Ternate

Masalah Sampah belum Terjawab di 100 Hari Kerja

×

Masalah Sampah belum Terjawab di 100 Hari Kerja

Sebarkan artikel ini
Walikota dan wakil walikota Ternate terpilih (Foto : net)

HARIANHALMAHERA.COM–Penanganan sampah yang masuk program 100 hari kerja Wali Kota dan Wawali M Tauhid Soleman- Jasri Usman (Tulus), nampaknya masih belum terjawab.

Pasca pelantikan hingga dua bulan lebih, penanganan sampah tidak mengalami perubahan. Pembangunan transdepo yang notabene dianggap efektif menangani sampah di beberapa kelurahan juga terkendala anggaran.

Saat ini baru dua lokasi yang dibangun transdepo. Yakni di Kelurahan Talangame, dan Kelurahan Karance. Rencananya transdepo akan dibangun di Kelurahan Kalumata, Santiong dan Dufa-Dufa.

Kabid Persampahan, DLHK Ternate, Yus Karim menyatakan, pembangunan trasdepo di tiga kelurahan yang sudah ditetaplan lokasinya itu, diperkirakan menelan anggaran Rp 5 miliar.

Untuk membangunan satu transdepo saja dibutuhkan anggaran hingga Rp 30 juta, belum lagi pengadaan kontaoiner dan juga alat pengangkut sampah yakni Kaisar.

“Satu transdepo harus mengunakan dua konteiner, satu konteiner harganya 60 juta, belum juga pengadaan Kaisar, dan pengadaan Kaisar nanti harus lebih banyak, tetapi belum bisa dibangunan lantaran anggarannya belum ada, rencenanya tunggu perubahan anggaran di akhir tahun baru bisa kita bangun transdepo itu,”katanya.

Selain terhambat pada prasarana, kebiasaan warga membuang sampah di di kali mati dan selokan juga masih tinggi. Sehingga ketika hujan terjadi luapan akibat menumpuknya sampah seperti yang dialami warga Kelurahan Akehuda baru-baru ini.

DLH sudah memberi sosialisasi kalau armada tidak bisa mengangkut sampah dilorong-lorong. Armada hanya bisa angkut sampah di TPS yang diatur dengan jadwal.

“Armada angkut sampah di TPS pada jam 7.00 pagi tiba-tiba pada jam 09.00 sudah ada sampah lagi. Jadi sampah itu berasal di lorong-lorong. Padahal kita sudah memberikan edukasi, kalau bisa kasih keluar sampah itu batas jam 6.00 sore sampai pada jam 6.00 pagi,”sebutnya.

Disebutkan, produksi sampah yang paling banyak ada di Kelurahan Santiong dan Gamalama. Paling tinggi di Santiong mengingat di kelurahan itu banyak pengusaha-pengusaha kecil dan rata-rata produksi sampah basah.

Samahal dengan Kelurahan Gamalama. “Itu kita sudah pernah timbang di TPA, di Santiong satu hari produksi sampah 5-6 ton, kalau Kelurahan Gamalama bisa sampai 4 ton, hanya dua Kelurahan itu yang produksi sampah banyak,”tutupnya.(tr4/pur)

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *