Halut

865 Warga Terdampak Banjir Masih di Pengungsian

×

865 Warga Terdampak Banjir Masih di Pengungsian

Sebarkan artikel ini
BUTUH BANTUAN: Kondisi dua rumah warga yang hanyut tersapu banjir di Desa Togoliua, Kecamatan Tobelo Barat. (foto: Rifli/Harian Halmahera)

HARIANHALMAHERA.COM— Sebanyak 865 warga dari empat desa yang terdampak banjir pada 2 Maret lalu, hingga kini masih bertahan di pengungsian. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halut, masih terus memonitor kondisi warga dan lingkungan pasca banjir.

Diketahui, data BPBD mencatat ada lima desa yang terdampak banjir. Empat desa di antaranya, terpaksa diungsikan karena banjir turut merendam tempat tinggal mereka.

“Posko tanggap darurat bencana sudah dibuat. Para korban banjir yang saat ini berada di tempat pengungsian diberikan bantuan makanan cepat saji dan pelayanan kesehatan,” kata Kepala BPBD Halut Abner Manery SSi.

Baca Juga: Jembatan Katana Putus, Siswa Tak Bisa Sekolah

Abner menyebut ke lima desa yang terdampak banjir, yakni Desa Katana, Yaro, Leleoto, Togoliua, dan Dusun Keke di Desa Kusuri. Khusus di Desa Katana, tidak ada warga yang mengungsi, hanya saja akses warga terhambat akibat dua jembatan putus diterjang banjir.

“Di Desa Yaro ada 81 warga yang mengungsi. Di Desa Leleoto sebanyak 151 warga mengungsi. Kemudian, sebanyak 561 warga Desa Togoliua yang mengungsi. Sedangkan Desa Kusuri sebanyak 72 warga,” rincinya.

“Untuk rumah warga yang rusak berat sebanyak empat rumah. Semuanya berada di Desa Togoliua. Di desa lainnya tidak ada kerusakan rumah warga,” sambungnya.

Selain makanan siap saji dan pelayanan kesehatan, Abner mengaku, korban banjir saat ini sangat membutuhkan family kit dan hygiene kit, sembako, peralatan dapur, kebutuhan bayi, perlegkapan orang dewasa, perlengkapan bagi anak-anak sekolah, serta sarana prasarana pertanian dan kesehatan.

“Pemerintah melalui posko tanggap bencana terpadu lintas sektor terus mengupayakan pemenuhan kebutan warga terdampak banjir,” terangnya.

Baca Juga: GMNI Galang Dana Korban Banjir

Meski demikian, Abner menyebut, berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) bahwa potensi cuaca ekstrem di Halut masih akan terjadi hingga 7 Maret. Cuaca ekstrem ini berupa curah hujan dengan intensitas lebat yang terjadi secara kontinu disertai kilat.

“Karena itu, kami mengimbau masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana untuk meningkat kewaspadaan, termasuk warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai. Pemerintah pun tetap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya bencana susulan,” pungkasnya.(dit/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *