HARIANHALMAHERA.COM – Teror virus korona terus melumpuhkan dunia. Kemarin (2/3) Uni Eropa (UE) memutuskan untuk meningkatkan status risiko virus mirip SARS itu menjadi tinggi. Sementara itu, negara-negara lain kewalahan untuk menekan penularan wabah tersebut.
Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Covid-19 tak bisa dibendung. Hal tersebut diputuskan setelah mendapat laporan 2.100 kasus yang terkonfirmasi dari 18 negara anggota. Sebagian besar berasal dari Italia yang melaporkan 1.694 kasus positif virus korona.
”Kami mencatat ada 38 warga Uni Eropa yang meninggal. Setiap negara punya tantangan yang berbeda,” ujar Komisioner Kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides kepada Agence France-Presse. Virus tersebut membuat hampir semua warga UE panik. Di Prancis karyawan Museum Louvre menolak bekerja karena takut tertular. Lalu, Inggris berencana untuk memanggil semua dokter dan perawat pensiun agar kembali bekerja.
”Wabah ini masih akan menyebar. Tapi, kami punya sistem yang bisa menanggulanginya,” ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Jika dibandingkan dengan angka global, dampak korona virus di Eropa memang masih kecil. Menurut National Health Centre Tiongkok, pasien Covid-19 sudah tembus 89 ribu dari 68 negara. Sedangkan korban meninggal akibat wabah tersebut sudah melebihi 3 ribu orang. Sebanyak 90 persen pasien maupun korban jiwa datang dari Tiongkok.
Negara yang menempati posisi kedua adalah Korea Selatan. Otoritas melaporkan 599 kasus baru kemarin. Artinya, negara ginseng itu harus menangani 4.335 pasien dengan jumlah korban meninggal mencapai 26 jiwa. CNN melansir, pasien termuda di negara tersebut baru saja muncul. Bayi yang masih berusia 45 hari ikut terjangkit oleh orang tuanya.
Baca Juga: Virus Corona Terdeteksi di Indonesia, Dua Warga Depok Dinyatakan Positif
”Ayahnya sudah dilaporkan positif pada 27 Februari. Adapun ibu dan anaknya dilaporkan pada 29 Februari,” ungkap Gubernur Provinsi North Gyeongsang Lee Cheol-woo.
Setengah dari pasien tersebut datang dari sekte agama Shincheonji. Kepala Sekte Lee Man-hee sampai menggelar konferensi pers dan bersujud di hadapan media. Menurut dia, kesalahan itu sama sekali tidak disengaja. Semua itu terjadi karena perempuan 61 tahun yang sudah menunjukkan gejala Covid-19 tetap menghadiri setidaknya empat kebaktian gereja di Daegu.
”Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menanggulangi masalah ini. Tapi, persebarannya tak bisa dihentikan,” ungkap Lee seperti dilansir South China Morning Post.
Sementara itu, World Health Organization (WHO) baru saja menerbangkan bantuan kesehatan untuk Iran. Mereka mengerahkan enam petugas medis beserta 7,5 ton peralatan medis dan obat untuk membantu penanganan virus. ”Kebanyakan merupakan peralatan yang sangat vital untuk pencegahan dan pengawasan seperti masker bedah, sarung tangan, dan alat bantu napas,” ujar Robert Blanchard, pejabat WHO di Dubai.
Jika dilihat dari angka kematian, Iran merupakan negara yang paling menderita selain Tiongkok. Angka korban jiwa di Negeri Para Mullah itu sudah mencapai 66 pasien. Dua kali lipat dari negara terdampak berat lainnya seperti Korea Selatan atau Italia.
Alasan WHO memilih mengirim bantuan ke Iran adalah kondisi ekonomi negara tersebut. Iran sedang dilanda krisis karena sanksi berkepanjangan dari AS. ”Masalahnya, Iran adalah negara yang penuh tantangan. Izin masuk tak selalu bisa didapatkan,” ungkap Blanchard.
Kabar gembira yang bisa diambil hanyalah soal polusi. NASA baru saja merilis gambar satelit yang menunjukkan Tiongkok. Rupanya, polisi di Negeri Tirai Bambu itu berkurang akibat virus korona. Sebab, pabrik berhenti bekerja dan transportasi berkurang drastis.
”Ini kali pertama saya melihat penurunan polusi yang signifikan,” ujar Fei Liu, periset kualitas udara di Goddard Space Flight Center NASA. (jpc/pur)
