupaten Halut.
Sementara Asisten 1 Setda Halut EJ Papilaya mengatakan, SIKMAH adalah asset, sehingga sumber daya manusia (SDM) harus dimaksimalkan.
“Harus juga menjadi sumber pendapatan, sehingga dapat diperkuat dengan jaringan agar dapat menjadi sebuah material untuk perkuat lembaga ini,” katanya, seraya menambahkan studi dan riset kampus ini telah go internasional sehingga tata kelola lembaga dapat ditingkatkan pula.
Sementara Ketua STIKMAH dr Aren Mapanawang, mengisahkan Akbid Makariwo didirikan 2006 dengan jumlah mahasiswa angkatan pertama sebanyak 42 orang yang saat ini sudah menjadi PNS di Halut.
“Untuk dosen yang diberikan tugas tambah sebagai direktur sudah 6 orang,” katanya.
Sedangkan STIKES sendiri didirikan pada 2007. Sebagian besar mahasiawa angkatan pertama sudah menjadi kepala bagian di Rumah Sakit (RS) Tobelo.
Dia juga mengatakan, ciri khusus dari STIKMAH adalah edukasi masyarakat pesisir dengan memasukkan keperawatan maritim sebagai muatan lokal (Molok). Sebab, dari hasil observasi rata-rata penyelam di daerah pesisir menggunakan alat tradisional yang rawan akan kecelakaan.
Bahkan pada korban menyelam pun belum ada program penanganan dari kementerian terkait. Padahal efeknya cukup berbahaya, yakni bias membuat lumpuh dan tuli.
“Kami usulkan ke LL Dikti agar STIKMAH dapan menangani itu. Sebab kami juga telah miliki alat menyelam profesional,” lanjut dr Aren.
STIKMAH, lanjutnya, telah menemukan dua obat herbal berbahan Golobe dan Laor, yang sudah dipresentasikan hingga ke luar negeri.
“Bahkan sudah ada yang ajak kerjasama dan jika lolos uji mutu akan dipasarkan di sana (Amerika),” katanya.
Pihaknya juga sudah mendirikan pabrik herballove di Desa Pitu Kecamatan Tobelo Tengah.
“Rencananya akan diresmikan Menristekdikti agar bias diketahui bahwa kampus kecil di wilayah jauh, tapi dapat mengangkat harga diri bangsa karena inovasinya sudah sampai ke negara luar,” terangnya.(cal)